Hai pembaca blog Keluarga Biru yang
setia, jumpa lagi dengan Papa Ihwan di sini. Uhuk gayanya sudah kayak penyiar
radio saja, padahal levelnya baru pembaca pengumuman di kantor. Kali ini saya
pengin sharing tentang pekerjaan
sampingan atau bahasa kekiniannya adalah Side Job. Zaman sekarang dimana biaya
hidup semakin mahal dan nggak ada yang namanya gretongan, menuntut semua orang
untuk mencari pekerjaan sampingan agar bisa memiliki penghasilan tambahan.
Syukur-syukur kalau punya tabungan berlebih yang bisa dibuat modal usaha, kalau
nggak punya ya harus kreatif mencari pekerjaan sampingan yang nggak membutuhkan
banyak modal. Misalnya yang lagi ngehit sekarang adalah jadi Babi Ngepet Gojek.
Banyak faktor yang mendorong orang
untuk memiliki side job, faktor utama sih biasanya karena faktor ekonomi
seperti yang saya kemukakan di atas. Lalu ada juga yang ingin mencari kepuasan
batin, biasanya sih ini dilakukan oleh orang-orang yang pekerjaannya tidak
sesuai dengan minat atau passion-nya.
Awalnya hanya untuk menyalurkan bakat terpendam atau hobby saja, namun setelah
dijalankan malah memberikan penghasilan akhirnya jadi pekerjaan sampingan deh.
Trus yang terakhir bisa jadi karena punya banyak waktu luang, daripada pulang
kerja ngegosip ama tetangga atau main game sampai malam mending waktunya
dipakai untuk hal-hal yang menghasilkan.
Loper Koran
Saya sendiri mulai berpikir untuk
mencari pekerjaan sampingan sejak masih bujangan. Iseng-iseng aja sih buat
mengisi waktu luang. Kebetulan dulu ada teman yang jadi loper koran dan ketika
dia sedang ada keperluan dia meminta saya menggantikannya. Kok saya liatnya
seru gitu nganterin koran dari rumah ke rumah, waktu itu nganterinnya pakai
sepeda. Akhirnya saya minta tolong teman saya itu menanyakan kepada bosnya apakah
ada lowongan. Alhamdulillah ada, saya pun diminta untuk datang ke agen koran
tempat teman saya bekerja setelah shubuh.
Saat datang di hari pertama, saya
langsung tahu bagaimana proses sebuah koran dari tempat percetakan bisa sampai
ke tangan pembaca. Koran-koran itu diantarkan ke tiap-tiap agen dengan
menggunakan truk kontainer semenjak dini hari. Tumpukan koran yang menggunung
langsung terlihat ketika pintu belakang truk dibuka. Baru kali itu saya melihat
koran sebanyak itu. Koran-koran yang sudah dibendel menurut nama dan jumlahnya
itu kemudian dilemparkan ke bawah dimana para pegawai agen koran sudah
menunggu. Setelah itu pemilik agen atau koordinator yang ditunjuk akan membagi
koran kepada setiap loper koran sesuai jatahnya masing-masing.
Saya terkejut ketika menerima list
alamat rumah yang harus saya kirimi koran, sekitar belasan rumah dengan jarak
yang berjauhan. Pembagian korannya cukup lama, saya baru bisa mulai jalan itu
sekitar jam setengah tujuh, padahal jam delapan saya harus masuk kerja. Saya
langsung pesimis apakah bisa mengantarkannya dengan cepat dalam waktu yang
singkat. Karena masih pertama kali saya cukup lama mengantarkannya, meski sudah
dibantu dengan senior. Saya pun jadi terlambat masuk kerja. Saya nggak mengira
kalau koran yang harus saya antar sebanyak itu, kirain hanya beberapa saja
seperti kalau saya menggantikan teman saya. Akhirnya hari itu menjadi hari
pertama sekaligus hari terakhir saya menjadi loper koran. Kalau ingat hal itu
saya jadi malu sama teman dan pemilik agen koran tersebut. Tapi lebih malu pada
diri sendiri karena mental saya yang lembek, langsung menyerah di hari pertama.
Multi Level Marketing
Sebenarnya saya cukup tahu diri
tidak mempunyai bakat berjualan tapi gara-gara dicuci otak diajak sama
tetangga yang cukup dekat saya jadi ikut-ikutan gabung di salah satu MLM yang
cukup terkenal saat itu. Kita sebut saja PPS biar kekinian, kepanjangannya adalah Penjual
Penjual Sukses :P
Awalnya sih saya ditanyain impian apa yang
ingin belum terwujud saat ini lalu usaha apa yang sudah dilakukan. Trus apakah
sudah menunjukkan hasilnya. Dari situ saya kemudian digiring secara pelan-pelan
ke PPS. Pertama-tama dikenalin seluk-beluk PPS, produk apa saja yang dijual dan
kemudian diiming-imingi dengan penghasilan tiap bulan yang besar plus
bonus-bonus yang bisa saya dapatkan jika saya berhasil tutup point atau
mencapai jumlah penjualan tertentu.
Setelah saya mulai tertarik saya pun
diajak menghadiri seminar yang dikhususkan untuk perekrutan anggota baru. Di
seminar tersebut banyak sekali orang yang diundang, terutama para calon anggota
PPS seperti saya. Sebelum acara dimulai, kami diajak keluar ketika para leader
senior mereka datang. Iring-iringan mobil mewah memasuki tempat parkir membuat
semua yang hadir di situ berdecak kagum.
“Tuh lihat Wan para seniorku, hanya
dengan berjualan kopi betah melek dan sabun cuci super gajinya sudah jutaan.
Bisa beli mobil mewah, nanti kamu dengerin testimoninya,” ujar Mas Edo,
tetangga saya. Bukan nama sebenarnya sih tapi mirip :P
Dalam seminar tersebut, para senior
itu sharing tentang bagaimana
kehidupan mereka sebelum gabung di PPS, trus juga tentang jatuh-bangun menjalankan
bisnis PPS hingga akhirnya berhasil meraih kesuksesan seperti sekarang ini. Saya
yang orangnya gampangan tersentuh serasa mendapatkan pencerahan dan
jawaban atas kegalauan hati saya karena hidup yang terasa monton dan
begitu-begitu saja, tsaaah. Dan bisa ditebak deh, ketika Mas Edo memastikan
apakah saya mau join atau tidak, dengan sukarela saya bilang Iya Gabung!
PPS mempunyai banyak sekali varian
produk, mulai dari barang-barang kebutuhan rumah tangga seperti sabun cuci,
sabun mandi, kopi hingga mie instant. Lalu ada juga produk kesehatan seperti multivitamin,
obat herbal hingga obat kuat khusus pria. Para anggota baru diwajibkan membeli
beberapa barang, selain buat modal juga untuk dicoba agar nanti bisa meyakinkan
calon pembeli. Untung deh nggak diwajibin beli obat kuatnya, kan saya bingung
nanti mau dicoba sama siapa secara dulu masih bujang :P
Agar kami bisa mengenalkan dan menjual
produk dengan baik maka setiap dua minggu diadakan pertemuan dan pelatihan.
Durasi pelatihannya cukup lama juga, saya pernah ikutan pelatihan dari sore
sampai pukul sepuluh malam. Oh iya, kakak saya yang nomer dua yaitu Mbak U’us juga
ikutan join PPS. Kata Mas Edo biar jaringannya kuat maka Mbak U’us dijadikan
downline saya waktu itu. Kami mengikuti hampir semua pelatihan dan seminar,
bahkan kami juga menghadiri meeting akbar di sebuah stadion di Surabaya. Tentu saja
yang hadir saat itu lebih banyak lagi, mungkin ribuan. Para pembicaranya lebih
joss lagi, saya dan Mbak U’us sampai merinding dan menangis mendengar testimoni mereka. Masih terekam
jelas dalam ingatan saya, sambil bergenggaman tangan dengan Mbak U’us saya
teringat pada mendiang ayah kami dan berjanji dalam hati kami berdua harus
sukses di dalam hidup kami.
Saya akui sejak join di PPS sifat
saya yang cenderung pemalu jadi terkikis sedikit demi sedikit. Sebagai anggota
PPS saya harus pede berbicara dengan orang lain, baik itu tetangga maupun orang
asing. Saya harus bisa menjelaskan dengan detail tentang produk yang saya jual
plus meyakinkan mereka agar mau membeli. Mas Edo dan para senior juga selalu
siap membantu kami agar bisa menjual produk sebanyak mungkin sehingga bisa
tutup point di akhir bulan. Harga produk-produk PPS memang agak mahal, agar
kami bisa membeli barang buat modal maka di jaringan kami dibentuklah arisan
tiap bulan. Nanti anggota yang mendapatkan arisan bisa membelanjakan uang hasil
arisan itu untuk membeli barang-barang.
Sayangnya perjuangan kami di PPS
harus berhenti di tengah jalan karena kami memutuskan untuk berhenti. Saya
pribadi melihat begitu susah menjual produk-produk PPS di kalangan masyarakat
menengah ke bawah. Konsumen yang sudah membeli bulan ini, belum tentu bulan
depannya mau membeli lagi. Trus juga system
upline dan downline yang diterapkan
hanya akan memberikan keuntungan maksimal bagi para senior yang sudah lama
banget bergabung di PPS. Mereka sekarang tinggal membeli produk untuk dikonsumsi
sendiri atau dibagiin gratis, yang penting sudah tutup point. Untuk jualan
produk sudah tidak perlu ngoyo lagi sebab sudah ada sumbangan point dari para
downline-nya yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan.
Sedangkan kami para downline ini masih
harus bekerja keras menjual produk ke sana ke mari. Bukannya saya nggak mau
kerja keras sih tapi kalau dinalar pakai logika masih jauuh banget untuk bisa
seperti para senior itu. Ini hanya pribadi saya aja sih, mohon maaf jika ada para
senior MLM yang ikut membaca. Sampai sekarang Mas Edo masih aktif berjualan
produk PPS namun nggak segencar dulu lagi, dia hanya melayani para pelanggan
lamanya saja. Sampai sekarang dia juga masih menaiki motor butut kesayangannya,
entah kapan mobil mewah impiannya itu terwujud.
Wiih nggak terasa sudah 3 halaman
saya nyerocos, padahal baru dua pekerjaan sampingan yang saya tulis. Ini masih
ada tiga pekerjaan lagi yang tersisa yaitu Penerbit, Agen Asuransi dan Blogger.
Nanti akan saya lanjutkan di tulisan berikutnya ya. Semoga tulisan saya ini
bisa menjadi inspirasi bagi para pembaca yang mungkin saat ini baru terpikir
untuk mencari pekerjaan sampingan alias side
job. Atau ada yang mau sharing
juga tentang pekerjaan sampingannya, silakan tulis saja di komen.
Sumber gambar
Jaman sekarang memang harus pinter-pinter nyari sampingan ya mas, apalagi kalo bisa ketemu kerjaan sampingan yang sesuai hobby, nggak menguras tenaga tapi bayarannya lumayan ( ngarep) xixiix. Untuk yang sampingan nomer 2 itu saya malah agak trauma, sering banget kena tipu temen awalnya bilang mau ngasi project eh tau-taunya di prospect MLM ... cape deh. Ditunggu lanjutan artikelnya ya mas.
ReplyDeleteNaaah itu Mbak saya juga mau hihihi kalo udah nemu kabarin ya Mbak.
DeleteEmang modusnya gitu Mbak, kalo langsung to the point nawarin MLM pasti langsung menolak :D
Aku dari kecil banget side jobnya jadi kasir di usaha orang tua. :D gak susah, tinggal terima duit dan kasih kembalian. Siapa sangka gedenya (sempat) jadi teller :)
ReplyDeleteOoh emang sudah terlatih sejak kecil yak :D
Deletewaktu aku duduk di bangku SMA aku side jobnya jaga warnet punya saudara heheheh setelah kuliah sampingannya ngajar di bimbel tapi sekarang lagi nyari lagi tapi belum aku temukan... :'(
ReplyDeleteada yang tau kerja sampingan yang online ga?? huhuhu
Kalo kerja sampingan online itu misal jadi admin website atau fanpage online seller atau penerbit Mbak.
DeleteAku nek kon melu MLM prei wae wan, biyen bojoku tak jemput pas dijak melu dulure melu ngono2 kui :D
ReplyDeleteWeekekeke sampe dijemput paksa segala Yo.
DeleteSampingan demi sampingan dilakoni, bukan tak mungkin di antara sekian banyak sampingan itu nantinya bisa jadi "depanan" :)
ReplyDeleteAamiin, yang penting sampingannya bisa langgeng Mbak he3
Deletehehehe jobsideku juga macam2, serabutan nih wan mulai dari penjual buku, MLM sampai bakul arisan hihihi
ReplyDeleteKebanyakan yang punya side job itu para wanita karena mereka multitasking dan lebih pintar marketingnya.
Deletemencapai sebuah sukses itu emang butuh perjuangan :)
ReplyDeleteBener sekalii, sepakatt Mbak Ayla.
DeleteSaya masih pelajar,dan saya memiliki penghasilan dari blog.
ReplyDeleteKereen, bagi-bagi jobnya dong Dek :-D
DeleteMmm pengennya sih side job jadi main job: menulis :)
ReplyDeleteaamiin, semoga terkabulkan ya Zahra.
DeleteHahaha, kamu pernah jadi loper koran dan MLM juga ta? Seru banget ceritanya.
ReplyDeleteIyo Nis, kamu ndiri pernah nyambi opo ae?
DeleteSemasa kuliah side job saya jadi masseur, pemijat olahragawan.. setelah lulus langsung diambil salah satu club sepakbola di jawa timur. Alhamdulilah.. dari iseng2 ikut kegiatan mahasiswa kalau di tekuni mendapaykan hasil yb memuaskan..
ReplyDeleteDulu side job ku pemijat waktu kuliah.. setelah lulus, di reklut club sepakbola di jawa timur untuk jadi masseur.
ReplyDeleteSide job ku adalah maen kartu remi hahaha
ReplyDeletekerjaku buka toko kelontong,side job buka jualan barang lewat blog,sosial media, https://cangkirkesehtan.blogspot.co.id ,dan hoby sepeda touring juga jadi local guide di google sering dapat kupon hotel,dan voucher belanja
ReplyDelete