Sekarang ini hampir semua orang memiliki
pekerjaan sampingan atau side job, apalagi buat yang sudah berkeluarga seperti
saya. Di saat kebutuhan rumah tangga semakin meningkat, hutang bertambah
sementara gaji masih segitu-gitu aja, maka sebagai kepala rumah tangga saya
musti berpikir kreatif agar dapur tetap mengepul, Mama Ivon tetap tersenyum
manis dan pampers-nya Aim tetap terbeli. #CurcolBanget Setelah kemarin saya
menuliskan 2 side job yang pernah saya jalani yakni Loper Koran dan MLM,
sekarang saya akan lanjut dengan side job ketiga yaitu Owner Penerbitan.
Sejak terjun di dunia menulis saya memang sudah
memiliki impian kelak ingin mendirikan penerbitan besar seperti Gramedia dan
Gagas Media. Karena masih konsen menulis buku solo dan belum tahu harus memulai
dari mana maka impian itu masih tergantung di langit. Dalam proses menulis buku
solo, saya baru tahu kalau penulis idola saya yaitu Dewi Dee Lestari ternyata
dulu menerbitkan sendiri novel perdananya yang sukses bingiitt yaitu Supernova.
Lalu saya juga melihat kiprah seorang teman yang mendirikan penerbitan indie
juga dan hal ini mendorong saya untuk terjun di dunia penerbitan indie.
Awalnya saya mencoba dulu menerbitkan novel
kedua saya di sebuah penerbitan indie di Yogyakarta, judulnya Partisi Hati.
Selang satu tahun kemudian barulah saya memantapkan hati untuk mendirikan
penerbitan indie sendiri. Awalnya saya memberi nama Mozaik Publishing House
namun karena ternyata nama itu sudah dipakai oleh penerbit luar negeri saya menggantinya
menjadi Mozaik Indie Publisher. Nama Mozaik saya pilih karena saya ingin
penerbitan saya nanti bisa menjadi wadah bagi semua penulis dari berbagai
kalangan dan genre.
Beberapa step yang saya tempuh ketika
mendirikan Mozaik antara lain: menyusun team Mozaik, Alhamdulillah Mama Ivon mau membantu sebagai editor dan saya mempunyai dua kawan yang jago design cover yakni Mas Roel dan Rana. Trus mengurus akte pendirian CV agar bisa mengurus
ISBN di Perpusnas RI, mencari percetakan yang mau melayani cetak buku dalam jumlah
sedikit dan menulis buku baru sebagai debut pertama Mozaik. Alhamdulillah tiga
hal di atas bisa saya laksanakan dengan baik, maka terbitlah buku pertama
terbitan Mozaik yaitu Anugerah di Bulan Kelahiran.
Karena masih tergolong baru maka Mozaik pun
rajin mengadakan audisi menulis buku antologi, mulai dari yang bisa dihitung
dengan jari jumlah pesertanya hingga puluhan dan bikin saya lumayan pusing
menyeleksinya. Buku-buku keren itu antara lain Puasa Pertamax, Pertamax
Moment, Carok, Book Junkies, My Wedding Story, Cinta Terpendam, Bukan Lajang Desperado dan yang terbaru
kemarin adalah Backpacker Wannabe yang saya tulis bersama teman-teman traveller yang keren seperti Mbak Lina W
Sasmita, Katerina, Haryadi Yansyah dll. Mozaik juga membantu para penulis solo
dan duet dalam menerbitkan bukunya antara lain Perempuan Kedua karya Mama Ivon,
The Last Soul karya Bu Laksmi, Der Weg ist das Ziel karya Mbak Irawati Prillia,
Love Journey besutan Dee dan Lalu Abdul Fatah trus yang terbaru adalah Perawat
karya Dian Indiri Dkk.
Lewat Mozaik saya mendapatkan banyak sekali
pengalaman dan pembelajaran tentang hidup dan bisnis. Saya bertemu orang-orang
baru yang kemudian menjadi sahabat seperti Anisa Ae Kepompong, owner penerbit
AE di Kepanjen, Mas Tri Prasetyo pemimpin redaksi penerbit Indonesia Tera dan
Mas Irwan Bajang dan Mbak Yayas dari Indie Book Corner. Suka dan duka
mengiringi perjalanan Mozaik, mulai dari kesuksesan Mozaik mendapatkan
sponsorship dan donasi dari Multiply Indonesia, Wujudkan.org dan para investor
baik hati. Sukses mengadakan beberapa launching, bedah buku dan talkshow meski
lingkupnya baru lokal saja yaitu di Toko Buku Toga Mas dan Gramedia Matos. Yang
membahagiakan adalah ketika teman-teman penulis mau menyempatkan diri datang
jauh-jauh dari luar kota seperti Fatah, Mbak Helene, Mas Suga dan Silvani saat
launching dan bedah buku Love Journey. Trus juga bagaimana ketar-ketirnya kami
saat acara talkshow sudah mau dimulai namun para pengunjung masih sedikit
bahkan MC-nya telat he he.
Hal membanggakan yang pernah diraih Mozaik
antara lain bisa menembus jaringan toko buku nasional Gramedia sehingga
beberapa buku Mozaik berhasil nampang di rak berdampingan dengan buku-buku dari
penerbit mayor. Buku-buku Mozaik yang pernah masuk di tobuk Gramedia dan
Togamas antara lain Puasa Pertamax, Book Junkies, Carok, Love Journey dan The
Last Soul. Mozaik juga pernah bikin gebrakan dengan membagikan 100 buku gratis
untuk para pembaca dan mewajibkan mereka mereview-nya di blog. Hal itu bisa
terjadi karena totalitas penulisnya yaitu Mas Adam Aksara dalam mempromosikan
bukunya. Lalu pencapaian yang paling tinggi adalah ketika buku My Wedding Story
diterbitkan ulang oleh penerbit Al-Kautsar. Buku MWS bercerita tentang kumpulan
kisah pernikahan inspiratif dimana di dalamnya ada kisah-kisah yang menyentuh,
lucu namun tetap membawa hikmah. Jika Anda berminat, silakan didapatkan di toko
Gramedia terdekat he he he modus promosi.
Duka yang pernah terjadi sepanjang saya
menjalankan Mozaik juga tak kalah menguji mental dan kesabaran saya antara lain
ditipu oleh seorang penulis pemula, proyek dibatalkan secara sepihak oleh
penulis, didamprat habis-habisan sama penulis karena jilidan bukunya rontok
hingga yang paling bikin nyesek adalah ketika menerima retur buku yang begitu
banyaknya dari distributor. Yaa, dunia penerbitan itu memang penuh persaingan
apalagi buat penerbit indie seperti Mozaik, kami harus berjuang ekstra keras
untuk bisa merebut hati pembaca. Berhasil memasukkan buku di jaringan toko buku
nasional seperti Gramedia bukan berarti kesuksesan sudah ada di depan mata,
buku-buku Mozaik harus puas dipajang di rak yang kurang terlihat oleh
pengunjung toko buku. Selain itu juga kami harus rela hasil penjualannya
dipotong sebesar 60 persen oleh distributor.
Meskipun berbagai aral melintang saya berusaha
untuk tetap tegar menjalankan Mozaik demi para Mozaiker dan pembaca buku
Mozaik. Jujur saja, menekuni bisnis penerbitan tidak bisa langsung berharap
akan meraup untung besar di awal. Seringkali kami sudah promo sampai mulut
berbusa, jari keriting nulis status namun hasil penjualan buku tetap tak
menggembirakan. Kecintaan pada dunia menulislah yang membuat saya tetap bertahan
melayani penulis hingga sekarang. Namun pada akhirnya saya harus realistis,
saya memang mencintai dunia menulis namun di sisi lain ada keluarga tercinta
yang musti saya nafkahi.
Akun FB dan fanpage Mozaik sudah lama tidak
saya urus. Sedih sih sebenarnya menelantarkan Mozaik yang sudah saya bangun
dengan jatuh bangun, dengan tawa dan air mata selama tiga tahun. Namun kini hati
saya sudah ada di lain tempat, awalnya saya bisa memaksakan diri namun jadi
tidak maksimal dan membuat orang lain kecewa. Jadi saya sekarang akan melayani penulis
dengan pertimbangan yang sangat banyak. Mungkin nanti akan ada suatu masa atau
pemicu dimana saya akan tergerak untuk aktif kembali menjalankan Mozaik, semoga
saja.
Fiiuh ternyata menuliskan side job sebagai
owner penerbitan tidak cukup hanya selembar, tadinya mau saya tulis bareng
dengan side job agen asuransi dan blogger. Perjalanan Mozaik selama tiga tahun
takkan cukup dituliskan dalam tiga lembar saja. Memang sudah banyak kenangan
yang saya alami bersama Mozaik, baik itu kenangan indah maupun yang buruk akan
saya simpan di relung hati saya yang terdalam. Saya pun berharap semoga para
penulis, pembaca, percetakan, distributor, toko buku atau siapa saja yang pernah
terlibat suatu proyek dengan Mozaik semoga mempunyai satu saja kenangan indah
di benak mereka tentang Mozaik, aamiin.
Aku belajar banyak dari Mozaik, Wan... lewat buku Love Journey. Seneng banget aku bisa jadi bagian dari Mozaik. Beberapa buku antologiku lahir dari tangan Mozaik :)
ReplyDeleteMakasih Dee sudah menjadi bagian dari Mozaik, mohon maaf ya jika ada kesalahan atau kekurangan kami :-) *kayak mau pisahan aja :D
DeleteBiasanya 3 tahun pertama memang ujiannya banyak, mas. Apalagi klo dipegang sendiri dengan tim yang kecil. Tapi justru dari situ jadi tahu apa aja yang perlu ditingkatkan lagi. Semoga suatu saat Mozaik Indie bisa bangkit lagi ya.
ReplyDeleteIya emang katanya dalam berbisnis itu akan ada ujian di tiga tahun pertama, kalo udah bisa melaluinya maka bisa survive. Aamiin, makasih doanya Ila.
Deletesukses ya bisnisnya mas
ReplyDeleteSukses terus yaaaa
ReplyDeleteBanyak suka duka yang sudah dilalui. Sayang kalau MOzaik tutup :)
ReplyDeleteNtar katanya mau diturunin ke Aim bisnis penerbitannya :D
ReplyDeleteSemoga Mozaik tetap eksis. Bener sayang kalau mau ditutup Wan.
ReplyDelete