Sejak aktif
kembali di dunia persilatan blog saya bertemu dengan kawan lama dan
mendapatkan teman baru. Kawan lama ini berasal dari Multiply, antara lain Mbak
Katerina atau akrab dipanggil Mbak Rien – travel blogger sarat prestasi, Dee An
– travel blogger penyuka warna hitam dan ular, Yayan – blogger Palembang yang
demen post card , Priyo – blogger Yogya yang jago IT dan Mbak Lina – blogger
Batam Pencinta Gunung. Trus ada juga Mbak Irawati yang dulu pernah nerbitin
kisah travellingnya di Mozaik. Sedangkan teman baru saya antara lain Mbak Zulfa
– emak yang suka mbolang dan kini menetap di India, Mbak Ima – blogger Yogya
yang jago selfie, Lestari atau akrab dipanggil Taro – blogger Semarang nan
ramah, Mbak Eky – blogger Aceh penggemar serial Korea, Zahra - blogger geulis
dari Bandung dan Hani – emak blogger yang produktif.
Lawang Sewu
menjadi saksi bisu pertemuan Keluarga Biru dengan beberapa blogger yang saya
sebutkan di atas. Mbak Rien masih sehangat dan seramah ketika saya pertama kali
bertemu dengannya di Malang, dengan baju kuning dan celana warna coklat muda
membuatnya nampak mencolok mata di antara yang lain. Di tangan kirinya
tersampir tas kamera berukuran sedang dan kamera nan canggih di tangan
kanannya. Oh iya, sekarang nggak hanya ada kacamata muka, ada juga kamera muka
yang kalo dipakai buat motret sukses nutupin muka kita. #DisambitDSLR.
Berikutnya ada
wanita yang dari ujung jilbab sampai ujung sendalnya berwarna hitam, kecuali
wajah dan tas yang dibawanya. Dee An memang layak disebut sebagai Mrs.Black.
Siang itu Dee datang bersama suaminya Mas Anang Hermansyah, sayang mereka
tidak mengajak serta putri mereka, Lala. Padahal saya pengin bias bertemu Lala,
gaya dan rambut keritingnya nggemesin banget. Oh iya, meski gaya sepasang
backpacker ini cuek namun mereka romantis juga lho. Beberapa kali saya
mendengar mereka saling memanggil: “Say…”
“Viewnya bagus
ya Say?”
“Say…tolong
potretin dong…”
“Hmm kamu cantik
deh, bayarin utangku dong Say..”
Maaf yang
terakhir itu bukan percakapan mereka tapi rayuan yang biasa saya berikan sama
mbak-mbak kasir finance di awal bulan.
Pandangan saya
kemudian beralih ke sosok wanita dengan pakaian serba biru di sebelah Dee. Dari
ujung jilbab sampai ujung sepatu biru semua, wah niat banget ternyata mau jadi Keluarga
Biru KW5 #DilemparGranat. Tak perlu waktu lama untuk mengenali wanita yang
berasal dari Yogya ini, dialah Mbak Ima. Untung Mas Elton (suami Mbak Ima)
kompakannya nggak maksimal, dia memakai kaus putih dan celana jeans biru muda.
Tapi untuk urusan selfie, pasangan suami istri yang akrab dipanggil Panda-Manda
ini kompak banget. Sepanjang acara kopdar mereka berdua selfie mulu, dunia
benar-benar milik mereka berdua deh, yang lain gelandangan.
#GelarTikardiLawangSewu
Yang terakhir
adalah seorang blogger muda yang energik dan murah senyum, Lestari atau akrab
dipanggil Taro. Penampilannya hari itu membuat kami semakin penuh warna sebab
dia memakai baju putih kotak-kotak dan kaus cokelat muda, jeans hitam dan
jilbab hijau. Taro ini yang paling banyak saya rempongin, yang nanyain hotel
paling deket sama Lawang Sewu, kami musti turun dimana saat tiba di Semarang
hingga lokasi pusat oleh-oleh khas Semarang.
Oh iya, semua
blogger emak-emak pada kompakan pakai topi cantik buat pasang aksi di depan
kamera. Mbak Rien, Taro dan Mama Ivon memakai topi warna hitam sedangkan Mbak
Ima warna hitam. Mas Elton nggak mau kalah, dia memakai topi koboi hitam. Kalau
saya topi kasual warna biru sedangkan Mas Anang tampil pede dengan rambut
kuncirnya.
Suasana makin
rame dengan kedatangan Mbak Rahmi, teman Dee ketika dulu menimba ilmu di pondok
pesantren yang kebetulan tinggal di Semarang dan pas lagi ke Lawang Sewu.
Disusul kemudian dengan Mbak Uniek Kaswarganti, blogger yang saya kenal ketika
masih aktif menjalankan Mozaik. Sebenarnya hari itu beliau masuk kerja namun
bela-belain pulang duluan demi bisa ikutan mbolang menjelajahi Semarang bersama
kami semua. Ibuk dua anak ini tergolong gokil dan rame ketika dulu berinteraksi
dengan saya di Mozaik dan setelah ketemu ternyata pendiam memang seperti
itu adanya.
Blogger terakhir yang datang menyusul adalah Mbak Diah Indri dan
putrinya yang cantik, Medina. Sebelas-dua belas dengan Mbak Uniek, saya
mengenal Mbak Indri lewat Mozaik. Hanya bedanya, Mbak Indri ini orangnya kalem
dan penuh keibuan, sepanjang kopdar beliau dengan sabar dan telaten menemani
kemanapun Medina melangkah.
Untuk masuk ke
objek wisata Lawang Sewu, kita harus membeli karcis masuk sebesar Rp.10.000
untuk dewasa sedangkan anak-anak umur 3-12 tahun dan pelajar hanya Rp.5000
saja. Agar kunjungan ke Lawang Sewu tidak sekedar foto-foto narsis sebaiknya
menggunanakan jasa pemandu yang akan memandu kita mengeksplorasi Lawang Sewu
dan menjelaskan sejarahnya. Pemandu yang menemani kami waktu itu adalah Pak
Yusman. Selain menceritakan sejarah Lawang Sewu dengan detail, beliau juga
dengan sabar melayani permintaan kami untuk berfoto narsis di setiap spot yang
menarik.
Lawang Sewu
merupakan salah satu objek wisata yang identik dengan kota Semarang, boleh
dibilang jangan ngaku-ngaku pernah ke Semarang kalau belum masuk ke Lawang
Sewu. Nama Lawang Sewu berasal dari julukan (paraban Bahasa Jawa) yang
diberikan masyarakat Semarang. Lawang artinya pintu dan Sewu artinya seribu,
sebuah toponim terhadap bangunan ini sejak berpuluh tahun yang lalu karena memiliki
pintu yang jumlahnya sangat banyak. Padahal sebenarnya jumlah pintu di Lawang
Sewu tidak sampai seribu, waktu itu Pak Yusman ngasih tahu jumlah pintu yang
sebenarnya, hanya ratusan sih, sayang saya lupa mencatatnya. Maklum karena
sibuk ngejagain Aim yang berlarian ke sana ke mari.
Gedung Lawang
Sewu dahulu merupakan kantor pusat perusahaan kereta api pertama Hindia-Belanda
bernama Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Peletakan batu pertama Lawang
Sewu dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 1904, bangunan pertamanya (gedung A)
baru selesai tahun 1907. Lawang Sewu baru diresmikan dan dipakai pertama kali
pada 1 Juli 1907. Tangan dingin yang ada dibalik bangunan yang tetap berdiri
kokoh hingga kini adalah seorang arsitek bernama Prof. Jacop K Klinkhamer dan
BJ Oendaag. Selain tetap kokoh, bangunan Lawang Sewu mempunyai gaya arsitektur
yang indah dan unik sehingga tak mengherankan jika pernah dipakai sebagai
tempat syuting film Ayat-Ayat Cinta.
Eksplorasi kami
di Lawang Sewu baru berakhir pada pukul setengah satu siang. Aim sangat suka
ketika diajak menjelajahi sudut demi sudut Lawang Sewu, saya sampai kecapekan
sendiri mengikuti setiap geraknya yang seperti tak ada capeknya itu. Dia paling
senang melihat miniatur kereta api yang ada di salah satu ruangan di Lawang
Sewu. Yang bikin senang juga, Aim bisa dengan cepat menyesuaikan diri dengan
teman-teman blogger. Awalnya sih sempat manyun, nggak tahu kenapa, eh
lama-kelamaan udah akrab aja sampai guyon segala sama Tante Taro terutama. Aim
juga langsung akrab sama Medina, mereka sempat foto berdua di depan miniatur
kereta api. Yang lucu, Aim mendadak menangis ketika Pak Yusman pamit
meninggalkan kami. Budhe Rien jadi iseng ngguyonin dengan bilang kalau Aim
sudah ‘jatuh cinta’ sama Pak Yusman. Biar nangisnya reda, Aim pun saya ajak
main-main dan berfoto di depan kereta api yang berada di sebelah kanan bangunan
Lawang Sewu.
Lalu apakah
kopdar petualangan kami hanya berakhir sampai di situ? Tentu tidak, masih
banyak objek-objek wisata di Semarang yang kami kunjungi. Selain itu juga tak
lupa kami mencicipi aneka kuliner khas Semarang seperti lunpia, mie kopyok dan
es pankuk. Nantikan cerita travelling Keluarga Biru di Semarang di artikel
selanjutnya ya.
Hahahahaha.... say, kamu cantik deh.. bayarin utangku doonk... Hahaha..
ReplyDeleteAyo kita kopdar rame-rame lagi... Sayang kemaren aku gak bawa topi cantik juga, padahal Semarang panasnya ajib banget ya.. Cuma sempat minjem topi cantiknya mbak Ima buat foto, yang kebetulan kok pas, warnanya juga item..
Hahahahaha.... say, kamu cantik deh.. bayarin utangku doonk... Hahaha..
ReplyDeleteAyo kita kopdar rame-rame lagi... Sayang kemaren aku gak bawa topi cantik juga, padahal Semarang panasnya ajib banget ya.. Cuma sempat minjem topi cantiknya mbak Ima buat foto, yang kebetulan kok pas, warnanya juga item..
Wah bacanya ikutan seru, aku juga kemarin dari sini loh mbak hehee
ReplyDeletesalam kenal :')
Terwakiliii semua rasaaa persaudaraan kita di lawang sewu inj ya mas ihwan... Senang berjumpa dengan keluarga biru yang membuat sy di lempar granat gara2 pake biru #udah ijin padahal,, semoga kekompakan kalian berbiru2 terus jayaaa selaluu yaaa,, salam ciwel gemes buat aim yaaaa.... Btw aku ketagihan topi syantik niii gara2 mba rien...
ReplyDeleteKeren banget ya Lawang Sewu... Perlu dikunjungi juga nih kayaknya... Bikin weekend gateaway seru.... Makasih banyak sharing-nya kakak... :)
ReplyDeleteTrus aku dimana? bisanya ngak fotoku "susupkan" kesitu.
ReplyDeleteitu mama Ivon janjian sama Mbak Ima kah, pakai baju sama?
klo aku topi cantiknya pinjam punyanya Taro :)
Ayo kapan mampir lagi ke Semarang, Mas Ihwan.. mari kita jelajahi tempat lain yg belum sempat kita rambah
ReplyDeleteMudah2an next time bisa kopdar kita ya mas, kemarin gagal kopda ngga ada yang anter, rempong pergi bawa duo bocah tanpa asisten hiks
ReplyDeleteAamiin :)
DeleteAku selalu suka dan merasa bahagia dengan cerita-cerita seru seperti ini. Berkesan dan indah untuk dikenang. Terlebih setelahnya jadi makin akrab, terus ngobrol di kotak chat, dan tetap saling berbagi. Semoga nanti ada lagi acara jalan dan jajan barengnya, biar hidup kita semakin warna-warni dengan moment2 kebersamaan seindah ini :)
ReplyDeleteTerima kasih sudah menuliskannya, Wan.
Alhamdulillah, akhirnya sampai juga ke kota ini, meskipun buat papa aim punya kenangannya euy :D #dibahas
DeleteSenang juga bertemu teman baru dan seru ^_^
Baca postingan ini senyum-senyum sendiri apalagi pas lihat foto-fotonya. Sayang banget gak bisa ikutan :(
ReplyDelete