Hari Minggu
kemarin keluarga besar kami pergi ke Kota Pahlawan guna menghadiri undangan
pernikahan keponakan saya yang tinggal di kawasan Dupak Jaya. Wew ternyata
diam-diam saya punya keponakan yang mau nikah rek, padahal saya saja baru punya
satu anak, umurnya dua tahun empat bulan lagi! Jadi ketauan deh tuanya.
Awalnya saya akan
datang bersama kedua kakak saya, jadi total ada tiga keluarga yang berangkat.
Mbak U’us mengusulkan untuk naik motor saja karena anaknya yang kedua suka
mabuk perjalanan jika naik bus. Mas Jinul pun setuju, kebetulan dia sering
pergi ke Surabaya untuk kulakan bahan tas sehingga sudah mengerti arah-arah
yang harus kami lalui untuk tiba di lokasi Budhe Rah. Budhe Rah ini merupakan
kakak almarhum Bapak saya.
Sebenarnya kami
diundang pada hari Senin namun dengan beberapa pertimbangan maka kami putuskan
untuk datang pada hari Minggu saja. Kalau dengan kerabat nggak apa-apa datang sebelum
hari H, malah enak bias ngobrol lebih lama. Selain ke Budhe Rah, kami juga
sudah ada rencana ke rumah adik ipar Mama Ivon yang juga tinggal di Surabaya,
tepatnya di dekat Makam Sunan Ampel.
Namun dua hari
sebelum hari H, Mas Jinul mengatakan tidak bisa ikut karena ada pekerjaan yang
tidak bisa ditinggalkan. Mbak U’us sempat bingung tetap jadi naik motor atau
bus saja. Saya dan Mama Ivon langsung ambil keputusan untuk sewa mobil saja.
Sekalian nanti bisa ajak Ibu, pasti beliau juga ingin bertemu dengan Budhe Rah.
Trus juga kami ada rencana pengin ngajak rekreasi ke Kebun Raya Purwodadi.
Sudah lamaaa sekali keluarga besar tidak mengadakan acara rekreasi bersama,
apalagi semenjak Ibu sembuh dari stroke tidak pernah lagi bepergian. Saya ingin
mengajak beliau refreshing melihat dunia luar.
Untunglah ada
tetangga yang membuka rent car sehingga kami bisa segera dapat mobil sewaan,
untuk masalah sopir juga kami punya teman dekat di kampung yang sopir angkut,
namanya Mas Edy. Dia sering dimintai tolong jadi sopir jadi tidak diragukan
lagi jam terbangnya.
Minggu pagi itu,
kami berangkat dari Malang sekitar jam setengah delapan. Total ada 11 orang
yang berangkat, awalnya rombongan terdiri dari saya, Mama Ivon, Aiman, Ibu, Mbak
U’us, Mas Dirman (suaminya) dan kedua anaknya yaitu Rahma dan Fifa. Kakak saya
yang nomer tiga yaitu Mbak Mud, saya ajak sekalian bersama kedua anaknya, Bella
dan Nadien. Meskipun di mobil jadi agak desak-desakan namun kami senang karena
bisa bepergian rame-rame.
Perjalanan
Malang-Surabaya berjalan lancar meski ada kendala kecil yang terjadi yaitu ada
yang mabuk perjalanan he he he. Yang ngalamin gejala mau mabuk perjalanan
adalah Mbak U’us, dia mengalami pusing-pusing setelah menunduk mengambil air
mineral di bagasi belakang. Nggak tahu apa sebabnya Fifa mendadak jadi rewel
dan akhirnya malah mabuk duluan. Eh setelah itu giliran Mbak U’us ikutan mabuk
juga, kompak deh ibu sama anak. Untung saya dan Bella yang sebenarnya juga
gampang mabuk nggak sampai terpengaruh sebab biasanya mabuk perjalanan itu
menular. Nggak tahunya Nadien yang sedari tidur pulas terbangun dan menangis,
karena nangisnya nggak berhenti-henti malah jadi muntah juga. Mana duduknya
sebelahan sama saya, untung saya masih bisa bertahan.
Trus Aiman gimana?
Ooh, pangeran kami
yang lincah itu sepanjang perjalanan sama sekali tidak terpengaruh dengan aksi
mabuk-mabukan penumpang lainnya. Dia asyik saja ngemil ini-itu, minta minum air
putih dan susu kotak. Hanya sekali nangis minta nenen trus tidur. Syukurlah dia
tidak mewarisi bakat memabuk saya, rupanya ‘gemblengan’ kami sejak dia bayi
manjur juga he he he. Sejak masih berusia tiga bulan Aiman tiap bulan sudah riwa-riwi
Malang-Blitar baik itu naik bus atau motor sehingga mungkin sudah kebal dan
terbiasa menempuh perjalanan jauh.
Alhamdulillah pukul
sepuluh pagi kami akhirnya tiba dengan selamat di daerah Dupak Jaya, sempet
kelewat sih gangnya sehingga kami terpaksa harus muter lagi. Saat kami tiba di
kediaman Budhe Rah, ternyata mereka sedang bersiap-siap untuk pergi ke rumah
calon pengantin wanita.
Kami pun
dipersilakan masuk dan beristirahat. Budhe Rah sekeluarga menyambut kami dengan
ramah dan penuh kehangatan. Ibu pun melepas rasa kangennya dengan Budhe Rah.
Semasa muda dulu, Ibu tiap bulan selalu pergi ke Surabaya untuk mengunjungi
almarhum Bapak yang bekerja di sana. Kalau teringat hal itu saya jadi trenyuh,
Ibu rela menempuh sendirian perjalanan jauh PP Malang-Surabaya demi kami
anak-anaknya. Kadang kami juga diajak bergiliran, trus juga setelah Bapak wafat
kami setiap Hari Raya Idul Fitri juga sowan ke rumah Budhe Rah. Tapi memang
belakangan kami tidak lagi ke sana disebabkan kondisi Ibu yang sudah tidak
memungkinkan pergi jauh naik bus.
Dalam Islam disebutkan jika orang tua kita sudah meninggal maka dianjurkan agar kita tetap menjalin tali silaturahmi dengan keluarga almarhum orang tua kita. Tujuannya agar tali persaudaraan tidak sampai terputus atau kalau di Jawa istilahnya “Kepaten Obor”. Semoga setelah ini kami diberi kemudahan dan rezeki untuk menyambung tali silaturahmi dengan keluarga almarhum orang tua kami, aamiin.
Setelah dari Budhe
Rah, giliran kami pergi ke rumah adik ipar Mama Ivon yaitu Ipin. Jaraknya sih
nggak jauh sebenarnya namun karena masih harus mencari-cari dan kena macet di
depan Makan Sunan Ampel sehingga terasa agak lama dan jauh. Di rumah Ipin kami
juga disambut dengan penuh kehangatan. Ibunya Ipin orangnya ramah sehingga
suasana pun menjadi cepat akrab, maklum sejak pernikahan adik ipar saya baru
kali ini kami main ke rumah mertuanya.
Karena suhu di Surabaya
yang panas maka kipas angin di rumah Ipin dinyalakan terus selama kami bertamu.
Memang sih udara jadi sejuk namun saya lupa kalau badan saya ini juga tidak
tahan dengan kipas angin, alhasil pas pamitan pulang saya merasakan gejala
masuk angin. Kepala pusing dan perut mual-mual. Saat menunaikan sholat jamak
Dhuhur dan Ashar saya menguatkan diri menahan pusing dan mual. Akhirnya selesai
sholat saya tidak kuat lagi, langsung ke toilet masjid dan keluarlah semua isi
perut saya. Buat saya itu nggak masalah, lebih baik kayak gitu daripada nanti
di dalam mobil malah muntah bisa berabe.
Dari rumah Ipin
mobil kami langsung meluncur ke arah jalan Tol untuk menempuh perjalanan pulang
ke Malang. Bahagia rasanya sudah mengunjungi kerabat kami, menguatkan kembalitali silaturahmi yang sempat mengendur. Semoga dengan barokah silaturahmi ini
kami semua diberi umur yang panjang dan barokah, aamiin. Sesuai dengan rencana,
dalam perjalanan pulang kami mampir ke Kebun Raya Purwodadi untuk refreshing
bersama. Nantikan cerita seru kami di postingan selanjutnya ya.
aim iso langsung nempel gitu ya? nek Fahri ki mesthi wedi ketemu wong sik arang ketemu
ReplyDeleteFahri brati sama kayak Lala, Yo.. kalo ketemu orang yang baru pertama kali ditemui pasti jaga jarak... Tapi kalo dia liat orangnya asik, lama-lama dia ndeket sendiri.. :D
DeleteNempel sama wanita jilbab putih maksudmu Yo? Tentu saja Yo, kan beliau ibuku. Budhe Rah yang jilbab abu-abu he3
DeleteDee: Aim itu supel dan mudah adaptasinya niru Ivon, beda sama aku yang pemalu :P
DeleteSemoga dengan barokah silaturahmi ini kami semua diberi umur yang panjang dan barokah,
ReplyDeleteikut nebf aamiin kan juga doanya di atas.
Aamiin, makasih Mbak Kania :-)
Deletesemoga di berikan kesehatan dan umur panjang mbak
ReplyDeleteAamiin, makasih. Doa yang sama buat Mbak.
Deletesilaturrahmi pastinya menyenangkan sekali ya mas, bisa jalan-jalan, sudah lama saya tidak jalan-jalan :)
ReplyDeleteAyo jangan baca buku aja, di Malang kan banyak objek wisata Mas :-)
Delete