Foto Baby Enju (sementara pinjam dulu sebab foto Baby Ai belum sempat di-scan) |
Mulai hari ini saya akan membuat tulisan
berseri tentang kehamilan kedua Mama Ivon. Saya dulu sudah melakukannya ketika
Mama Ivon mengandung Aiman. Saya menulis berseri di blog lama saya di Multiply,
trus setelah MP tutup saya tetap melanjutkannya untuk dibaca sendiri. Dan
kemudian saat ulang tahun Aiman yang pertama, saya membukukan tulisan-tulisan
saya itu sebagai kado buat Aiman. Adapun judul bukunya adalah Baby Enju: a
Little Boy that Changed My Life. Nah tentunya untuk anak kedua kami ini, saya
juga akan melakukan hal yang sama. Saya hanya punya sedikit kemampuan menulis
yang bisa saya persembahkan untuk buah hati saya.
Kepastian tentang kehamilan Mama Ivon kami
dapatkan setelah melakukan test pack untuk yang keduanya kalinya. Setelah yakin
jika stripnya ada dua maka kami pun segera merencanakan pemeriksaan ke dokter
kandungan. Rumah Sakit Melati Husada menjadi rujukan kami karena saat hamil dan
melahirkan Aiman dulu di sana dan kami puas dengan pelayanannya. Selain itu
juga di Melati Husada menerima pasien Askes/BPJS, zaman sekarang kita harus
cerdas sebagai pasien. Kalau ada fasilitas gratis dari kantor mengapa tidak
dimanfaatkan.
Mengapa Baby Ai
Dulu ketika Aiman masih di dalam kandungan,
kami memberinya nama panggilan Enju. Nama itu kependekkan dari Ndut Junior.
Ndut itu nama panggilan sayang kami berdua. Seperti yang Anda lihat di
foto-foto kalau saya aslinya kurus, itulah sebabnya dipanggil Ndut biar bias gemuk,
bukankah nama adalah doa. Alhamdulillah sekarang saya udah mulai gemukan, meski
larinya banyakan ke perut. #TahanNafas
Nah anak kedua ini kami pun ingin memberinya
nama panggilan. Karena kami atau lebih tepatnya saya punya keinginan yang kuat
agar anak kedua ini perempuan maka nama panggilan yang muncul cenderung buat
perempuan. Kebetulan kami lagi suka nonton drama serial Turki yaitu Cansu dan
Hazel, nah saya pengin kasih nama panggilan Cansu buat calon anak kami ini. Eh
tapi Mama Ivon nggak setuju.
Mama Ivon langsung melontarkan nama panggilan
versinya yaitu Ai. Ai ini kepanjangannya Anaknya Ihwan Ivon. Saya sempat nggak
setuju, kok namanya sama dengan nama Aiman. Ntar kalau dia sudah besar apa
nggak protes: “Kok nama panggilanku sama kayak nama Kakak?”
Saya kemudian menambahkan kata Ku: Aiku. Eh
Mama Ivon malah ngeledekkin: “Duuh, pengin nginget-nginget mantan yaa?”
Wekekeke
Dulu saya memang punya mantan yang saya panggil
Ayku. Kok ingat aja sih Mama itu, padahal pas mengucapkan nama Aiku sama sekali
nggak teringat si mantan.
Ya udah lah daripada debat nggak berkesudahan
saya setujui saja nama panggilan buat calon anak kedua kami: Baby Ai.
Ujian Kehamilan Kedua
Kami semula mengira dan berharap di kehamilan
kedua ini Mama Ivon bisa menjalaninya dengan lebih bahagia, no stress dan
lemes-lemesan seperti saat hamil pertama dulu. Alasannya sih jelas, kami sudah
menempati rumah sendiri jadi bisa lebih bebas dan nyaman. Nggak ada rasa
sungkan atau nggak enak sama keluarga besar saya. Tapi ternyata dugaan kami
salah, harapan kami tak menjadi kenyataan. Mama Ivon tetap saja merasa lemas,
seperti tak bertenaga. Alhasil Mama Ivon kebanyakan tidur karena jika dibuat
melakukan aktivitas sedikit saja sudah merasa capek. Saat pemeriksaan kehamilan
yang kedua kemarin, tekanan darah Mama Ivon rendah banget yaitu 70. Pantesan
kok lemes mulu bawaannya. Oleh Dr.Maria SPOG, Mama Ivon disuruh banyak-banyak
istirahat, nggak boleh kecapekan lah intinya.
Karena Mama Ivon kondisinya lemah maka otomatis
pekerjaan rumah tangga sebagian saya yang handle, istilah kerennya saya jadi
One Man Show. Mulai dari urusan makanan, membersihkan rumah hingga pakaian kami
bertiga. Untuk urusan makanan saya memiliki dua opsi yaitu memasak sendiridan
beli makanan di luar. Kalau waktunya banyak maka saya akan mencoba memasak
menu-menu sederhana seperti sayur sop, tumis kangkung, pokoknya yang bumbunya
simple: bawang merah, bawang putih dan garam. Lauknya juga pilih yang gampang
kayak goreng tempe dan tahu. Tapi saya pernah sih bikin yang agak bervariasi
seperti jamur crispy dan bola-bola tahu sosis.
Membersihkan rumah. Hmm saya harus menarik
nafas panjang. Kami dianugerahi seorang putra yang Alhamdulillah sangat aktif
dan suka bermain. Maka rumah kami tak pernah bersih dari yang namanya mainan
berserakan dimana-mana. Kalau Aiman habis main tuh rumah kami sudah kayak kapal
pecah. Saya biasanya beresin mainan Aiman di pagi hari seusai memasak. Ada
kalanya Aiman bisa diajak kerjasama membereskan mainannya, tapi lebih seringnya
sih ditinggalin gitu saja. Malah dia sekarang suka sekali membawa mainan kesayangan ke tempat tidur, bikin kasur kami jadi makin penuh saja.
Yang terakhir, pakaian. Kami memang memiliki
mesin cuci tapi pakaian yang sudah dicuci itu kebanyakan numpuk dan belum
sempat disetrika. Emang iyes, menyeterika itu pekerjaan yang melelahkan, saya
sendiri sudah merasakannya saat masih single dulu. Biar lebih hemat tenaga dan
waktu maka saya memilih untuk memakai jasa laundry saja. Untung Malang ini Kota
Pendidikan dimana banyak sekali bertebaran jasa laundry di lingkungan kampus.
Ternyata murah juga kok jasa laundry-nya, ada yang paketan 5 Kg: Rp.15.000. Itu
sudah paket CKS: Cuci Kering Setrika. Selama ini sih rata-rata pakaian yang
saya cucikan seberat 8-9 Kg, habisnya Rp.24.000-27.000 saja.
Bersyukur Itu Kuncinya
Sampai sekarang, usia kandungan Mama Ivon sudah
berjalan 2 bulan. Saat kami USG kemarin sudah tampak embrio Baby Ai di layar
USG. Aiman tampak antusias melihatnya, begitu foto Baby Ai dicetak dan
diberikan kepadanya, itu lembaran foto dipegangin terus sampai keluar dari
ruang pemeriksaan. Untung saja kami diberi dua lembar foto, sebab yang selembar
diminta oleh pihak Melati Husada untuk klaim ke BPJS.
Kondisi yang masih lemas dan nggak bisa
ngapa-ngapain membuat Mama Ivon bosan dan adakalanya merasa useless dan ujung-ujungnya jadi baper,
nangis deh. Trus juga jadi rawan masuk angin. Biasanya Mama Ivon minta
dipijatin di punggung, pundak dan kakinya. Nggak lupa juga diolesi minyak
telon.
Seakan belum cukup dengan kondisi yang lemas,
masih ditambah lagi satu ujian yaitu Aiman. Nggak tahu kenapa semenjak Mama
Ivon hamil, Aim tuh suka sekali godain. Awalnya sih gemes-gemes nyubit pipi,
tapi kemudian bertambah yang mainin rambut Mama Aim lah, lompat-lompatan di
kasur hingga memboyong mainan ke kasur. Keadaan ini lama-kelamaan bikin Mama
Ivon kehabisan kesabaran, jadilah dia memarahi Aim. Malahan sekarang kadang
jadi berantem tuh dua orang kayak anak kecil. Saya sampai bingung deh
misahinnya. Apa ini bawaannya bayi ya.
Biasanya saya akan menasehati Aiman agar tidak
godain Mamanya, demikian juga sebaliknya saya meminta Mama Ivon agar tidak
kesulut emosi dan menanggapi berlebihan. Saya ingin agar Mama Ivon bisa
mengkondisikan agar nggak banyak drama deh sama Aiman. Saya kuatir nantinya
kalau Aiman suka godain Baby Ai atau sebaliknya. Kan ada tuh kakak-beradik yang
nggak bisa akur, saling nggegodain hingga berantem. Semoga kelak mereka berdua
bisa saling menyanyangi, aamiin.
Yang merasa stres bukan hanya Mama Ivon sih,
saya juga kadang merasakannya. Di pagi hari saya harus mulai mengerjakan semua
pekerjaan rumah, mencuci perabotan rumah tangga, memasak atau membeli makanan
di rumah, beresin rumah. Setelah itu saya mandi, sarapan baru deh berangkat
kerja. Kondisi yang seperti dikejar-kejar waktu di pagi hari itu kadang bikin
saya merasa lelah. Trus melihat Mama Ivon yang lemes mulu, kadang juga bikin
saya bingung harus gimana lagi berperan sebagai suami siaga untuknya. Merambat
lagi jadi kepikiran Aiman, kalau Mama Ivon lemes dia jadi nggak ada yang
ngemong. Kalau kedua Bibi saya lagi masuk siang kerjanya, kadang saya minta
tolong beliau-beliau untuk mengasuh Aiman. Saya kuatir nanti Aiman jadi
terlantar. Itulah sebabnya kalau sudah di rumah, waktu saya full buat ngurusin
mereka.
Biar nggak kelamaan stress maka saya
cepat-cepat mengingatkan diri sendiri bahwa semestinya saya harus lebih banyak
bersyukur. Di luar sana banyak pasangan-pasangan yang sudah lama menginginkan
kehadiran buah hati yang tak kunjung datang. Ada juga yang sudah ngebet pengin
anak kedua tapi juga selalu gagal. Ya, dengan kondisi yang agak berat ini kami berdua
harus banyak-banyak melihat ke bawah.
Semoga kondisi Mama Ivon bisa lekas membaik
setelah masuk trimester kedua nanti, Aiman bisa lebih dikendalikan sehingga
kehamilan kedua ini bisa dijalani dengan kondisi yang sehat dan bahagia. Buat
Baby Ai: “Baik-baik ya Nak di rahim Mama, semoga Allah menjadikanmu bayi yang
tumbuh sempurna, tak kurang suatu apapun. Ayo kerjasama yang baik sama Mama, buatlah
moment indah kebersamaan kalian selama 9 bulan ini menjadi kenangan yang
terindah dalam hidup kita sekeluarga, aamiin.
Moga sehat-sehat selalu ya buat Ivon dan baby Ai....
ReplyDeleteAamiin, makasih Dee doanya. Lala kapan neh dikasih adik? :-)
DeleteSemoga sehat terus ya mama ivon. Sehat terus bersama baby Ai
ReplyDeleteMakasih doanya Mbak Rian.
DeleteSemoga sehat terus Mama Ivon, its OK lab baper namanya juga orang hamil. Yg pwnting suaminya sabar
ReplyDeleteNtar klo baby ai nongol di dunia. Nongol pula kebahagiian tak terkira
Iya Mbak bener sekali. Moga saya selalu diberi kesabaran menjadi suami siaga, aamiin.
DeleteSemoga sehat selalu :)
ReplyDeletebisa melahirkan dengan normal
Aamiin, makasih ya Mas doanya.
DeleteSehat sehat ya mama ivon.. Semangat ya papa aiman..
ReplyDeleteMakasih Mbak Ima, aamiin.
DeleteSehat sehat ya mama ivon.. Semangat ya papa aiman..
ReplyDeleteselamat ya. semoga tetep sabar dan kehamilannya menyenangkan
ReplyDeleteMakasih Mbak doanya dan salam kenal :-)
DeleteMama Ivon semoga lemes2nya segera berlalu ya, ayo ayo ceria demi Baby Ai. Duh jadi ga sabar nih nungguin Baby Ai lahir, inget dulu pas Aim baru lahir liatnya gemeeezzz bangeettt...
ReplyDeleteAamiin-aamiin, makasih doanya Mbak Uniek.
DeleteIya Aim dulu pipinya tembem banget gemesin.