Siapa yang
tidak suka travelling? Pergi ke tempat-tempat yang menarik entah itu sendiri,
bersama teman se-gank atau keluarga tercinta. Saya pun juga demikian, menyukai
travelling namun masih setengah hati. Kenapa setengah hati?
Ada beberapa
alasan. Yang pertama, saya punya kelemahan yaitu suka mabuk-mabukan. Bukan
karena minuman keras namun mabuk perjalanan. Saya memang orangnya tidak tahan
dengan AC, apalagi jika naik bus yang biasanya AC-nya baunya menusuk hidung,
itu musuh besar saya. Itulah kenapa saya
akan berpikir dua kali jika diajak travelling yang jauh dengan naik bus atau
mobil ber-AC, saya akan lihat dulu apakah objek wisatanya itu worth it nggak
untuk didatangi. Deeuh sok jual mahal banget yak, padahal kalau diajaknya
gretongan pasti langsung iya-iya saja.
Lalu alasan
kedua, keluarga. Posisi sebagai anak bontot membuat kehidupan masa lajang saya
dulu sedikit terkekang ahahaha buka kartu deh. Kalau mau pergi ke tempat-tempat
yang jauh pasti harus melewati berbagai macam pertanyaan dari keluarga, pergi
sam siapa, naik apa, berapa lama, nginep atau enggak dan banyak lagi lainnya.
Apalagi kalau travelling, kalau tempatnya jauh gitu pasti deh nggak dikasih
ijin. Trus saya nurut gitu aja ya?
Kalau saat
remaja dulu sih iya tapi setelah dewasa ya nggak mau lah. Saya akan berusaha
meyakinkan keluarga bahwa saya akan baik-baik saja di tempat yang akan saya
tuju.
Beberapa kali
saya pernah melakukan travelling baik itu sendiri ataupun sama teman-teman dan
Alhamdulillah saya pulang dengan selamat. Namun sejujurnya setelah berkeluarga
sekarang, saya sedikit menyesal kenapa pas masih lajang dulu nggak travelling
sebanyak dan sejauh mungkin.
Mempunyai
pengalaman travelling membuat saya tergerak untuk menuliskannya, dulu saya
menuliskannya di blog. Pengin juga menuangkannya dalam sebuah buku namun saya
tidak pede, pengalaman travelling saya tidak banyak dan tidak seheboh para
backpacker yang femes seperti Trinity dan Agustinus Wibowo. Namun keinginan
untuk suatu hari menulis buku travelling itu masih tersimpan di dalam hati,
tinggal menunggu pemantiknya saja untuk berkobar menjadi kenyataan.
Kebetulan saya
punya penerbitan indie bernama Mozaik Indie Publisher. Melalui penerbitan ini
telah lahir beberapa buku saya baik solo ataupun antologi. Trus saya juga
membantu beberapa penulis travelling menerbitkan buku travelling mereka. Dari
pengalaman itulah akhirnya saya beranikan diri mengadakan sebuah event menulis
bertema travelling dengan tajuk: Audisi Menulis Backpacker Wannabe.
Melalui Audisi
Menulis Backpacker Wannabe ini saya ingin menjaring teman-teman penyuka
travelling yang masih minder atau merasa belum pantas menulis buku travelling seperti
saya. Itulah kenapa saya membaginya dalam tiga sub tema: backpacker pertama
kali, backpacker terkonyol/terseru dan backpacker ternekat. Dari audisi itu
akhirnya saya mendapatkan 13 naskah dengan tema yang beragam sesuai dengan
ketentuan.
Setelah itu
kami pun mulai memasuki proses pra produksi. Yang digodok pertama adalah cover,
saya mempercayakan pembuatan cover pada desainer Mozaik yaitu Mas Muhammad
Nurul Islam. Untuk layout saya kerjakan sendiri, sedangkan editing dikerjakan
Mama Ivon. Alhamdulillah semua proses berjalan dengan lancar, naskah Backpacker
Wannabe tinggal menunggu antrian. Dan inilah desain cover yang akhirnya
disepakati oleh semua kontributor.
Cover Backpacker Wannabe |
Buat saya
pribadi, desainnya keren dan komikal sekali, sangat mewakili spirit yang saya
usung bahwa siapa pun bisa menjadi seorang backpacker. Mau itu seorang lajang
atau ibu-ibu yang sudah punya buntut pasti mereka punya pengalaman bekpek yang
seru.
Namun banyak
hal terjadi, baik itu kehidupan pribadi saya maupun penerbitan, yang
mengakibatkan pada mandeknya proses penerbitan Backpacker Wannabe. Beberapa kali
kontributor menanyakan di grup bahkan sampai ada yang berniat menarik
naskahnya. Saya pribadi meminta maaf dan merasa bersalah sudah mem-PHP para
kontributor, sungguh tidak ada niatan seperti itu.
Saya musti
bertarung dengan diri saya sendiri, dihadapkan pada pilihan sulit membagi waktu,
pikiran dan tenaga untuk keluarga, pekerjaan dan penerbitan. Saya sempat ingin
mengambil keputusan untuk istirahat sementara dari Mozaik padahal klien penulis
selalu berdatangan tiap bulan, dari sekedar tanya-tanya soal penerbitan hingga
deal menerbitkan naskahnya di Mozaik. Mau menolak itu nggak tega namun di sisi
lain saya takut mengecewakan mereka. Sampai kemudian saya akhirnya beranikan diri
mengambil keputusan untuk tetap menjalankan Mozaik.
Dan buku
Backpacker Wannabe ini saya jadikan sebagai penanda mulai aktifnya kembali
Mozaik secara penuh. Kenapa saya bilang secara penuh karena selama ini saya
hanya posting dan promo buku-buku penulis lain, sedangkan buku Backpacker
Wannabe ini adalah karya saya bersama teman-teman. Berikut ini adalah sinopsis
Backpacker Wannabe, semoga teman-teman punya gambaran jelas isi dari buku
terbaru saya ini:
Belakangan ini,
istilah backpacker menjadi booming.
Backpacker
identik dengan perjalanan murah. Tak jarang banyak yang salah kaprah dalam
mengartikan perjalanan ala ransel ini. Semakin murah, semakin irit, semakin
menyiksa diri, maka akan semakin layak menyandang gelar backpacker.
Bukan seperti
itu.
Backpacker
adalah smart traveller. Smart dalam menentukan tujuan, smart dalam memilih
tempat menginap, dan smart dalam mengatur keuangan selama perjalanan.
Selalu ada
cerita dalam ransel setiap backpacker.
Dan setiap
cerita, akan membawa warna tersendiri bagi pemakainya.
Backpacker
Wannabe mengajak kamu membongkar isi ransel mereka dan menemukan beragam cerita
menarik seputar perjalanan yang telah mereka tempuh.
Penasaran?
Saya nanti akan
membuat kuis berhadiah buku dan membuka pre-order Backpacker Wannabe bagi
teman-teman yang berminat membelinya. Ada beberapa keistimewaan jika melakukan
pre-order, salah duanya adalah dapat diskon spesial dan dapat tanda tangan
salah satu penulisnya uhuk-uhuk. Jadi nantikan pengumumannya di blog Keluarga
Biru ya.
aih saya malah ndak tahu ada proyek ini? seharusnya saya ikutan nulis ini *teriak pake beduk mushala*
ReplyDeleteProyek ini saya buat sebelum saya punya blog ini jadi kita belum kenal Mas :D
DeleteYa doain dan dukung agar Backpacker Wannabe ini sukses, ntar saya bikin sequenya hehehe kayak film saja.
Akhirnyaaaaaaa... terbit jugaaa.. :)
ReplyDeleteSayang banget aku kelewatan project keren ini :(
Selamat ya, Wan.. juga semua penulis Backpacker Wannabe
Iya setelah mengalami penantian yang begitu menyiksa :D *lebay*
DeleteKalau kamu kan emang the real backpacker Dee, bukan wannabe lagi kayak aku.
Makasih Dee udah dibantu bikin sinopsisnya :-)
Lantas siapa itu yang gendut di kanan atas? hahahaha
ReplyDeleteSiapa yaa, kayanya dia femes banget deh :P
DeleteItu yang gendut kayaknya kenal :D Juragan pempek dari Palembang, bukan?
DeleteJuragan Post Card Mbak he3
Deleteaku ingat banget ikutan lomabnya dan ada yang aku disuruh revisi, dan setelah itu gak ada lagi jawabannya sampai aku anggap gak ada tapi ternyata dibuat juga ya??? kalau begitu punya aku masuk gak??? aku tertarik juga dengan covernya. Dulu aku ikut dg nama hastira Soekardi
ReplyDeleteMohon maaf Mbak seperti yang saya tulis di atas, banyak hal yang terjadi dan itu membuat saya selama beberapa bulan menelantarkan Mozaik, dan setelah kami baca lagi naskah revisi punya Mbak ternyata masih belum memenuhi standart yang kami inginkan, mohon maaf dan tetap semagat nulis ya :-)
DeleteAish kalian keren ... Selamat yaaaa
ReplyDeleteMakasih Mas Toro, sampeyan juga kereen, kapan neh nerbitin buku travelling? Mozaik siap membantu eaaa malah promo :P
Deleteasik ada diskon nih :D
ReplyDeletentar pesen lho yaaa *maksa.com
DeleteAkhirnya........ buku ini terbit juga. Kontributor dpt kiriman dong ;)
ReplyDeleteSure, tapi setelah bayar buku dan ongkirnya :)
Delete*bantu Ihwan jawab hehe.
Udah dijawab sama Yayan ya Momtraveler. Ini Mbak Muna Sungkar ya?
DeleteMozaik kan penerbit indie Mbak jadi mohon maaf kami tidak bisa memberikan buku gratis buat kontributor. Jangan khawatir nanti ada diskon khusus kok buat kontributor :-)
yeyeyeyee....semoga lancaar..ayo ihwan, mozaik udah punya nama, sayaang kalau ditelantarkan, nanti dimarahi Kak Seto lhoo...
ReplyDeleteAamiin, makasih doa dan supportnya Mbak Dewi.
DeleteKak Seto ngurusin penerbit indie juga ya hehehe
wis keren selamat yah
ReplyDeleteMakasih Mas :-)
DeleteGak jadi tutup beneran nih? :v
ReplyDeleteNggak jadi, ntar kamu nggak ada lawannya :-))
Delete