Dalam rangka memeriahkan Dies Natalis UB yang ke 51, UB Press mengadakan
event bertajuk Festival Buku Saya Suka Baca. Rangkaian agenda yang dihelat dalam
event yang keren ini antara lain lomba UB Digital Ambassador Contest, Lomba
Essay tentang UB dalam bahasa Indonesia dan Inggris, launching kerjasama UB
Press dengan moco.co.id dan talkshow literasi dengan bintang tamu Dewi Dee
Lestari.
Sebagai seorang staff yang gaul, fungkeh dan berdedikasi (pembaca
langsung muntah berjamaah) saya pun tergerak untuk mengikuti event keren
tersebut. Selain itu juga hadiahnya bikin mupeng banget, tab dan smartphone!
Dua lomba yang saya ikuti yaitu UB Digital Ambassador Contest dan Lomba Essay
UB dalam bahasa Indonesia. Untuk lomba pertama para peserta diharuskan sharing
content di akun-akun social media tentang UB dengan tema-tema tertentu tiap
minggunya. Semacam social media campaign-nya
UB gitu deh. Sayang saya kurang beruntung karena hanya bisa bertahan sampai
babak 15 besar. Tahu diri juga sih karena saya tidak intens posting konten
setiap hari dan setiap menit seperti peserta lainnya. Selain sibuk dengan
urusan kerjaan (pencitraan detected) saya juga sungkan sama teman-teman di FB
jika saya banjiri dengan postingan tentang UB mulu.
Gagal di UB Digital Ambassador Contets tak membuat saya patah semangat,
saya segera menulis untuk diikutkan dalam lomba essay. Tema yang diberikan
panitia adalah: “Kiprah UB Menuju Daya Saing Asia.” Saya memutuskan untuk menuliskan tentang
gebrakan UB yang memberikan kesempatan bagi para remaja difabel untuk belajar
di UB dengan judul: Mewujudkan Difabel Corner di Perpus UB. Saya baru kali itu
menulis essay, apalagi yang temanya berat dan non popular sehingga agak
kesulitan menyelesaikannya. Tapi Alhamdulillah saya berhasil merampungkan essay
tersebut dan menyetorkan ke panitia sehari sebelum deadline. Ikhtiar sudah
dilakukan, sekarang tinggal berdoa dan menunggu pengumuman pemenangnya pada
tanggal 28 April 2015.
Hari H yang Mendebarkan
Begitu tahu kalau yang menjadi bintang tamu dalam talkshow Festival Saya
Suka Baca adalah Dewi Dee Lestari saya langsung excited, apalagi sebelumnya
sempat membaca postingan Mbak Dewi Rieka saat mengikuti coaching clinic with
Dee sukses bikin saya mupeng. Jauh-jauh hari saya sudah mengambil tiketnya di
kantor UB Press biar tidak lupa. Pun saya juga sudah menyiapkan buku terbaru
Dee yaitu Supernova Gelombang untuk saya mintakan tanda tangan padanya. Dasar
pikun, pas hari H saya malah lupa dimana menyimpan tiketnya, untung deh saya
kenal baik dengan para staff UB Press sehingga dikasih tiket lagi he he he.
Saya datang ke acara Festiva Saya Suka Baca dengan teman-teman kantor.
Saya sempat mengernyitkan dahi ketika melihat penyambutan di pintu masuk yang
begitu formal seperti acara-acara resmi UB, maklum sih karena Pak Rektor juga
hadir dalam acara ini. Untung deh keformalan itu sedikit terkurangi oleh adanya
photo booth yang disediakn khusus buat para peserta yang suka selfie atau
grufie seperti yang menulis artikel ini :P
Sayang keinginan saya untuk mendapatkan tanda tangan Dee harus sirna karena
pihak panitia mengatakan bahwa pada acara talkshow nanti tidak ada sesi book
sign apalagi foto bareng Dee. Bagi yang menginginkan tanda tangan di buku-buku
Dee harus menyetorkan bukunya tiga hari sebelum hari H. Oalah ternyata saya
yang kudet sehingga harus gigit jari.
Seperti acara-acara formal di kampus, Festival Saya Suka Baca dibuka
dengan sambutan Pak Rektor lalu setelah itu diselingi dengan tarian-tarian oleh
Budi Ayuga Dancer. Karena keasyikan grufie kami nggak kebagian tempat duduk di
depan, tapi untung masih bisa tertolong dengan big screen yang dipasang di sisi
kanan dan kiri panggung meski gambarnya kurang bagus juga sih *ngritik mulu
dari tadi kerjaan lo Wan*
Acara yang ditunggu-tunggu pun tiba yaitu pengumuman pemenang
lomba-lomba yang diadakan UB Press. Satu per satu nama pemenang dipanggil dan
yaa saya harus legowo karena sampai pemenang tiga lomba diumumin nama saya
tidak dipanggil sama sekali wekekeke. Mungkin essay saya kurang cocok dengan
temanya. Yang beruntung tuh temen kenalan dari rektorat yang duduk di sebelah
saya yaitu Alvan, dia menang juara ke 3 dan pemenang favorit Digital Ambassador
Contest.
Alfan, sebelah kiri, berhasil jadi Juara 3 dan Favorit |
Setelah pengumuman pemenang lomba, acara dilanjutkan dengan talkshow.
Yang pertama adalah talkshow tentang kerjasama UB Press dengan moco.co.id. Moco
ini adalah sebuah aplikasi social media berbasis buku, dimana para penggunanya
bisa berinteraksi dengan orang-orang yang membaca buku yang sama dengannya atau
bisa saling bertukar informasi tentang buku-buku terbaru. Penggunan juga bisa
mendowload e-book di aplikasi moco ini. Bagi yang tertarik bisa mendownload
aplikasi moco di Google Play.
Sempat galau juga karena talkshow bersama Dee nggak kunjung dimulai
sementara jam sudah menunjukkan pukul satu siang, saya nggak enak sama rekan
kerja yang saya tinggalkan di kantor. Untungnya kegalaun saya langsung sirna
ketika melihat Ibu Suri muncul dari balik panggung, lebay banget yak.
Seperti biasa, Dee tampil penuh kharisma dan menawan hati para audience.
Nilai plus yang tidak pernah lepas dari Dee adalah meski statusnya sebagai
penulis best seller, singer dan seleb namun penampilan Dee tidak menor atau
berlebihan. Ibu Suri berdandan secukupnya, mengikat rambut sebahunya ke samping namun
tetap cantik dan keluar inner beauty-nya.
Di awal talkshow Dee mengatakan mengunjungi kota Malang seperti datang
ke kampung halamannya, Bandung. Banyak kesamaan antara dua kota ini di mata
Dee, sebagai kera ngalam saya bangga dengernya.
Talkshow yang dipandu sepasang moderator ini berlangsung dengan akrab dan informatif, mereka pandai mengoreki ilmu tentang dunia kepenulisan melalui pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada Dee. Meski hanya setengah jam namun banyak sekali ilmu yang bisa didapat. Berikut saya rangkumin tips menulis dari Dewi “Dee” Lestari sebatas yang saya dengar ya.
Talkshow yang dipandu sepasang moderator ini berlangsung dengan akrab dan informatif, mereka pandai mengoreki ilmu tentang dunia kepenulisan melalui pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada Dee. Meski hanya setengah jam namun banyak sekali ilmu yang bisa didapat. Berikut saya rangkumin tips menulis dari Dewi “Dee” Lestari sebatas yang saya dengar ya.
- Dee suka menulis sejak kelas 5 SD dan pernah mengirimkan cerpen ke majalah namun ditolak. Jadi karier menulis Dee tidak dimulai dadakan, menulis Supernova trus jadi best seller. Semua penulis itu melalui proses, mereka yang mau disiplin dan tak mengenal menyerahlah yang akan sukses. *selfreminder*
- · Dalam membuat nama untuk para tokoh Dee punya rule: harus dipikirkan benar-benar apa artinya dan sesuai dengan konsep cerita. Saya akui nama-nama tokoh dalam novel Dee itu tidak hanya bagus namun unik dan bermakna, misal dalam Supernova Akar tokoh utamanya adalah Bodhi, sesuai dengan latar belakang tokohnya yang dibesarkan di sebuah vihara. Dalam Supernova Petir nama tokoh utamanya Elektra yang punya kekuatan elektris.
- · Menulis itu seperti melatih otot, semakin sering dilatih maka otot kita akan semakin kuat dan besar. Begitu juga dengan menulis, jika tidak pernah dilatih maka akan semakin lemah. Dee yang notabene penulis best seller tidak gengsi ikutan workshop menulis lho trus dia juga tidak keburu merasa puas dengan pencapaiannya. Nggak heran ya jika makin hari karya-karya Dee makin berbobot dan semakin banyak yang difilmkan.
- · Tulislah apa yang menggelitik pikiran kita dengan begitu kita akan mempunyai passion dan semangat untuk observasi dalam rangka memperkuat bobot tulisan kita. Tulislah apa yang ingin kalian baca, jika kalian tidak menemukan buku yang sesuai selera kita maka itu menjadi tugas kita untuk menulisnya. Supernova lahir dari kegelisahan spiritualitas yang Dee rasakan, pertanyaan-pertanyaan Dee terwakili melalui tokoh Dimas dan Ruben.
- · Menulis novel membutuhkan strategi dan deadline yang pasti, pergunakan teknik mind maping dan pecah-pecah menjadi target yang pendek. Sehingga perjalanan panjang dalam menulis novel tidak akan terasa menjemukan dan melelahkan. Deadline itu sebenarnya berkah buat penulis, jika tidak ada deadline maka suatu karya tidak akan pernah selesai. Apalagi jika penulisnya seorang yang perfeksionis maka dia akan terus-menerus mengedit karyanya.
- · Pemilihan kata itu kembali pada gaya masing-masing penulis. Kebetulan Dee basic-nya adalah musik sehingga dia selalu berusaha menyusun kalimat yang berirama. Dee punya kebiasaan membaca naskahnya dengan bersuara (tidak dalam hati maksudnya) sehingga bisa mengetahui apakah kalimat yang ditulisnya itu apakah kepanjangan atau sudah enak didengar dan wajar.
- · Menulis itu seperti menggalih diri sendiri. Wajar jika kita pada awalnya terpengaruh style menulis penulis lain nanti seiring dengan bertambah jam terbang menulis maka kita akan menemukan style kita sendiri.
Sehabis talkshow ada game dari panitia acara yaitu di bawah salah satu
kursi pengunjung terdapat satu buku Dee, siapa yang beruntung dia akan
mendapatkan tanda tangan dari Dee. Pengunjung langsung heboh deh meraba-raba bagian
bawah kursi masing-masing. Tak lama seorang cewek baju putih dan cewek jilbab
hitam mengacungkan buku Dee, mereka berdua pun langsung disuruh naik ke
panggung. Saya sempat ingin main curang dengan pura-pura dapat hadiah buku Dee
namun urung saya lakukan karena tengsin jika nanti ketauan panitia.
Si cewek baju putih paling heboh deh, dia yang pertama naik ke panggung. Trus setelah bukunya ditanda tangani oleh Dee, dia minta tolong kepada moderator untuk memotretnya. Kontras banget dengan cewek jilbab hitam yang kalem di sebelahnya.
Belakangan saya tahu dari teman saya yang memotret jalannya acara dan panitia UB Press kalau si cewek baju putih nan heboh itu curang, buku yang dimintakan tanda tangan itu bukan hadiah game namun bukunya sendiri. Damn! Tau gitu saya ikutan maju deh kemarin he he he. Ya begitulah, seringkali fans bisa bertindak nekat demi sang idola.
Meskipun saya tidak beruntung dalam dua lomba UB Press dan tidak bisa
mendapatkan tanda tangan serta foto bareng Dee namun saya tetap berikan
apresiasi yang tinggi buat UB Press yang sudah mengadakan acara Festival Saya
Suka Baca yang keren ini. Semoga ke depannya UB Press makin jaya dan
sering-sering ngadain lomba menulis dan talkshow dengan bintang tamu
penulis-penulis terkenal di Indonesia, aamiin.
NB:
Thanks to Anisti dan Christina yang sudah memberikan fotonya kepada saya untuk dipakai dalam blog ini.
Thanks to Anisti dan Christina yang sudah memberikan fotonya kepada saya untuk dipakai dalam blog ini.
Gak omong-omong iki ....
ReplyDeleteSoory Nis aku kok ya lupa kasih tau kamu he3
DeleteWah, untung mas Ihwan gak ikut-ikutan maju ke depan. Kebayang malunya, soalnya pasti ketauan kan? Lha pasti ketauan lah, panitianya cuma naroh 1 buku di satu kursi penonton, kok yang maju dua orang, apalagi kalau namah dirimu yang maju, kan jadi tiga, jangan-jangan malah jadi konyol di depan panggung, hahaa.....
ReplyDeleteWakakakaka, saya dulu udah pernah foto bareng dan semua buku Dee udah ditandatangani olehnya sehingga kemarin itu saya masih bisa berpikir logis dan nggak nekat. Semoga next time ada jodoh untuk bertemu Dee lagi.
DeleteMantap... bisa ketemu sama penulis buku yang sukses.
ReplyDeleteAlhamdulillah Mas, semoga bisa ketularan suksesnya juga.
Deleteacaranya pasti seru ya mas? semangat terus ya :)
ReplyDeletePasti, seperti yang saya tulis di atas.
Deletekeren mas bisa punya kenalan dengan penulis gtu, langsung dapat tips-tipsnya
ReplyDeleteKalau kenal secara personal enggak atau belum sih Mas, hanya dulu pernah interaksi di twitter he3
DeleteYah si putih curang :(
ReplyDeleteZahra paling suka ini: menulislah yang ingin kita baca! :)
Oya nama tokoh di supernova itu mewakili judulnya ya. Kaya di Petir, tokohnya elektra, di Partikel : Zarah, di Gelombang: Alfa.
Ah Dee top banget. Aku juga pengeeen banget ketemu sama beliau. Tks infonya mas ihwan.
Mbak Zahra sendiri kalau jadi penulis buku mau nulis tentang apa neh?
DeleteIya bener, setiap tokoh utama punya nama yang bener-bener menggambarkan isi ceritanya.
Semoga ada jodoh ya bertemu dan menimba ilmu dari beliau, aamiin.
Aku pernah beruntung menang undian gitu pas Trinity dan Ahmad Fuadi datang. Kalo yang dapetin buku + tanda tangan itu mas Fuadi, seneeeng :D
ReplyDeleteDee itu auranya emang beda banget. Cantik, ramah dan senyumnya sangat tulus
Kamu beruntung Yan, aku tiap kali hadir di acara bedah buku atau book sign nggak pernah dapat, ya iya gimana mau dapat pas giliran tanya jawab masih bingung mau tanya apa saking terseponanya ketemu penulis idola :D
DeleteIyap, setuju. Beruntung banget deh itu Mas Indra Gunawan, eh siapa nama suaminya yang sekarang? Lupa aku :P
moderator ceweknya siapa ya? kayak pernah lihat
ReplyDeletecewek berjilbab hitam juga kaak pernah lihat..hmmmmm sepertinya teman fb
Aku lupa Zen he he he
DeleteMasa sih, dunia memang sempit.