Sebulan sekali kami menyempatkan diri pulang ke kampung halaman Mama Ivon di Desa Popoh, Kabupaten Blitar. Perjalanan Malang-Popoh memakan waktu sekitar 1 hingga 1,5 jam jika menggunakan motor. Kami sudah terbiasa pulang kampung dengan naik motor sejak Aim berumur tiga bulan. Ada beberapa alasan, antara lain kalau naik motor kami tetap mudah bepergian saat berada di Popoh, lalu bisa sambil istirahat di tengah perjalan di Bendungan Lahor, sedangkan yang terakhir menghindari mabuk perjalanan. Maklum Papa Aim termasuk suka mabuk darat.
Blitar
mempunyai beberapa buah yang khas, mulai dari belimbing, mangga hingga
rambutan. Di setiap rumah penduduk biasanya ditanami buah-buah yang saya
sebutkan barusan, termasuk di rumah Mama Ivon. Belimbing Blitar ukurannya besar
dan dagingnya segar, Mangga Blitar aromanya harum dan terakhir Rambutan Binjai Blitar
dagingnya putih dan manis.
Nah, bulan Januari adalah musim rambutan. Di
setiap rumah penduduk akan tampak buah rambutan berwarna merah yang menggantung
bergerombol di setiap pohon. Menggoda sekali bagi siapa saja untuk memetiknya.
Oh iya, saat
pertama kali memanen rambutan dari pohon saya sempat berujar: “Oh, seperti ini
caranya, kreatif juga.” Alat untuk memetik rambutan yang tergantung di
ranting-ranting yang tinggi itu berupa galahdari bambu. Ujungnya dipecah
menjadi dua bagian yang berfungsi sebagai penjepit ranting. Setelah ranting buah
yang kita incar sudah berada di jepitan bambu maka kita tinggal memutarnya
sampai ranting itu patah. Dibutuhkan kesabaran dan kekuatan lengan untuk memanen
buah rambutan karena ada kalanya ranting yang sudah kita putar tidak langsung
patah. Maka kita harus memutarnya lagi dan ini jauh lebih sulit. Belum lagi
kalau buah rambutannya dikerubuti semut maka kita harus berhati-hati agar tidak
kejatuhan. Gigitan semut buah rambutan lumayan sakit lho.
Meski agak
susah namun semuanya akan terbayar saat kita memakan buah rambutan hasil panen
kita sendiri. Biar makin seru makannya, jangan menggunakan pisau untuk membuka
kulit rambutan. Langsung gigit saja sampai kulitnya membuka, keluarkan buahnya
dan nikmati dagingnya yang semanis gula itu. Bagaimana, seru bukan memakan buah
rambutan langsung dari pohonnya. Oh iya, bagi yang tenggorokannya agak sensitif
jangan makan buah rambutan terlalu banyak sebab bisa menyebabkan batuk.
Akhir bulan kita panen lagi ya pa hehehe
ReplyDeleteBeruntungnya punya kampung halaman :D
Pastiii, semoga rambutanny udh masak semua sepohon :D
DeleteAiiiiiim....bude minta dong rambutannya. Manis gak?
ReplyDeleteManiiis dong Budhe seperti Aim ;-)
DeleteKalau mau, Aim tunggu main ke Malang nanti saya panenkan di desa dulu ya tapi.
wii enak ya punya pohonnya
ReplyDeletekemarin tanya ke pedagang buah..rambutan 1 kg harganya 8.000
iya, lumayan kalau pas awal panen bisa satu keranjang lebih. mungkin sekitar 2-3 kg.
Delete