“Pa, nanti bentar lagi menepi ke kanan ya, kita makan Pempek Farhan
dulu.”
“Di sebelah mana?”
“Itu lho sebelum jalan menurun.”
Saya pun segera menepikan motor ke sebelah kanan. Meski lalu lintas di
Jalan Ranu Grati Malang malam itu cukup padat namun untunglah kami menepi
dengan cepat. Maklum, jalan raya di Ranu Grati ini menjadi salah satu akses
menuju Perumahan Sawojajar sehingga setiap hari selalu padat dengan kendaraan
bermotor.
Untuk urusan wisata kuliner Mama Ivon memang selalu punya informasi
terbaru baik itu yang didapatnya dari grup Malang Kuliner atau hasil rumpian
dengan grup wasapnya.
Kami berdua lalu memasuki sebuah depot pempek yang bertuliskan nama Pempek
Farhan @Rp.1750 di depannya. Mama Ivon memesan dua porsi seharga Rp.7000 berisi
4 pempek untuk kami berdua. Menurut Mama Ivon harga pempek di Pempek Farhan ini
termasuk murah bila dibandingkan dengan penjual pempek yang selama ini pernah
kami datangi.
Kehadiran Pempek di Malang
Kehadiran Pempek memang sudah tidak asing lagi bagi warga Malang, yang paling populer dan paling banyak dijumpai standnya adalah Pempek Mang Johan. Pempek Mang Johan bisa ditemui di mall-mall atau di salah satu ruko yang ada di Jl. M. Panjaitan. Harga yang ditawarkan memang agak mahal namun sebanding dengan rasanya. Komposisi ikan dan sagunya pas, rasa ikannya terasa di lidah dan teksturnya empuk, gampang dikunyah dengan gigi saya yang sudah tidak lengkap ini he he he
Kehadiran Pempek memang sudah tidak asing lagi bagi warga Malang, yang paling populer dan paling banyak dijumpai standnya adalah Pempek Mang Johan. Pempek Mang Johan bisa ditemui di mall-mall atau di salah satu ruko yang ada di Jl. M. Panjaitan. Harga yang ditawarkan memang agak mahal namun sebanding dengan rasanya. Komposisi ikan dan sagunya pas, rasa ikannya terasa di lidah dan teksturnya empuk, gampang dikunyah dengan gigi saya yang sudah tidak lengkap ini he he he
Saya tidak ingat kapan mulai mengincip masakan khas Palembang ini. Saya
beberapa kali membeli pempek di kantin Fakultas Kedokteran UB. Harganya satu
porsi Rp.7000, itu udah kenyang banget dan rasanya lumayan.
Jika dilihat dari kondisi interiornya depot Pempek Farhan ini terbilang
baru, desainnya sederhana namun bersih dan cerah. Yang unik adalah finishing pada dindingnya, tukang
bangunannya pasti mempunyai cita rasa seni yang lumayan sebab dindingnya
sengaja diplamir dengan motif melingkar yang membentuk tekstur yang unik. Secara
keseluruhan interior di Pempek Farhan ini bikin betah pengunjungnya.
Tak lama, dua porsi pempek pesanan kami pun datang. Kami tadi dari
perjalanan pulang mengantarkan kue tart pesanan klien Dapur Ivonie. Karena bawa
kue tart-nya agak susah kami terpaksa menitipkan Aim di rumah Ibu. Jadi ya,
hitung-hitung agenda makan pempek dadakan ini mengenang masa pacaran kami dulu.
Ini dia pempek pesanan kami, ada pempek lenjer dan kapal selam.
Pada gigitan pertama saya mudah sekali mengunyahnya, ya kalau
dibandingin dengan Pempek Mang Johan memang beda sih. Dari segi komposisi
bahannya, sepertinya lebih banyak sagu dari pada ikannya. Lama-kelamaan saya
merasakan pempeknya makin kenyal dan susah buat dikunyah he he he. Beneran deh
saya nggak lebay, geraham saya sampai sedikit capek setelah mengunyah beberapa
suapan pempek tersebut. Yaa, ada harga ada kualitas.
Meskipun begitu, pengunjung di Pempek Farhan ini lumayan ramai lho. Saat
kami menikmati pempek, di depan depot ada beberapa pembeli yang antri. Trus
kursi-kursi yang semula kosong juga sudah terisi dengan beberapa pengunjung.
Asal Mula Pempek
Menurut sejarahnya, pempek telah ada di Palembang sejak masuknya perantau Cina ke Palembang, yaitu di sekitar abad ke-16, saat Sultan Mahmud Badaruddin II berkuasa di kesultanan Palembang-Darussalam. Nama empek-empek atau pempek diyakini berasal dari sebutan "apek", yaitu sebutan untuk lelaki tua keturunan Cina sedangkan "koh", yaitu sebutan untuk lelaki muda keturunan Cina.
Berdasarkan cerita rakyat, sekitar tahun 1617 seorang apek berusia 65 tahun yang tinggal di daerah Perakitan (tepian Sungai Musi) merasa prihatin menyaksikan tangkapan ikan yang berlimpah di Sungai Musi yang belum seluruhnya dimanfaatkan dengan baik, hanya sebatas digoreng dan dipindang. Ia kemudian mencoba alternatif pengolahan lain. Ia mencampur daging ikan giling dengan tepung tapioka, sehingga dihasilkan makanan baru. Makanan baru tersebut dijajakan oleh para apek dengan bersepeda keliling kota. Oleh karena penjualnya dipanggil dengan sebutan "pek … apek", maka makanan tersebut akhirnya dikenal sebagai empek-empek atau pempek.
Namun cerita rakyat ini patut ditelaah lebih lanjut karena singkong baru diperkenalkan bangsa Portugis ke Indonesia pada abad 16. Selain itu velocipede (sepeda) baru dikenal di Perancis dan Jerman pada abad 18. Selain itu Sultan Mahmud Badaruddin baru lahir tahun 1767. Juga singkong sebagai bahan baku sagu baru dikenal pada zaman penjajahan Portugis dan baru dibudidayakan secara komersial tahun 1810. Walaupun begitu sangat mungkin pempek merupakan adaptasi dari makanan Cina seperti baso ikan, kekian ataupun ngohyang.
Pada awalnya pempek dibuat dari ikan belida. Namun, dengan semakin langka dan mahalnya harga ikan belida, ikan tersebut diganti dengan ikan gabus yang harganya lebih murah, tetapi dengan rasa yang tetap gurih. Pada perkembangan selanjutnya, digunakan juga jenis ikan sungai lainnya, misalnya ikan putak, toman, dan bujuk. Dipakai juga jenis ikan laut seperti Tenggiri, Kakap Merah, parang-parang, ekor kuning, dan ikan sebelah. Juga sudah ada yang menggunakan ikan dencis , ikan lele serta ikan tuna putih.
Dapur Palembang
Lain waktu, saat kami mengantar buku sumbangan kebetulan yang menjadi koordinator sumbangan mempunyai depot pempek juga, namanya Dapur Palembang. Alamatnya di
Menurut sejarahnya, pempek telah ada di Palembang sejak masuknya perantau Cina ke Palembang, yaitu di sekitar abad ke-16, saat Sultan Mahmud Badaruddin II berkuasa di kesultanan Palembang-Darussalam. Nama empek-empek atau pempek diyakini berasal dari sebutan "apek", yaitu sebutan untuk lelaki tua keturunan Cina sedangkan "koh", yaitu sebutan untuk lelaki muda keturunan Cina.
Berdasarkan cerita rakyat, sekitar tahun 1617 seorang apek berusia 65 tahun yang tinggal di daerah Perakitan (tepian Sungai Musi) merasa prihatin menyaksikan tangkapan ikan yang berlimpah di Sungai Musi yang belum seluruhnya dimanfaatkan dengan baik, hanya sebatas digoreng dan dipindang. Ia kemudian mencoba alternatif pengolahan lain. Ia mencampur daging ikan giling dengan tepung tapioka, sehingga dihasilkan makanan baru. Makanan baru tersebut dijajakan oleh para apek dengan bersepeda keliling kota. Oleh karena penjualnya dipanggil dengan sebutan "pek … apek", maka makanan tersebut akhirnya dikenal sebagai empek-empek atau pempek.
Namun cerita rakyat ini patut ditelaah lebih lanjut karena singkong baru diperkenalkan bangsa Portugis ke Indonesia pada abad 16. Selain itu velocipede (sepeda) baru dikenal di Perancis dan Jerman pada abad 18. Selain itu Sultan Mahmud Badaruddin baru lahir tahun 1767. Juga singkong sebagai bahan baku sagu baru dikenal pada zaman penjajahan Portugis dan baru dibudidayakan secara komersial tahun 1810. Walaupun begitu sangat mungkin pempek merupakan adaptasi dari makanan Cina seperti baso ikan, kekian ataupun ngohyang.
(sumber foto: wikipedia.org) |
Pada awalnya pempek dibuat dari ikan belida. Namun, dengan semakin langka dan mahalnya harga ikan belida, ikan tersebut diganti dengan ikan gabus yang harganya lebih murah, tetapi dengan rasa yang tetap gurih. Pada perkembangan selanjutnya, digunakan juga jenis ikan sungai lainnya, misalnya ikan putak, toman, dan bujuk. Dipakai juga jenis ikan laut seperti Tenggiri, Kakap Merah, parang-parang, ekor kuning, dan ikan sebelah. Juga sudah ada yang menggunakan ikan dencis , ikan lele serta ikan tuna putih.
Dapur Palembang
Lain waktu, saat kami mengantar buku sumbangan kebetulan yang menjadi koordinator sumbangan mempunyai depot pempek juga, namanya Dapur Palembang. Alamatnya di
sumber referensi: www.wikipedia.org
Tuh kan kapal selamnya pake mie, hehe aslinya di sini nggak pake mie kuning. :)
ReplyDeleteTapi aku suka Yan, biar ada temennya dan lebih kenyang :D
DeleteMoga ada kesempatan mencicipi pempek langsung di Palembang sana, aamiin.
gak juga sih, ada bbrp yang serving pempek kapal selam pake mie kuning(sedikit) kalo banyak minya dan pempeknya dipotong kecil2 namanya rujak mie palembang
DeleteDedy@Dentist Chef
Iya bener. Pempek asli palembang gak pake mie. Kalo di bandung ada yang pake mie kuning atau soun
DeleteWaah ini nih makanan favoritku. Tapi sukanya justru klo bumbunya dikit :p
ReplyDeleteTiap orang punya cara fave masing-masing menikmati pempek ya Mbak :D
DeletePempek ini makanan kesukaanku banget! Pokoknya kalo denger info ada pempek enak, rasanya pengen buru-buru disamperin aja :D
ReplyDeleteTrus sekarang udah nemu yang lebih enak dari pempek om ganjen belum Dee? :P
DeleteAda, Wan.. lebih deket dari rumah lagi tempatnya.. Pempek Bangka. Enak banget!
DeleteAish jadi kangen mpek2, semalam baru aja milih foto2 perjalanan di palembang tapi mau nulisnya males banget hehehe
ReplyDeleteEh bang ihwan udah duluan cerita mpek2
Wah enak neh Om Cumi udah ngerasain pempek langsung di tempat asalnya.
DeleteJangan males dong Om, para fansnya udah nungguin tuh pose santun jelang Ramadhannya he3
Hmmm... pastinya yummy, nih...
ReplyDeleteKalo di Jerman mudah nggak Mbak nyari pempek?
Deleteaihhh jadi ngences, aku fanatik pempek kulit, mengingatkanku masa SMA soalnya wan di palembang, sarapan dan lunchnya pempek hahaha
ReplyDeletePempek kulit...hmm apa mirip kayak kulit ayam crispy? :D
DeleteWah serunya, dulu ikut Papa dinas di Palembang ya Mbak?
harganya sesuai sama kualitasnya, aduh gambarnya bikin laper, hehe.. Keren mas reviewnya, sampai dijelaskan sejarah pempek juga :)
ReplyDeleteAyo Di nyoba makan pempeknya, yang pertama aku saranin di Pempek Farhan trus baru yang lebih enak di Dapur Palembang atau Mang Johan.
DeleteIya dong biar makin sip ditambahi sejarahnya :P
Ugh, pempek dmn2 emg gk ada matinyaaa... Di cilegon ada pempek paling enak se cilegon, kapal selem paling aku sukaa
ReplyDeleteKuliner daerah yang menasional Mbak he3 ribet bahasanya.
DeleteSama Mbak, aku juga suka sebab ada telornya :D
aku suka sekali pempeeeek, lucu juga tulisannya @1750, kupikir harganya
ReplyDeleteLho itu emang harganya Mbak Astin he3
Deleteunik namanya pempek kapal selam
ReplyDeletePas pertama dengar juga kepo, ternyata bentuknya memang seperti kapal selam :D
Deletenyaaammm pempeknyaaaaa menggodaaa.. yang bikin nagih ke pempek yang enak kalau saya tergantung kuahnya.. kl cocok di lidah, pasti balik, hehehehe..
ReplyDeleteKalau saya, pempek dan kuahnya Mbak. Kalo pempeknya nggak alot dan kuahnya pedes maknyus pasti saya balik :D
DeleteGa pernah ada bosennya kalo makan pempek. Btw, aku lebih suka pempek dimakan tanpa digoreng. Cukup dikukus saja. Enak lebih empuk.
ReplyDeleteBerhubung saya sukanya yang ada krenyes-krenyesnya maka saya prefer yang digoreng Mbak he3
DeletePempek kayaknya sudah menjadi makanan orang Indonesia. Makanan Khas palembang yang mudah ditemukan diseluruh kota di Indonesia
ReplyDeleteBener sekali Mbak, mungkin karena karakter dan rasanya yang khas banget makanya bisa menaklukkan hati mayoritas masyarakat Indonesia.
Deletemmm...klo pempek farhan emang kurang kurang terasa ikan nya...dan lebih terasa sagunya..sehingga teksturnya agak keras..tp banyak orang yg beli trus di jual lagi...selain murah..tp rasanya udah banyak yg suka..sausnya apa lg...sdikit pedes gmana gtu...
ReplyDeleteSelain enak makannya , tempat wisata indonesia nya juga keren !!
ReplyDeleteMet pagi pak/bu.. Mau tanya putih telurnya di jual apa tdk? Klo di jual, sy mau beli.. Perhari sy membutuhkan 50/100 kg, bs gak?
ReplyDeleteOya bu/pak.. Klo putih telurnya di jual, ini no.hp saya rubi 085257644639.matur Suwon
ReplyDeletecoba nih: http://bit.ly/2mqVdHt pasti rasanya beda dari semua :)
ReplyDeletepempek asli palembang tidak pakai mie :D
ReplyDelete