Saya masih ingat ketika pertama kali
melihatnya di dealer sepeda motor dengan mantab saya memilihnya. Yamaha Vega R
Biru. Faktor utama yang menggerakkan hati saya memilihnya apalagi kalau bukan
warna birunya.Tentang tipenya, mana saya mengerti saat itu kelebihan dan
kekurangannya. Saat itu yang mengantarkan saya ke dealer adalah paman saya. Beliaulah
yang memilih tipe itu dengan pertimbangan body-nya
ramping dan tidak terlalu tinggi, cocok dengan saya katanya. Ya sudahlah saya
menurut saja.
Saya masih ingat ketika pertama kali
mengendarai Vega Biru rasanya tuh excited
karena akhirnya saya bisa memiliki sepeda motor. Sebelumnya saya sudah terbiasa
naik mikrolet dan sepeda jika berangkat kerja selama kurang lebih lima tahun.
Meski saya membelinya dengan kredit namun saya tetap bangga karena saya
membelinya dengan hasil jerih payah saya sendiri.
Saya masih ingat bagaimana sedihnya
hati ini ketika pertama kali jatuh bersama Vega Biru. Padahal waktu itu baru
sehari Vega Biru dikirim pihak dealer ke rumah. Saya yang sedang semangat
belajar dan ingin cepat mahir mencoba mengendarai Vega Biru ke jalan raya. Naas
tak dapat dihindari, ketika melewati jalan yang menanjak saya kebablasan
memutar gas. Karena masih gigi satu, otomatis Vega Biru pun melesat hingga ke
seberang jalan. Bersamaan dengan itu dari arah berlawan melaju sebuah mobil pick-up, untung saja sopirnya sigap
menginjak rem sehingga kami tidak sampai tertabrak. Dengan dibantu orang yang
kebetulan di jalan, saya menepikan Vega Biru. Alhamdulillah saya tidak
mengalami luka sedikitpun tapi si Vega Biru? Bagian depannya baret karena
tergores aspal, ada yang pecah sedikit di dekat lampu depan dan yang paling
parah adalah setirnya bengkok!
Akhirnya saya pulang ke rumah dengan
mengendarai Vega Biru yang setirnya bengkok ke kiri tersebut, jelas susah
banget. Saya harus mengarahkan setirnya miring ke kanan agar jalannya tetap
lurus. Untungnya saat tiba di rumah tidak ada keluarga di teras, saya khawatir
mereka pasti akan lebih heboh reaksinya melihat kondisi Vega Biru. Seorang
tetangga berbaik hati membantu saya meluruskan kembali setir yang bengkok itu
sehingga keluarga saya pun tidak sampai tahu tragedi konyol yang baru saya
alami.
Di hari-hari berikutnya Vega Biru
setia mengantar saya melakukan berbagai aktivitas, mulai dari bekerja,
mengantar keluarga, mbolang juga pacaran he he he. Agar performanya tetap oke,
saya rajin servis rutin tiap bulan. Pun agar penampilannya selalu kinclong saya
juga rajin menyucinya jika keadaannya sudah terlihat kotor. Bahkan saat musim
hujan, tak peduli meski malam hari saya akan langsung mencucinya begitu sampai
di rumah.
Perjalanan jauh pertama yang pernah
saya lalui bersama Vega Biru adalah ketika menghadiri acara bedah buku di
Surabaya. Dengan ditemani kakak, kami berboncengan mengendari Vega Biru
membelah jalan raya Malang-Surabaya dengan diguyur hujan yang deras. Meskipun
hanya motor bebek dengan cc yang kecil namun performa Vega Biru tetap prima,
tetap gesit melewati jalan berlubang juga banjir.
Tak terasa kini sudah hampir sepuluh tahun Vega Biru menjadi sahabat setia saya. Dia tak hanya menemani saya melewati jalan demi jalan, namun dia juga menemani saya melewati setiap proses dalam kehidupan saya. Mulai dari saya masih bujang hingga sekarang saya berkeluarga. Oh iya, entah ini bisa dibilang kebetulan yang indah atau apa. Plat nomer Vega Biru diakhiri dengan huruf AI. Saya baru sadar ternyata huruf AI itu identik dengan nama kami berdua yaitu Ani Ivon dan Ihwan Hariyanto. Lalu juga merupakan dua huruf pertama nama anak kami: Aiman.
Alhamdulillah meski sudah cukup berumur namun Vega Biru tetap tangguh mengantarkan Keluarga Biru mudik ke Blitar tiap bulan. Pernah sekali Vega Biru mengalami kendala saat mudik, yaitu ban dalam robek setelah melewati Jalibar. Untung saja ada tukang tambal ban terdekat sehingga kami bisa melanjutkan perjalanan.
Kondisi Vega Biru kini memang tidak
semulus dulu lagi. Ada baret di sana-sini, catnya juga sudah pudar akibat sinar
terik matahari. Walaupun begitu performamu tetap prima sehingga tak heran ada
beberapa teman yang berminat membelimu. Sampai kapanpun saya tidak akan menjual
Vega Biru, dia akan tetap saya rawat semampu saya. Terimakasih Vega Biru atas
jasamu yang begitu besar kepada Keluarga Biru. Semoga engkau tetap tangguh
menaklukkan setiap jengkal jalan yang kita lalui bersama, aamiin.
Bawa apa itu Wan? Perlengkapan kurir Dapur Ivone?
ReplyDeleteBukan, pakaian dan barang pas mudik kemarin.
DeleteBtw ini siapa ya, kok ga ada namanya?
Motor GL-Maxku udah nemenin 13 tahun. Woow, gak kerasa. Hati-hati di jalan Aiiimmm :)
ReplyDeleteWiih Om Ndutt bawaannya gagah banget, cocok sama orangnya, huge ;-)
DeleteAamiin, makasih Om.
Aku suka Astrea Grand 96 :D
ReplyDeleteNgirit sih
Motor jadul ngirit ya Mas? :D
DeleteMakasih udah mampir dan komen di rumah maya kami ;-)
Seneng banget ya, Wan.. kalo bisa punya barang (apapun itu) yang dibeli dengan hasil usaha sendiri.. Ada kepuasan tersendiri rasanya :)
ReplyDeleteIya betul sekali Dee dan rasanya sayang kalau mau dijual sebab punya nilai historis juga. Rencana lama sih pengin aku cat ulang body-nya biar kayak baru lagi :D
DeleteAwet, yaa.... Setuju kata Mbak Dee An. Rasanya meski sederhana kalau dibeli dengan hasil keringat sendiri rasanya giana gitu. bener2 ngeman. :) ira
ReplyDeleteAlhamdulillah awet Mbak sampai ada yang nawar berkali-kali :D
DeleteMungkin karena mereka tahu kondisi motor saya masih orisinil, nggak saya modif-modif kayak yang lain.
Setuju sama quota 'Dia tak hanya menemani saya melewati jalan demi jalan, namun dia juga menemani saya melewati setiap proses dalam kehidupan saya." Saya juga pernah menulis seperti itu tentang Revo ku, si revo shahabat perjalanan. Bukti sejarah dari hasil jerih payah ... Semoga Barokah :)
ReplyDeleteKalau di India sekarang mbolangnya pake apa Mbak?
DeleteAamiin, makasih doanya Mbak Zulfa :-)