Pagi itu saya sedang menyapu halaman rumah
ketika melihat seekor anak kucing berwarna coklat yang lusuh di pinggir jalan.
Dengan langkahnya yang lemah dia berjalan mendekat. Dia mendongak kepada saya
sambil mengeong-ngeong. Mungkin dia kelaparan. Ketika saya berjongkok, kucing
itu makin mendekat dan semakin keras mengeong.
Hati saya tersentuh, tidak biasanya ada kucing
liar yang berani mendekat pada orang asing. Apalagi kucing kecil, biasanya
kucing akan berlari menjauh jika akan disentuh oleh orang yang tidak
dikenalnya.
Saya lalu masuk ke dalam rumah untuk mengambil
lauk ayam di dapur. Beberapa kerat daging ayam saya berikan pada anak kucing
coklat itu. Dia langsung menggigitnya dengan lahap. Oh kucing ini memang
benar-benar kelaparan, batin saya.
Selesai makan, anak kucing itu masih saja
mengeong. Bahkan kini dia berani menggosok-gosokkan badannya di kedua kaki
saya. Dulu di rumah Ibu, saya dan Bulek pernah memelihara kucing, kucing-kucing
peliharaan kami itu suka sekali bermanja-manja dengan menggosok-gosokkan
badannya di kaki kami.
Tak lama Mama Ivon keluar dan menanyakan siapa
pemilik anak kucing tersebut. Setelah mengetahui jika anak kucing itu tidak
punya tuan, Mama Ivon menyetujui usul saya untuk memeliharnya. Awalnya kami
sempat ragu, bagaimana nanti jika kami mudik ke Blitar. Siapa yang akan
merawatnya. Namun setelah kami pikir masak-masak, hal itu tidak menjadi
masalah. Kucing itu nanti bias kami kasih stok makanan yang banyak dan meminta
tolong pada Bulek untuk merawatnya, toh beliau juga pernah memelihara kucing.
Ibarat memiliki anggota baru di dalam keluarga,
maka saya dan Mama Ivon memutuskan untuk memberinya nama. Berhubung kami lagi
demen serial Abad Kejayaan yang nama-nama tokohnya bagus dan unik, maka kami
mencari inspirasi dari sana. Saya punya ide nama Efsun atau Firuse. Efsun itu
nama selir kesayangan Pangeran Mustafa, sedangkan Feruse nama selir kesayangan
Baginda Raja Sulaiman.
Tapi Mama Ivon tidak setuju, dia ingin memberinya
nama Esma. Esma itu adalah nama salah satu pelayan Putri Hurem. Esma dikenal
sebagai pengasuh yang penyayang kepada anak-anak Putri Hurem.
“Aku lebih suka nama Esma, lebih enak didengar
saat manggilnya.”
Oalah ya sudahlah, masa iya gara-gara pemberian
nama kucing saja kami sampai harus berdebat :P
Karena kondisinya yang lusuh dan bau, Mama Ivon
memandikan Esma besok harinya. Dia juga memberinya sebuah kalung yang lucu di
lehernya. Mama Ivon mengirimkan penampilan Esma yang sudah cantik lewat wasap
kepada saya.
Selain memberinya nama yang bagus, kami juga membelikan
Esma makanan kucing di supermarket. Sengaja kami memberinya makanan kucing yang
penuh gizi agar kondisi Esma lekas sehat dan bulunya bisa bagus seperti
kucing-kucing angora. Hal ini sempat membuat salah satu kakak saya keheranan,
sampai segitunya kami merawat Esma he he he. Maklum, dalam pandangan kakak saya
kalau kucing kampung cukup kasih makan ikan pindang atau ikan asin saja. Kami
sempat keliru membelikan makanan untuk kucing dewasa buat Esma. Ternyata makanan
buat kucing pun dibedakan antara kucing dewasa dan anak kucing. Mungkin karena
masih sakit atau belum terbiasa, Esma hanya sedikit sekali memakan makanan
kucing yang kami berikan. Dia malah tampak lebih suka dikasih makan daging
ikan.
Aim sendiri nampak senang dengan kehadiran
Esma, sesekali dia mengelusnya. Antara girang dan geli sih dia saat berhasil
menyentuh bulu-bulu Esma. Namun ada kalanya Aim karena saking gemasnya atau
apa, mengambil sandal dan kemudian menepukkannya ke kepala Esma. *tepok jidat* Oalah Nak, jangan tho, kasihan
ntar dia pusing.
Esma pun nampak betah tinggal di rumah Keluarga
Biru, awalnya jika malam hari kami taruh di luar. Namun karena kasihan dan
udara di luar dingin, kami kemudian menaruhnya di dalam rumah. Dia tidur di
dalam kardus bekas yang saya kasih alas kain. Sesekali dia keluar dari kardus
dan pindah tiduran di atas karpet. Yang nyeleneh, dia juga suka tiduran di atas
stavolt komputer kami. Mungkin karena suhu di atas stavolt hangat sehingga dia
suka sekali di sana.
Meski sudah dimandikan, saya mencium bau yang
tidak sedap setiap kali menggendongnya. Selidik punya selidik ternyata bau
tidak sedap itu berasal dari salah satu kakinya yang terluka. Saya lalu
mengobatinya dengan obat merah, untung dia tidak sampai berontak. Selang dua hari,
luka di kaki Esma tidak menunjukkan kesembuhan, malah baunya makin menyengat.
Dan ketika saya memeriksanya lagi, ternyata moncongnya juga ikut luka. Oalah
kasihan, mungkin itu penyebab dia agak ogah-ogahan makan.
Saya lalu berkonsultasi pada Mbak Rien yang
juga memelihara kucing. Atas saran dokter hewan langganannya, kami lalu
membersihkan luka Esma dengan alkohol. Luka di kaki Esma itu mengalami infeksi
sehingga menimbulkan bau tidak sedap. Karena masih dalam masa penyembuhan, kami
lalu memindahkan Esma ke bagian lorong rumah. Setelah kami obati itu, Esma
masih sempat memakan makanan kucing yang saya berikan padanya. Saat tengah
malam saya menengoknya lagi, Esma sudah tidur dengan pulasnya.
Pagi harinya ketika saya hendak ke kamar mandi,
saya iseng menengok Esma. Alangkah terkejutnya saya ketika melihat pose tidur
Esma yang tidak wajar. Dia tengkurap dengan keempat kakinya yang melebar ke
empat penjuru. Saya melihat perutnya tampak kempis, sudah tidak ada lagi
tanda-tanda kehidupan di tubuh Esma.
“Ma, kayanya Esma meninggal deh.”
“Hah masa sih? Bukannya tadi malam dia masih
mau makan?”
“Iya, Mama lihat sendiri aja.”
Kami berdua sedih sekali dengan kepergian Esma
yang mendadak pagi itu. Sebagai bentuk kasih sayang yang terakhir untuknya,
saya menguburkan Esma tak jauh dari makam mendiang Bapak saya. Kami tak
menyangka jika Esma harus pergi secepat itu, padahal kami sudah merasa senang
dan nyaman dengan kehadirannya di tengah-tengah keluarga kami. Bahkan Bulek pun
ikut memberinya susu formula agar dia tetap bisa minum susu meski sudah tak
bersama dengan induknya.
Princess Esma
Hari ini genap sepuluh hari sudah kau pergi meninggalkan kami.
Meski kenangan kebersamaan kita hanya sebentar saja namun namamu sudah mempunyai tempat tersendiri di hati kami.
Maafkan jika kami kurang maksimal dalam merawatmu.
Princess Esma, semoga engkau bahagia di alam baka sana, aamiin.
Hari ini genap sepuluh hari sudah kau pergi meninggalkan kami.
Meski kenangan kebersamaan kita hanya sebentar saja namun namamu sudah mempunyai tempat tersendiri di hati kami.
Maafkan jika kami kurang maksimal dalam merawatmu.
Princess Esma, semoga engkau bahagia di alam baka sana, aamiin.
Subhanallah... Kucingnya numpang meninggal ya Mas,, anak saya juga kalo gemes sama kucing, maen kepuk bae, he hehe... Nggak beda jauh ternyata ya.
ReplyDeleteTapi seenggaknya sebelum mati, si Esma merasa senang ya, mudah-mudahan berpahala ya Mas..
Iya Mas, semoga selama kami rawat beberapa hari itu Esma merasa bahagia, aamiin.
DeleteNamanya juga anak kecil, belum ngerti :D
Maafkan bagi pecinta kucing, sampai sekarang aku masih sulit suka sama hewan yang disayangi Rasulullah ini >.< cuma ada kejadian pas banjir gitu kami nampung anak kucing 3. Eh mati satu persatu >.<
ReplyDeleteAku dulu juga geli Yan sama kucing, apalagi kalau gendong pas perutnya hiiiii
DeleteTapi pas Bulekku melihara kucing lambat laun aku jadi suka juga.
Wah kasihan ya, semoga mereka bahagia di sana, ketemu Esma :D
ini saya hampir aja kepikiran princess esma ini apanya princess elsa di frozen.. eh ternyata si kucing cantik yaa.. hihihihihi...semoga tenang disisiNya yaa...
ReplyDeleteElsa itu yang adiknya ya? maaf ga hafal :D
DeleteAaamiin, makasih doanya Mbak.
Wah telaten miara kuciing, aku udh gk bs skrg, krn kerja terus sehari2, dulu wkt kecil aku suka miara kucing padahal... Sehat2 ya prinvess esma :)
ReplyDeleteEsma udah meninggal Mbak :-(
DeleteHuaaaa...ternyata kucing. Semoga tenang di sisi-Nya :(
ReplyDeleteAamiin, makasih Mbak Tari.
DeleteKehadirannya sekejap saja tapi meninggalkan kesan mendalam. Aku selalu salut sama org yang memelihara kucing jalanan. Karena jujur aku takut
ReplyDeleteTakut kenapa Mbak? Takut dicakar atau digigit ya?
DeleteSelamat jalan Esma :(
ReplyDeleteTerimakasih Mbak udah bantu tanyain ke dokter hewan langganannya.
DeleteMungkin sekarang Esma lagi mainan sama kucing Mbak di sana.
Sekarang Praktis ya.. ad makanan kucing. kalau dulu harus beli ikan di pasar. Cute Princess Esma
ReplyDeleteIya makanan kucing bikin acara kasih makan kucing lebih praktis dan bersih.
DeleteMakasih Budhe Zulfa *wakilin Esma*
Kucingnya cantik. Semoga tenang di sana Esma.
ReplyDeleteSaya juga pernah punya kucing kampung yang sekarang sidha hilang. Mungkin sudah mati. Jadi kangen :(
Salam kenal dari saya
www.kotakwarna.com
Aamiin, makasih doanya Mbak.
DeleteDulu kucing kampung saya yang ekornya mirip kucing anggora juga hilang, kata tetangga yang melihat sih dibawa orang :-(
Salam kenal balik, makasih sudah mampir Mbak :-)
kucingnya lucu, sayangnya udah meninggal -___-
ReplyDeleteIya hiks :-(
Delete