Sunat atau khitan kini tidak hanya
dilakukan oleh anak laki-laki atau pria muslim, dunia kedokteran Barat telah
menemukan fakta bahwa khitan membawa manfaat yang sangat besar bagi kesehatan
pria. Biasanya anak laki-laki dikhitan ketika berusia 10-12 tahun, tergantung
kesiapan psikologis anak. Namun bagaimana jika anak kita yang masih bayi harus
menjalani khitan karena sesuatu hal? Sebagai orang tua kita pasti khawatir dan
berusaha mencari informasi bagaimana cara mengkhitankan bayi yang aman.
Kali ini Keluarga Biru akan berbagi
pengalaman saat harus mengkhitankan Aiman di usia satu setengah tahun. Penyebab
Aim harus menjalani operasi sirkumsisi ini karena dia menderita fimosis.
Fimosis sendiri adalah penyumbatan lubang penis yang karena bawaan lahir atau
infeksi. Fimosis menyebabkan air seni tersisa di kulup penis sehingga
menimbulkan infeksi, salah satu cirinya adalah bayi sering mengalami panas dan
demam.
Dikhitan Karena Fimosis
Kepastian kalau Aim terkena fimosis
muncul setelah dia harus dirawat di rumah sakit untuk kedua kalinya karena
infeksi. Waktu itu Dr.Ratna, DSA yang
menangani Aim menyampaikan bahwa Aim harus disunat agar tidak terkena infeksi
berulang kali. Hal ini bisa berpengaruh pada pertumbuhannya. Saya lupa kapan
mulai menyadari kalau lubang penis Aim begitu kecil, yang pasti saya sudah
mulai menduga-duga apakah Aim terkena fimosis dan ternyata benar. Di rumah
sakit tempat Aim diopname ini biaya khitan untuk bayi sekitar tujuh juta
rupiah. Yang membuat biayanya mahal adalah khusus khitan bayi ini harus dibius
total agar tidak menimbulkan trauma pada bayi dan dokter yang menangani
haruslah dokter urologi.
Saya kemudian mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya tentang fimosis dan bagaimana cara penyembuhannya di
internet. Dari sebuah forum diskusi parenting
saya mendapatkan data ternyata banyak juga bayi laki-laki yang mengalami
fimosis dan mayoritas langsung mengambil tindakan khitan. Ada seorang ibu anggota
forum yang anaknya juga mengalami fimosis namun dia memilih tidak menyunatkan
anaknya karena dia mendapatkan informasi bahwa lubang penis yang kecil pada
bayi adalah wajar dan nanti seiring bertambahnya usia akan membesar sendiri.
Saya sempat ingin mengikuti apa yang dilakukan ibu tersebut namun saya teringat
kembali apa yang dikatakan Dr.Ratna, saya tidak mau mengambil resiko. Akhirnya
kami pun mantap memilih jalan khitan.
Yang pertama saya lakukan adalah
mencari informasi rumah sakit yang mempunyai dokter urologi dan menerima
asuransi. Kebetulan Aiman punya dua asuransi yaitu Askes (BPJS) dan Prudential.
Atas saran agen asuransi, saya mencari informasi di Rumah Sakit Islam Aisyiah
Malang. Alhamdulillah di RSI Aisyiah mempunyai dokter urologi yaitu Dr.Besut
sedangkan untuk biaya operasinya bisa dicover dengan Prudential karena Dr.Besut
tidak bekerja sama dengan Askes. Saat memeriksakan Aim ke Dr.Besut, beliau
hanya melihat sekilas sudah langsung menyatakan bahwa Aim positif fimosis dan
harus dikhitan. Kami lalu menentukan hari operasinya, sengaja saya pilih hari
Sabtu agar saya tidak perlu ijin kerja sehingga bisa dengan tenang menemani
Aiman. Untuk biayanya diperkirakan habis 7 juta rupiah.
Hari Yang Mendebarkan
Sesuai dengan instruksi Dr.Besut
Aim kami masukkan ke RSI Aisyiah pada Jumat sore agar Aim bisa diperiksa
kondisinya apakah sehat dan sudah siap untuk menjalani operasi sirkumsisi besok
paginya. Awalnya Aim diperiksa di UGD untuk pemeriksaan umum, setelah baru
diantarkan ke ruang anak-anak yaitu Ruang Ali Kelas 3. Sebenarnya fasilitas
rawat inap Aim di Prudential mendapatkan jatah kelas 2 namun kami pilih kelas 3
agar biayanya tidak terlalu besar.
Di ruangan tempat Aiman dirawat
ternyata sudah ada dua anak yang sudah dirawat lebih dulu, ada seorang anak
perempuan umur 8 tahun yang menderita sakit jantung bawaan dan seorang bayi
seumuran Aiman yang sakit panas. Kedua orang tua anak-anak sempat heran melihat
Aiman yang tampak tetap ceria dan bugar meski harus ngamar, kemudian kami
jelaskan kalau Aim hendak menjalani khitan.
Untuk menjalani perawatan di RSI
Aisyiah ini kami hanya perlu menunjukkan kartu Prudential saja namun pihak
rumah sakit tetap harus melakukan konfirmasi kepada pihak Prudential. Nah, waktu
kami masuk itu sudah sore dan admin Prudential sudah pulang. Ditambah lagi hari
Jumat sehingga baru bisa dikonfirmasi hari Senin. Awalnya kami sempat
bersitegang dengan pihak RSI Aisyiah yang meminta persetujuan awal dari kami
jika pihak Prudential tidak bersedia menanggung biaya khitan maka kami harus
membayar sendiri. Tentu saja kami tidak mau karena jujur kami tidak mempunyai
persediaan dana sebesar 7 juta. Kalau memang Prudential tidak mau menanggung
maka kami akan pindah rumah sakit saja. Karena ketidak pastian ini, jadwal
sunat Aiman yang sedianya hari Sabtu menjadi tertunda. Kami pun hanya bisa
menunggu dan berharap pertolongan dari Allah.
Alhamdulillah tidak sampai hari
Senin kami mendapatkan kepastian dari RSI Aisyiah jika Prudential akan
menanggung biaya khitan Aim. Sujud syukur kami panjatkan kepada Allah, tidak
sia-sia selama ini kami menyisihkan penghasilan kami untuk membayar polis Aim
tiap bulannya. Jadwal khitan Aim pun diatur ulang dan syukurlah Aim tetap bisa
khitan hari Sabtu, hanya jamnya saja yang berubah.
Oh iya, sebelum kami memutuskan
untuk mengkhitankan Aim kami sudah punya komitmen untuk membantu event menulis
yang diselenggarakan sahabat kami, Anis. Saya menjadi juri sedangkan Mama Ivon menyumbangkan
snack buatan Dapur Ivonie. Awalnya rencana kami setelah Aim
disunat Sabtu pagi, maka siangnya Mama Ivon bisa pulang sebentar untuk
membuatkan snack namun karena jam
khitan diundur habis Ashar maka saya harus sendirian mendampingi Aim menunggu
waktunya dikhitan. Meskipun hanya operasi kecil namun tetap saja Aim harus
berpuasa selama 6 jam sebelum dikhitan dan ini termasuk berat buat kami.
Selepas makan siang saya bisa santai karena Aim tertidur. Perjuangan baru
dimulai saat Aim siuman dari tidur, seperti biasa dia akan mencari Mama Ivon
untuk nenen. Karena Mama Ivon tidak ada, jadilah Aim rewel dan menangis.
Untunglah sepupu saya Fitri dating menemani sehingga bisa membantu mengalihkan
Aim dari rasa hausnya. Kami mengajak Aim melihat-lihat ke jendela, melihat
kucing dan apa saja yang bisa menghentikan tangisannya. Karena jika Aim terus
menangis dia akan semakin haus.
Selepas Maghrib kami baru
dipanggil oleh perawat menuju ruang operasi. Dengan didampingi Fitri dan Bulek
Min yang dating belakangan, saya menggendong Aiman yang sudah mengenakan baju
operasi menuju ruang operasi. Waktu saya gendong Aim sudah bisa reda tangisnya
tapi ketika kami memasuki ruang operasi yang dingin dan melihat suster dan
seorang dokter, tangis Aim kembali pecah. Kami berusaha menghiburnya dengan
menyalakan video kesukannya di hape saya, namun tidak mempan. Barulah ketika
seorang dokter meminjam hapenya dan memperlihatkan video rekaman aktraksi kembang
api, Aim mau berhenti menangis. Saya benar-benar tidak tega melihatnya, apalagi
saat dokter anastesi menyuntikkan obat bius ke tubuhnya, Aim meronta-ronta dan
kembali menangis.
Setelah obat bius disuntikkan Aim
masih saja menangis namun lama-kelamaan tangisnya reda dan akhirnya dia tak
sadarkan diri di gendongan Bulek Min. Sesaat saya merasa down karena takut akan kehilangan Aiman. Tapi segera saya menguasai
diri karena ini semua dilakukan demi kesehatan dan kebaikan Aiman. Aiman
kemudian dibaringkan di atas tempat tidur dan kami bertiga diminta untuk keluar
dari ruang operasi. Untuk terakhir kalinya saya melihat Aim. Yang kuat Nak, ini demi kesehatanmu. Jangan
takut Aim, kami menunggumu di luar. Cepat siuman Nak…
Waktu terasa begitu panjang dan
menyiksa batin saat kami menunggu proses khitan Aiman. Saya tak hentinya berdoa
sepenuh hati agar Allah memberikan kelancaran pada proses operasi. Mama Ivon
baru kembali dari rumah kira-kira dua puluh menit setelah operasi dimulai.
Sedikit senewen juga sih saya sama Mama Ivon karena tidak mau mendengar saran
saya untuk membeli kue saja. Apalagi dia juga tak kunjung datang sehingga saya
harus sendirian menenangkan Aim sebelum dioperasi. Ini mengingatkan saya ketika
Mama Ivon harus dioperasi Caesar saat melahirkan Aim. Saat itu saya juga
sendirian mendampinginya dioperasi. Nggak menyangka, kini pengalaman serupa
terulang lagi.
Perawatan Setelah Khitan
Alhamdulillah operasi sirkumsisi
berjalan lancar. Setengah jam setelah keluar dari ruang operasi Aim siuman dan
yang pertama dicari pastilah Mama. Kasihan, dia pasti sangat kehausan.
Sebelumnya perawat sudah memberitahu kami agar memberikan air putih terlebih
dahulu. Aim menyedot air dari gelas dengan tergesa-gesa, dia memang sangat
kehausan. Tapi setelah itu dia masih menangis, rupanya dia ingin nenen sama
Mama Ivon. Saya lalu bertanya kepada perawat apakah sudah boleh minum susu,
mereka pun memperbolehkan.
Jangan membayangkan bahwa meski
baru disunat Aim akan tergolek lemas atau gimana, dia justru tetap aktif seperti
biasanya. Malahan kami yang ketar-ketir sendiri melihat tingkahnya yang seperti
tak merasakan sakit sama sekali. Apalagi luka sunatnya itu dibiarkan terbuka
begitu saja, kami khawatir kalau luka sunatnya akan tergesek atau tergencet
saat Aim bertingkah. Dr.Besut sendiri mengatakan bahwa lukanya sengaja tidak
diperban agar cepat kering. Adapun metode yang dipergunakan untuk mengkhitan
Aim adalah gabungan antara metode konvensional dan laser.
Minggu siang Aim sudah
diperbolehkan pulang. Kami pun merasa lega namun sekaligus khawatir dengan
perawatan setelah khitan. Modal kami hanyalah petunjuk dari Dr.Besut yang
diberikan sesaat setelah operasi, sedangkan perawatnya tidak memberikan
petunjuk atau intruksi khusus kepada kami. Untuk makanan tidak ada pantangan,
Aim boleh makan apa saja. Beda dengan saya dulu, keluarga tidak memperbolehkan
saya mengkonsumsi telur dan daging-dagingan karena khawatir luka sunat tidak
akan cepat mengering. Ternyata anggapan itu salah, justru semakin beragam
makanan yang dikonsumsi anak yang habis sunat maka akan semakin cepat lukanya mengering.
Untuk sementara Aim tidak boleh memakai pampers karena menghindari resiko luka
khitan terkena infeksi jika bersentuhan terlalu lama dengan air kencing. Untuk
pengobatannya, Aim diberikan obat yang diminum untuk menghilangkan rasa sakit
dan salep untuk dioleskan di penisnya.
Merawat balita aktif yang habis
khitan itu benar-benar menguji kesabaran. Tingkah laku Aim makin menjadi saja
setelah berada di rumah, dia berlarian ke sana ke mari. Naik turun tempat tidur
dengan santainya tanpa terganggu oleh penisnya yang baru disunat tersebut.
Karena tidak boleh memakai pampers maka kami harus rela berulang kali
membersihkan lantai dari air kencing Aim. Malah pernah ketika saya lagi di
kantor, Mama Ivon wasap kalau Aim kencing sambil berlarian sehingga air
kencingnya berceceran di ruang tamu. Hari-hari pertama Aim masih ngompol saat,
tapi hari berikutnya dia tidak kencing sama sekali saat tidur. Yang repot itu
kalau saat keluar, kami terpaksa menggunakan pampers dan rajin memeriksa untuk
memastikan luka sunatnya tidak berdarah. Sebagai ganti pampers, kami
menggunakan celana dalam khusus khitan bila sedang berada di rumah. Lumayanlah,
kami jadi tidak sering-sering mengepel lantai.
Untunglah, masa-masa sulit itu berhasil kami lalui dengan baik. Seminggu setelah khitan Aim sudah bisa beraktivitas seperti biasa. Waktu masih baru disunat dia masih suka excited melihat bentuk penisnya yang ‘baru’ tapi kini sudah terbiasa. Aim kini jauh lebih sehat dan makin aktif saja, kalaupun sakit hanyalah demam biasa yang sembuh dalam hitungan hari. Semoga cerita kami ini berguna bagi siapa saja yang membaca, terutama bagi para orang tua yang harus mengkhitankan anaknya saat masih bayi, aamiin.
Aku yang baca aja deg-degan wan. Tapi hepi ending ya, yeey Aim sudah khitan :)
ReplyDeleteKelak kamu juga akan mengalaminya Yan jika mendampingi anakmu sunat tapi jangan pakai fimosis ya, sunat yang normal saja he3
DeleteSama seperti Cek Yan, aku bacanya deg-degan. Alhamdulillah sudah terlewati ya dan sekarang Aim sudah dikhitan. Semoga sehat selalu ya, Aim :)
ReplyDeleteSoal asuransi, memang bermanfaat sekali, Ihwan. Sekilas kalau hanya melihat dari sisi 'jumlah yang dikeluarkan', ya memang seperti rugi. Padahal, kalau dilihat dari segi manfaat, jelas untung banyak. Memang sih, ga ada yang mau sakit. Tapi sakit juga kalo datang ga pernah bilang-bilang ya. Tahu-tahu sudah merangsek masuk ke badan. Kalau sudah parah, butuh banyak biaya untuk pengobatan. Adanya asuransi sangat membantu. Aku sendiri sudah berkali-kali merasakan manfaatnya :)
Menunggu orang tercinta yang sedang tergeletak di meja operasi itu adalah pengalaman yang takkkan terlupakan Mbak ;-)
DeleteAamiin, makasih doanya Budhe.
Andai mayoritas teman-teman saya punya kesadaran akan pentingnya asuransi seperti Mbak pasti saya akan sangat senang sekali he3
Huhuhu terharu, maafin mama ya nak gak bisa mendampingimu dulu. Sekarang Aim sudah sehat dan semoga mama punya stok sabar lebih banyak :)
ReplyDeleteIya nggak apa-apa Ma, maafnya ganti angpaw sunat aja :D
DeleteAamiin, semoga kita diberi pengetahuan dan kesabaran dalam menddik Aim Ma.
Bacanya jadi ikut keiris iris, anakku imunisasi aja aku langsung bilang "aku saja yang disuntik" nggak tega lihat dia nangis ama sakit. semoga sehat selalu ya Aim. Amin Ya Rabb
ReplyDeleteMbak Zulfa suayaang banget ya ama Najin. Aku juga misal liat Aim sakit gitu pengin kupindahin saja sakitnya padaku, naluri orang tua memang selalu gitu. Aamiin, doa yang sama buat Najin ya Mbak.
Deletewah ini bakal terjadi sama anak saya besok ketemuan dokter,tindak lanjut kepastian disunat ga nya... , perasaan yg sama dalam artikel ini dag dig dug... mungkin ini jln terbaik buat anak ,mudah ''an besok di di beri kelancaran juga penaganan yg tepat supaya lekas ceria dan bermain lg anak say..Aamiin..
ReplyDeleteSemoga segera dapat kepastian ya Mas. Kalaupun memang harus dikhitan semoga berjalan lancar agar anaknya sehat dan ceria lagi seperti sedia kala, aamiin. Makasih sudah mampir dan salam kenal :-)
DeleteMas, salam kenal. Nama saya fauzi asal jogja. Anak saya juga fimosis. Asuransi nya pake prudential dan bpjs. Untuk prudential ditanggung brp mas untuk biaya operasinya?
ReplyDeleteaku biyen yo sepit e pas umur rong tahun kok wan, malahane ngasi gede ora ana kewajiban sunat maning :D
ReplyDeleteSalepnya namanya apa bu? Untuk mengobati setelah sunat.
ReplyDeleteKalau nggak salah Teramicyn, saya dapat dari resep dokternya Bu :-)
Deleteterima kasih infonya sangat berguna sekali
ReplyDeleteSama-sama Mas :-)
DeleteInformasi yang sangat bermanfaat :)
ReplyDeleteMakasih :-)
Deleteminta do'a nya ya semua, anak saya tgl 2 Maret besok akan dikhitan karena phymosis. Jujur sampai saat ini saya masih sangat khawatir karena umur anak saya masih 6bln,tapi saya takut akan timbul penyakit lain jika anak saya tidak dikhitan. Terimakasih, ceritanya membuat saya sedikit lega
ReplyDeleteWajar Mas jika khawatir, saya saja yang Aiman berumur dua tahun saat dikhitan khawatir apalagi Mas Irvant. Semoga khitannya berjalan lancar dan setelah itu anaknya lekas pulih dan sehat. Sama-sama, senang bisa ikut melegakan hati Mas Irvant.
DeleteAnak saya umur 2thn jg bsk mau ada tindakan sunat krn fimosis. Sy jg sangat dag dig dug apalagi blm dpt kepastian dr prudential. Jengkel sy krn dijanjikan akan dikabari bisa atau tidaknya tp malah tdk dikabarin jg malah pas sy tlp ke rmh sakit hermina alasannya blm di acc prudential sdgkn dr prudential bln diajukan rmh sakit hermina. Jd dilempar sana sini. Gmn mas apa yg hrs sy lakukan? Pdhl bsk sdh janjian sm dokter bedah jam 15.00
ReplyDeleteSeperti yang saya tuturkan di dalam blog, saya pun juga harus menunggu lama Mas tentang kepastian apakah biaya sunatnya akan dicover Prudential atau tidak.
DeleteMemang dari Prudential butuh konfirmasi dulu ke dokter bedah apakah penyebab anak kita disunat itu sesuai dengan ketentuan penyakit yang bisa dicover atau tidak. Saya doakan semoga biaya sunat anaknya dicover oleh Prudential ya Mas, aamiin.
Kasusnya sama seperti saya. Oleh pihak hermina dijanjikan proses acc asuransi selesai dlm 3hari (sy daftar rawat inap hr senin malam), tp sampai jumat pagi blm jg dapat konfirmasi via telepon untuk kepastian acc dan jadwal operasi dari RS. Suami saya telepon asuransi, katanya tdk ada pengajuan dari pihak RS Hermina dan mereka menjelaskan bahwa sebenarnya mereka cepat dlm mengganti klaim dari pasien. Akhirnya saya dan suami berinisiatif datang langsung menanyakan ke pihak hermina. Sebelumnya (hr selasa) pihak perawat kan bilangnya hrs ada acc asuransi baru bisa ditentukan jadwalnya, sedangkan hari ini (tgl 1 april 2016) pihak pendaftaran bilang hrs ditentukan jadwal dulu baru bisa acc asuransi. Jengkel, saya marah2 ke pihak pendaftaran, ttg perbedaan informasi ini. Akhirnya dibuatkan solusi oleh yg berasangkutan, bahwa saya bersedia membayar pribadi apabila asuransi tidak mengcover biayanya. Lalu kami diantar ke ruang OK untuk mem buat jadwal operasi, kami mendesak besok dilakukan tindakan operasinya. Malam hari sekitar pukul 7 kami di telepon oleh ruang OK yg memberi kepastian bahwa operasi dilakukan besok (2 april 2016) pukul 15.00. Sehingga putra saya Razka (3th 11 bulan) hrs berpuasa total dari jam 9 pagi.
DeleteHal yg sama juga saya rasakan, sedih ketika melihat anak saya jerit2 kesakitan dipasang infus dll, apalagi ketika menemaninya masuk ruang operasi dan dibius total. Alhamdulillah proses operasinya cepat sekitar 10 menit. Sekarang tinggal pemulihannya di rumah. Semoga anak kami menjadi lebih sehat lg dari sebelumnya.
Alhamdulillah kalo sunatnya sudah dilakukan, gimana sekarang kondisi anaknya Mbak? Lalu untuk biayanya apa di-acc sama pihak asuransi?
DeleteAnak saya umur 2thn jg bsk mau ada tindakan sunat krn fimosis. Sy jg sangat dag dig dug apalagi blm dpt kepastian dr prudential. Jengkel sy krn dijanjikan akan dikabari bisa atau tidaknya tp malah tdk dikabarin jg malah pas sy tlp ke rmh sakit hermina alasannya blm di acc prudential sdgkn dr prudential bln diajukan rmh sakit hermina. Jd dilempar sana sini. Gmn mas apa yg hrs sy lakukan? Pdhl bsk sdh janjian sm dokter bedah jam 15.00
ReplyDeleteAnak saya umur 5 bln, kata dokter fimosis. Tp anak saya ga pernah demam atau sakit, hanya pipisnya kemerah merahan. Ciri2 fimosis yg dialami anak bunda gimana sih bund?
ReplyDeleteCiri-ciri yang bisa dilihat secara jelas adalah kulup penisnya yang berlubang kecil Mbak. Jika kencing biasanya menggembung karena lubangnya kecil sehingga tidak bisa lancar keluarnya.
DeleteAnak saya umur 5 bln, kata dokter fimosis. Tp anak saya ga pernah demam atau sakit, hanya pipisnya kemerah merahan. Ciri2 fimosis yg dialami anak bunda gimana sih bund?
ReplyDeleteHalo Bunda Eka, maaf baru jawab. Kalau Aiman pipisnya nggak kemerah-merah tapi sering demam or sakit. Trus kalo kencing itu kulit penisnya menggembung. Gimana keadaan anaknya sekarang, apa disunat juga?
DeleteYa allah sedih sekali hati ini saat membacanya ,apalagi saya baru mengetahui anak saya jg terkena fimosis dan baru akan konsultasi kedokter anak besok ..��
ReplyDeleteMohon doanya agar ada jalan keluar yg terbaik untuk anak saya "hafizh" ..
Yang sabar ya Mbak Ella, semoga mendapatkan solusi yang terbaik yang penting anaknya sehat.
DeleteBunda admin keluarga biru , domisili d malang kah ? Saya ingin banyak menanyakan ttg fimosis krnanak sy pun begitu dan harus d sunat , bisa saya minta nomor yg bisa d hubungi ?
ReplyDeleteIya kami domisili di Malang. Silakan hubungi Papa Ihwan di nope ini: 082233822410.
DeleteSalam mba, saya mau tanya brp lama rawat inap di rumah sakit ya mba?
ReplyDeleteYa Allah maaf saya telat bacanya. Aiman dulu dirawat inap hanya dua hari Mbak, malah kalau tidak menunggu kepastian dari Prudential bisa sehari saja. Gimana sekarang kabar putranya?
DeleteBunda admin anak sya baru berumur 7 minggu,,kemarin ke dr. Anak di rs. Bunda.. katanya ank laki2 sya terkena fimosis. Krn sya liat ujung penisnya merah sejak lair,.. apa yg hrs sya lakukan? Menunggu ank agar besar sedikit atau lgsg ke dokter bedah.. kasian masih umur 7 hari ank sya (arzillo..)
ReplyDeleteSalam Bunda. Kata dokter anaknya gimana? Apa beliau tidak memberikan saran baiknya dikhitan kapan?
DeleteBisa juga Bunda langsung datang ke dokter bedah dan bertanya langsung. Semoga lekas sembuh ya putranya, saya tunggu kabar selanjutnya. Kalau mau sharing bisa di wasap: 082233822410.
saat disunat aim usia berapa..??
ReplyDeleteAiiimmmm anak pinterrrrr hebat juaraaakkk
ReplyDeleteAnak sy usia 5,5 bln dari usia 4bln difonis fimosis oleh dr anak. Anak sy sering demam pagi hingga siang hari. Kta dokter anak bsa disunat saat berat 10kg. Anak sy baru 8kg. Sampe skrg mau suntik DPT 3 tertunda krn demam. Apakah anak bunda sering demam jg?
ReplyDeleteKalo bayar mandiri berapa kisaran biaya nya ??
ReplyDeletesalam kenal sama keluarga biru, pengalaman yang begitu berharga yah mas dalam menguji kesabaran setelah khitanan anak
ReplyDeleteKebetulan saya sendiri punya anak laki-laki umur 8 bulanan, sering pakai pampers, saya juga takut sendiri sihh, banyak orang mengatakan bahwa kalau sering pakai pampers itu suka ada gangguan dipencernaan si anak. Tapi saya juga sering takut sampai sekarang juga mas, saya udah sarannin ke istri saya untuk supaya anak kami jangan sering pakai pampers terus,
Apa benar yahh fimosis itu bisa terjadi karena pakai pampers?