Ini adalah awal dari serial blog yang akan saya beri tag Jelajah Jakarta.
Untuk meningkatkan kualitas SDM setiap
instansi atau perusahaan biasanya mengikut sertakan para stafnya pada diklat
atau seminar yang diadakan oleh kantor pusat atau instansi lainnya. Begitu juga
dengan tempat saya bekerja, pada bulan November 2014 saya ditugaskan untuk
mengikuti Diklat Manajemen Perpustakaan yang diadakan oleh Perpustakaan
Nasional RI di Hotel Grand City, Pal Putih, Jakarta. Diklat Manajemen
Perpustakaan ini sudah berjalan selama beberapa tahun, pada periode yang saya
ikuti ini sudah masuk angkatan yang ke 13.
Name Tag Peserta |
Kantor menugaskan dua orang untuk
mengikuti diklat ini yaitu saya dan Khety, temen kerja saya dari bagian lain.
Buat saya, tugas ini sangat istimewa karena untuk pertama kalinya saya
ditugaskan mengikuti diklat keluar kota dan kali ini langsung ke ibukota
Jakarta. Selain istimewa juga sekaligus tantangan karena ternyata diklat ini
diperuntukkan bagi calon perpustakaan, saya baru mengetahui hal ini saat acara
pembukaan diklat. Pantesan ketika berkenalan dengan semua peserta, mayoritas
sudah pada berumur dan ternyata sebagian besar merupakan kepala perpustakaan.
Saya dan Khety berasa imut sendiri deh jadinya, apa kantor nggak salah mengirim
kami, begitu pertanyaan yang muncul dalam benak saya waktu itu.
Diklat Manajemen Perpustakaan ini diikuti
oleh para kepala perpustakaan dan staf perpustakaan dari berbagai daerah di
Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua. Senang sekali rasanya bisa bertemu
dengan orang-orang baru dengan latar belakang suku bangsa yang berbeda-beda. Diklat
dilakukan selama 10 hari dan selama 10 hari itu kami menginap di Hotel Grand
City. Saya waktu itu sekamar dengan Bapak Siren S.Sos, beliau adalah kepala
perpustakaan di Perpustakaan Daerah di Kalimantan Barat. Bapak Siren baru tiga
bulan diamanahi jabatan baru tersebut, beliau sangat bersyukur dengan adanya
diklat ini karena sebenarnya beliau tidak memiliki background ilmu perpustakaan
sama sekali.
Berbagai
materi tentang dunia perpustakaan diberikan selama diklat selama 10 hari
tersebut antara lain:
1.
Kebijakan
Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan
2.
Manajemen
Pengembangan Perpustakaan
3.
Manajemen
Pengembangan Bahan Perpustakaan
4.
Manajemen
Pengolahan Bahan Perpustakaan
5.
Manajemen
Sistem Informasi
6.
Manajemen
Pelestarian Bahan Perpustakaan
7.
Manajemen
Layanan Prima Perpustakaan
8.
Manajemen
Promosi Perpustakaan
9.
Rencana
Pengembangan Program Perpustakaan
Sedangkan
para pengajarnya berasal dari Perpustakaan Nasional RI, Universitas Islam
Negeri Jakarta dan Universitas Mercu Buana. Diklat tidak hanya diisi pemberian
materi saja namun ada diskusi, penulisan kertas kerja, seminar dan studi
banding ke Perpustakaan Mahkamah Konstitusi.
Antusiasme
para peserta besar sekali dalam diklat yang saya ikuti, hal ini terlihat dari
semangat para peserta saat sesi diskusi dan tanya jawab. Saya sebagai peserta
yang paling muda sampai kagum dan sedikit tersentil dengan semangat para bapak
dan ibu yang kebanyakan berasal dari daerah tersebut. Namun tidak dipungkiri
ada juga beberapa peserta yang tampak pasif dan lempeng-lempeng saja, saya bisa
memakluminya karena tidak semua orang mendapat panggilan dari hati untuk terjun
ke dunia perpustakaan. Peran perpustakaan sebenarnya sangat vital dalam suatu
daerah atau institusi karena perpustakaan adalah sumber ilmu dan informasi
namun sayangnya selama ini perpustakaan seringkali dianak tirikan, terutama
dalam pengajuan anggaran dimana selalu dapat anggaran yang sedikit atau yang
terakhir.
Saat
pembagian tugas untuk menyusun makalah seminar, saya dan Khety ditempatkan
dalam kelompok yang berbeda namun sama-sama ketiban sampur yaitu kantor kami
dijadikan sebagai objek penelitian. Otomatis sebagian besar makalah seminar
kami yang menulisnya deh.
“Tempat Mas
Ihwan saja ya yang dijadikan objek penelitian, kami ini sudah pada tua-tua,
nggak bisa mikir yang berat-berat.”
“Iya Dek
Ihwan, kamu saja yang nulis makalahnya, nanti kita bantu-bantu yang kurang.”
Mau nggak
mau kami mengiyakannya, kalau menolak nanti malah tugasnya nggak akan selesai.
Agak nekat juga sih karena materi yang dibahas dalam seminar tersebut bukan job description kami. Untung teman kerja kami di Malang mau membantu dengan
mengirimkan beberapa data yang kami butuhkan, lalu salah satu anggota kelompok
saya meminjamkan laptop ajaib sehingga kami tidak perlu bergantian mengetik karena pihak kantor hanya
membekali kami satu laptop.
Alhamdulillah saat seminar saya dan Khety bisa
mempresentasikan makalah kami dengan baik. Tidak sia-sia jerih payah dan
kesungguhan kami mengikuti diklat, saat pengumuman nilai di akhir diklat saya
dan Khety berhasil mendapatkan peringkat 10 besar.
Sesi Seminar |
Bersama Mbak Riri, staf Perpus Badan Sandi Negara |
Bersama Pak Joko, staf Perpustakaan Nasional RI |
Yang paling
seru dari diklat adalah saat kami studi banding ke Perpustakaan Mahkamah
Konstitusi. Kami mendapat keistimewaan untuk menjadi pengunjung pertama yang
diajak melihat Museum Mahkamah Konstitusi sebelum diresmikan oleh Presiden
Jokowi. Museumnya selain sarat dengan nilai historis juga dilengkapi dengan
fasilitas yang sangat canggih hingga membuat saya terkagum-kagum. Untuk cerita
lengkapnya akan saya ceritakan di tulisan selanjutnya ya.
Nampang di depan Mahkamah Konstitusi |
Oh ini yang dulu ketemuan sama Iyas ya Wan?
ReplyDeleteIya Yan, nanti ada ceritanya juga kok. Sudah lama pengin nulis, baru kali ini sempat selain itu juga lagi nggak ada ide mau nulis apa he3
DeleteDiklatnya seru mas Ihwan...
ReplyDeleteDiklatnya seru ya, Mas. Ditunggu cerita perpusnya, penasaran, hehe
ReplyDeleteFoto yang bawah itu serius amat, Tegaaaakkkkkkkk grak!. hehehe
ReplyDeletePingin juga punya laptop ajaib, laptopku dah terlalu "tua".
Asik mas manajemen perpustakaan. Ada ikut yang dr Goodreads. Gak gampang banget. Hahahaha.
ReplyDeletePaling seru kalau udah training atau meeting gitu, ketemu temen2 se Indonesia soalnya :)
ReplyDelete