Dunia anak identik dengan bermain, boleh dibilang hampir sebagian besar waktu anak-anak dihabiskan untuk bermain. Namun sayang banyak orang tua yang merasa khawatir jika anaknya suka bermain maka akan menjadi malas. Padahal pengaruh bermain bagi perkembangan anak itu positif sekali asalkan kita sebagai orang tua selalu mengarahkan dan mengawasinya dengan baik selama mereka bermain.
Berikut adalah beberapa point yang saya interpretasikan dari buku Perkembangan Anak yang ditulis oleh Elizabeth B. Hurlock:
Perkembangan Fisik
Bermain aktif penting bagi anak
untuk mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuhnya. Bermain juga berfungsi
sebagai penyaluran tenaga yang berlebihan yang bila terpendam terus akan
membuat anak tegang, gelisah dan mudah tersinggung. Anak yang sehat akan selalu
aktif bergerak dan senang mengeksplorasi apa saja yang ada di sekitarnya.
Namun sayangnya sekarang ini
anak-anak kita sudah terpapar oleh gadget di usia dini sehingga kurang sekali
melibatkan aktivitas fisiknya dalam bermain. Mereka lebih suka bermain
game-game online yang bisa membuat
mereka betah berlama-lama dengan gadget atau komputer.
Sebenarnya ini self reminder juga
sih buat kami karena sudah mengenalkan Aiman pada handphone dan gadget. Tapi
kami lebih sering mengajaknya melihat foto atau rekaman videonya saat naik
odong-odong. Alhamdulillah sekarang sudah mulai berkurang, Aim biasanya kalau
sudah di atas tempat tidur suka bermain mobil-mobilan atau menata
sepatu-sepatunya.
Dorongan Komunikasi
Agar dapat bermain dengan baik
bersama yang lain, anak harus belajar berkomunikasi dalam arti mereka dapat
mengerti dan sebaliknya mereka harus belajar mengerti apa yang dikomunikasikan
anak lain.
Di saat anak berada dalam fase belajar berbicara maka bermain bersama anak-anak yang lain bisa menstimulus
kemampuan berbicaranya. Sangat menyenangkan sekali ketika melihat dua balita
yang lucu berkomunikasi dengan bahasa yang hanya mereka sendiri yang mengerti.
Saya dan Mama Ivon suka takjub ketika melihat Aiman menyapa sepupunya yang
bertandang ke rumah, mereka mengucapkan halo dengan pelafalan yang mengundang
tawa. Pun ketika sepupunya pulang, keduanya berpisah dengan melambaikan tangan
dan mengucapkan: “Dada…dada…dada…”
Penyaluran Bagi Kebutuhan dan Keinginan
Kebutuhan dan keinginan yang tidak
dapat dipenuhi dengan cara lain seringkali dapat dipenuhi dengan bermain. Anak
yang tidak mampu mencapai peran pemimpin dalam kehidupan nyata mungkin akan
memperoleh pemenuhan keinginan itu dengan menjadi pemimpin tentara mainan.
Di point ini saya jadi teringat
kebiasaan Aiman yang seperti saya bilang sebelumnya yaitu suka sekali menata
sepatu-sepatunya di atas kasur. Saya biasanya menggodanya dengan mengatakan
kalau dia seorang pengusaha sepatu.
Sumber Belajar
Bermain memberi kesempatan untuk
mempelajari berbagai hal – melalui buku, televisi atau menjelajah lingkungan –
yang tidak diperoleh anak dari belajar di rumah atau sekolah.
Kami sudah membelikan Aiman sebuah buku yang khusus diperuntukkan untuk balita. Buku ini bahannya tebal sehingga tidak akan mudah sobek meski digigit ataupun rusak karena terkena air. Buku ini berseri dan tiap serinya ada cerita berbeda yang mengajarkan anak-anak melakukan sesuatu secara mandiri, misalnya makan sendiri, mandi sendiri dan masih banyak lagi lainnya.
Kami sudah membelikan Aiman sebuah buku yang khusus diperuntukkan untuk balita. Buku ini bahannya tebal sehingga tidak akan mudah sobek meski digigit ataupun rusak karena terkena air. Buku ini berseri dan tiap serinya ada cerita berbeda yang mengajarkan anak-anak melakukan sesuatu secara mandiri, misalnya makan sendiri, mandi sendiri dan masih banyak lagi lainnya.
Belajar Bermasyarakat
Dengan bermain bersama anak lain,
mereka belajar bagaimana membentuk hubungan sosial dan bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah
yang timbul dalam hubungan tersebut. Dari hubungan dengan anggota kelompok
teman sebaya dalam bermain, anak belajar bekerja sama, murah hati, jujur,
sportif dan disukai orang.
Untuk saat ini lingkup bermain
Aim masih lebih banyak di dalam rumah mengingat usianya yang baru genap dua
tahun akhir Januari nanti. Tapi meski di dalam rumah namun Aiman mempunyai
teman bermain yaitu para sepupu yang tinggal serumah dan yang biasanya
dititipkan kepada kami. Nah dengan para sepupunya ini kami mengajarkan Aim
untuk berbagi, misalnya memiliki mainan baru atau makanan kecil.
Lalu jika kami ada acara ketemuan dengan teman atau komunitas, Aiman juga kami ajak dan kebetulan sebagain besar teman kami mempunyai anak yang sebaya sehingga Aiman bisa belajar bersosialisasi dengan mereka juga.
Lalu jika kami ada acara ketemuan dengan teman atau komunitas, Aiman juga kami ajak dan kebetulan sebagain besar teman kami mempunyai anak yang sebaya sehingga Aiman bisa belajar bersosialisasi dengan mereka juga.
Untuk saat ini lima point saja
dulu yang saya bagi ya, nanti akan saya lanjutkan di artikel berikutnya.
Salam Hangat,
Keluarga Biru
Mencerahkan Hati, Menenangkan
Jiwa
Semoga bisa mendidik aim dengan benar ya Pa, tantangan kita, terutama mama sih, mesti punya stock sabar yang banyak, kalau perlu bergudang-gudang :D
ReplyDeleteAamiin, apalagi Aim bentar lagi udah dua tahun dan mulai menunjukkan perilaku Terrible Two :D
DeleteMendidik di masa bermain adalah dengan cara bermain :)
ReplyDeletebener sekali Mbak, belajar dengan bermain akan lebih mudah diterima dan itu membutuhkan kreativitas orang tua.
Delete