Perut saya terasa
sedikit keroncongan ketika jam menunjukkan pukul setengah enam petang, di luar
gedung Perpustakaan UB (Universitas Brawijaya) hujan turus dengan derasnya. Malam
ini saya bertugas lembur di bagian loker, melayani penitipan tas para mahasiswa-mahasiswi
UB yang akan masuk ke Perpustakaan UB. Karena bertugas hingga jam delapan
malam, biasanya saya akan membeli makan untuk mengganjal perut. Tapi karena sekarang
hujan deras, saya jadi males keluar.
Saya mencoba
menahan rasa lapar yang saya rasakan sejak tadi. Jarum jam terasa lambat sekali
berjalan. Hmm kalau perut ini tidak segera diisi sesuatu bisa-bisa maag saya
kambuh. Saya memang memiliki penyakit maag, jika telat makan sampai lama
biasanya akan kambuh. Dan saya benci kalau maag ini kambuh sebab sakit maag itu
bikin kita serba salah, dikasih makan sakit nggak dikasih makan juga tambah
sakit.
Lagian juga kalau
perut lapar biasanya bikin kita jadi sensi, sementara saya saat ini sedang
bertugas melayani para pengunjung perpustakaan. Takutnya nanti karena menahan
rasa lapar saya jadi nggak sabaran melayani mereka.
Saya bangun dari
kursi dan melongok ke arah gazebo perpustakaan. Aahaa, yang saya tunggu-tunggu
sudah datang rupanya. Saya lalu pamit kepada rekan kerja saya. Dengan langkah
penuh semangat saya berjalan keluar menuju gazebo.
Di salah satu
kursi yang berderet di gazebo perpustakaan saya melihat sosok yang saya tunggu
itu. Beliau tampak sedang memasukkan kue-kue jualannya ke dalam plastik ketika
saya menghampirinya.
“Bu, saya beli
kuenya ya,” sapa saya.
“Oh iya, silakan
Nak,” jawab sosok berjilbab itu dengan ramah.
Penjual Kue di Gazebo Perpustakaan UB
Namanya Khadijah,
namun beliau akrab dipanggil Ibu Dijah. Ibu Dijah sudah berjualan kue di
lingkungan kampus Brawijaya sejak tahun 2007, bersamaan dengan diterimanya sang
putri keduanya di sana. Nama putri Ibu Dijah yang kuliah di UB adalah Dwi
Febriana Rahma, dia mengambil jurusan MIPA Fisika.
Ibu Dijah
berjualan kue dengan menggunakan kotak-kotak plastik, jumlahnya antara tiga
sampai empat buah. Beliau berjualan kue demi menghidupi keluarganya. Suami Ibu
Dijah sudah lama tidak bekerja karena di-PHK dari PLTU Paiton.
Ibu Dijah memiliki
empat orang putri, namun satu orang sudah meninggal. Putri pertamanya dulu
kuliah di Universitas Negeri Malang, mengambil jurusan akuntansi. Saat ini dia
sudah bekerja di sebuah bank dan menikah. Sedangkan putri ketiga, kuliah di UB
seperti kakaknya namun mengambil jurusan Gizi. Ibu Dijah sangat bersyukur
ketiga putrinya mendapatkan beasiswa sehingga untuk biaya kuliah tidak perlu
dipikirkan lagi, bahkan putri keduanya saat ini sedang menempuh pendidikan S2
di Taiwan. Jelas sekali terihat kebanggaan di raut wajah Ibu Dijah ketika
menceritakan para putrinya tersebut. Dalam hati saya terbersit keinginan Aiman
dan adiknya kelak bisa mengikuti jejak kesuksesan ketiga putri Ibu Dijah.
Curahan Hati Ibu Dijah
Bu Dijah berjualan
kue di lingkungan kampus Brawijaya mulai dari pagi hingga malam. Pagi hari
beliau berjualan mulai jam sepuluh hingga dua siang di BEM Fakultas Hukum dan
musholla MIPA. Baru sore harinya beliau pindah berjulan di gazebo Perpustakaan
UB. Biasanya beliau akan berjualan sampai perpustakaan tutup. Kalau saat
liburan semester seperti sekarang ini perpus buka hanya sampai jam delapan
malam, jika perkuliahan sudah aktif kami buka hingga jam sepuluh malam.
Bu Dijah berjualan
kue di kampus Brawijaya mulai dari Senin hingga Jumat. Sebelum berjualan di
Brawijaya, Bu Dijah dulu berjualan dengan berkeliling di Malang, salah satunya
di kantor Pemkab Malang. Kue yang dijualnya ini adalah milik budhenya yang
membuka toko kue di Pasar Besar Malang. Harga kue yang dijualnya Rp.2.500,
namun jika membeli 5 cukup membayar Rp.10.000 saja Setiap hari biasanay Bu
Dijah mendapatkan keuntungan antara Rp.40.000 hingga Rp.60.000. Namun Bu Dijah
jarang sekali mendapatkan untung hingga Rp.60.000 karena beliau sering sekali
memberi kue lebih kepada para pembeli.
Memang setiap kali
saya membeli kue di Bu Dijah, saya selalu diberi bonus kue. Bukan hanya satu
tapi tiga bahkan pernah empat kue. Jelas saja saya tidak mau merugikannya,
biasanya saya akan bayar semuanya dan segera berlalu meninggalkannya.
“Kenapa Bu Dijah
suka memberi kue kepada para pembeli?”
“Saya tidak ingin
jadi orang kaya kok Nak, yang penting anak saya bisa makan dan untuk tambahan
biaya kuliah mereka.”
Rasanya saya
tertampar mendengar jawaban beliau. Tidak banyak orang seperti Bu Dijah,
apalagi di zaman sekarang yang semuanya serba materialistis ini.
Bu Dijah lalu
bercerita tentang pengalaman dukanya dikejar-kejar satpam UB karena ada
larangan penjual makanan berjualan di sekitar rektorat. Bahkan pernah beliau
ditahan di markas satpam, untung saja ada putrinya yang dibantu teman-temannya
sehingga beliau dibebaskan.
Karena ingin tetap
bia berjualan demia menafkahi keluarga, Bu Dijah bahkan sampai meminta ijin
langsung kepada bapak rektor. Setelah melewati perjuangan, akhirnya beliau
berhasil menemui bapak rektor saat bermain tenis di lapangan yang berada di
belakang salah satu mall dekat kampus Brawijaya.
Menurut penuturan
Bu Dijah, bapak rektor tidak melarang namun juga tidak mengiyakan. Namun bapak
rektor berpesan agar Bu Dijah tidak berjualan di sekitar rektorat karena takut
terlihat oleh tamu-tamu dari luar kampus. Bu Dijah juga bercerita kalau dia
dulu pernah diancam juga oleh pedagang bakso yang iri kepadanya.
Hati saya trenyuh
mendengar curahan hati Ibu Dijah, betapa keras sekali perjuangan yang harus
beliau alami untuk mencari nafkah. Saya tertampar untuk kedua kalinya, kalau
sedang capek gitu saya kadang bete jika lembur di bagian loker karena harus
melayani para mahasiswa yang datang silih berganti, seperti tak ada habisnya.
Wanita yang Memegang Teguh Prinsip Hidupnya
Cerita hidup Ibu
Dijah mundur ke masa mudanya saat dia berhasil diterima bekerja di Kantor Pajak
Jakarta. Di balik sosoknya yang sederhana itu, ternyata Ibu Dijah dulu
merupakan lulusan salah satu kampus swasta di Malang. Waktu itu beliau kuliah
di jurusan Akuntansi.
Ibu Dijah tidak
mau menerima tawaran bekerja di Kantor Pajak karena diminta membayar uang
sebesar 17 juta. Bu Dijah takut jika sudah bekerja nanti akan terdorong untuk
melakukan korupsi. Menurut Bu Dijah orang pajak rawan melakukan korupsi. Ucapan
ini bukan tuduhan tanpa bukti, dia dulu pernah bekerja membantu pamannya yang
bekerja di Kantor Pajak. Bu Dijah mengundurkan diri karena pernah disuruh
membuat laporan yang tidak wajar tentan sebuah perusahaan. Meskipun didesak
oleh sang paman, Bu Dijah tetap memegang teguh prinsipnya yaitu mencari rezeki
yang halal. Akhirnya Bu Dijah berhenti dan pulang kembali ke Malang.
Saya benar-benar
salut dengan keteguhan hati Ibu Dijah tersebut. Dia rela meninggalkan pekerjaan
yang menjanjikan masa depan cerah daripada harus melakukan kecurangan dalam
pekerjaannya.
Menabung Untuk Memberdayakan
Keberadaan Ibu
Dijah yang berjualan kue di lingkungan kampus Brawijaya ini sebenarnya membantu
sekali para mahasiswa yang sedang belajar di gazebo perpustakaan. Di malam hari
sudah tidak ada lagi kantin yang buka, dengan kehadiran Bu Dijah mereka tidak
perlu khawatir jika mendadak merasa lapar. Seperti penuturan dua mahasiswi dari
Fakultas Pertanian, Ayu dan Tata.
Saya sendiri
sebagai pegawai perpus juga merasa terbantu di saat lembur malam dan kelaparan
tidak perlu jauh-jauh pergi keluar membeli makanan. Sayang sekali jika
kehadirannya dilarang bahkan sampai harus dikejar-kejar satpam kampus.
Banyak sebenarnya
Ibu Dijah-Ibu Dijah lainnya di luar sana yang terpaksa harus bekerja keras
membanting tulang demi membantu ekonomi keluarga. Kebanyakan mereka merupakan
pelaku usaha kecil yang harus bersaing dengan para pelaku usaha dengan modal
besar.
Walaupun niatan
mereka adalah mencari nafkah namun sebenarnya kehadiran mereka membantu kita.
Misalnya seorang penjual kebutuhan makanan seperti lauk-pauk dan sayuran yang
berkeliling di kampung. Berkat mereka maka para ibu tidak perlu jauh-jauh pergi
ke pasar sehingga bisa menghemat waktu dan tenaga. Namun biasanya mereka tidak
bisa mengembangkan usahanya karena terbentur masalah modal.
Nah kita
sebenarnya bisa membantu mereka untuk mengembangkan usahanya. Caranya adalah
dengan menabung di BTPN.
Mungkin ada di
antara pembaca yang bertanya. Semua bank juga memberikan pinjaman kepada pelaku
usaha mikro dan kecil. Mengapa harus di BTPN?
Okey saya akan
jelaskan, simak baik-baik ya.
Biar lebih mudah saya
akan tunjukkan hasil simulasi Menabung Untuk Memberdayakan yang sudah saya
coba.
Untuk mencoba
simulasi ini mudah sekali caranya, kita bisa login dengan menggunakan akun
Facebook atau email kita. Setelah mengisi data diri, kita dipersilahkan memilih
akan dipergunakan di jenis usaha apa dana tabungan kita. Karena Bu Dijah
berjualan kue maka saya pilih Culinary (kuliner). Trus tinggal klik Mulai Login.
Di sesi berikutnya
kita dipersilakan memilih besaran nilai uang yang akan kita tabung dan berapa
lama waktu menabungnya. Saya pilih yang paling kecil dulu deh Rp.500.000 selama
5 tahun. Setelah itu klik Lihat Hasil
Simulasi.
Dan inilah
hasilnya.
Dalam waktu lima
tahun, uang saya berkembang menjadi sebesar Rp.34.177.130. Tidak hanya itu
saja, saya bisa berkesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup jutaan rakyat
Indonesia. Seperti pada contoh simulasi milik saya, uang tabungan saya ini akan
dipinjamkan kepada Ibu Maimunah Nicolaas yang bisa mengubah hobi memasak kue
menjadi usaha yang menjanjikan setelah mengikuti program Daya. Jika pada awalnya
ia hanya bisa menghasilkan 10 toples per hari, kini Ibu Maimunah mampu
menghasilkan 200 toples kue setiap harinya. Inilah yang dinamakan Menabung
Untuk Memberdayakan!
Program DAYA dari BTPN
Tabungan kita di BTPN tidak hanya berguna
bagi diri kita sendiri namun juga bagi jutaan mass market di Indonesia karena
BTPN memiliki program yang bernama Daya. Dikutip dari situs resmi BTPN: Daya
merupakan realisasi dari komitmen BTPN untuk membangun kapasitas nasabah secara
berkelanjutan, dengan memberikan kesempatan untuk tumbuh dan hidup yang lebih
berarti. Sebagai program pemberdayaan mass marketyang berkelanjutan
dan terukur, Daya terintegrasi di dalam semua lini usaha BTPN.
Tiga pilar utama “Daya” terdiri dari program
dan kegiatan dengan fokus bidang: Daya Sehat Sejahtera (Kesehatan), Daya Tumbuh
Usaha (Pengembangan Usaha) dan Daya Tumbuh Komunitas (Komunitas).
Daya lahir dari kerinduan jiwa untuk membuat
perbedaan dalam hidup orang lain, menjadi sinar bagi sesama. Daya menawarkan
kesempatan kepada semua pemangku kepentingan BTPN untuk berpartisipasi dalam
misi memberdayakan jutaan mass market di Indonesia. Melalui Program Sahabat
Daya, mari bersama menjadi relawan dan turut serta dalam memberdayakan mass
market Indonesia.
MENGAPA DAYA?
Daya hadir dengan menawarkan kesempatan
kepada semua stakeholder BTPN untuk berpartisipasi dalam misi
memberdayakan jutaan mass market di Indonesia.
Melalui Program Relawan, BTPN membuka
kesempatan kepada seluruh stakeholders, untuk turut serta dalam
program pemberdayaan yang berkelanjutan untuk komunitas pensiunan, mikro dan
prasejahtera produktif.
Ini adalah bukti nyata dari tujuan murni
"Daya" yakni untuk meningkatkan potensi setiap warga Indonesia secara
signifikan, dengan partisipasi dari manajemen serta staf BTPN yang berada dalam
Program Relawan, serta sistem pengukuran yang tepat untuk mengetahui dampak
dari program pemberdayaan tersebut guna memastikan efektivitasnya.
Hingga saat ini telah banyak pencapaian yang
berhasil diwujudkan oleh Daya. Seperti terlihat dalam grafik di bawah ini.
Buat saya pribadi
dengan mencoba simulasi Menabung Untuk Memberdayakan di atas, saya jadi tahu
secara pasti kepada siapa dan untuk apa uang yang saya tabungkan nantinya
dimanfaatkan. Tercapai sudah dua manfaat dengan menabung di BTPN yaitu mempersiapkan
masa depan keluarga sekaligus ikut memberdayakan dan meningkatkan kualitas
hidup jutaan mass market di Indonesia.
Adalah suatu
kebahagiaan yang tak bisa dinilai dengan uang dan menjadikan hidup kita #LebihBerarti ketika apa yang kita lakukan bisa
bermanfaat bagi orang lain. Semoga kisah Ibu Dijah yang memberdayakan dirinya
untuk menafkahi keluarga tercinta bisa menjadi inspirasi bagi kita semua,
aamiin.
Tulisan ini diikut sertakan untuk lomba blog bertemakan ‘Terima kasih Mass Market’ yang diselenggarakan oleh Bank BTPN Sinaya.
Tulisan ini diikut sertakan untuk lomba blog bertemakan ‘Terima kasih Mass Market’ yang diselenggarakan oleh Bank BTPN Sinaya.
Merinding dan langsung teringat Ibu, setelah mendengar kisah Bu Dijah yang luar biasa. Oh, ternyata ada program menabung untuk memberdayakan di Bank BTPN, selama ini saya gak tahu. Nanti saya coba simulasinya. Terimakasih
ReplyDeleteSaya yang mendengar ceritanya langsung lebih merinding Mas, apalagi beliau terkadang sambil menerawang dan menitikkan air mata. Siip, selamat mencoba simulasinya dan salam kenal :-)
DeleteTrus aku nagis moco e. Mugo mugo sehat bu, anak anak e sukses sedoyo.
ReplyDeleteBerkah sekali hidup ibu.
Mengharukan memang kisah hidup beliau Mbak Zulfa. Aamiin Ya Robbal Alamiin.
DeleteSubhanalloh ya ibu Dijah, semoga diberi kesehatan dan panjang usia.. semoga berkah dunia akheratnya ya ibu.. sukses ya mas lombanya..
ReplyDeleteAamiin Ya Robbal Alamiin, makasih Mbak Ima doanya buat Bu Dijah dan saya.
DeleteSemoga bu Dijah selalu diparingi sehat, dan berkah rejekinya. Selalu salut ama orang-orang seperti beliau ini....
ReplyDeleteSalam buat bu Dijah ya, Wan...
Semoga bu Dijah selalu diparingi sehat, dan berkah rejekinya. Selalu salut ama orang-orang seperti beliau ini....
ReplyDeleteSalam buat bu Dijah ya, Wan...
Aamiin Ya Robbal Alamiin, iya mereka tak pernah lelah berjuang mencari rezeki halal. Semoga hidup mereka makin berkah dan bahagia dunia akhirat. Okey kalau ketemu aku sampaikan Dee.
DeleteIbu Dijah dan wanita tangguh lain akan sangat terbang ikan dengan adanya tabungan ini.
ReplyDeleteIbu Dijah dan wanita tangguh lainnya akan sangat terbantukan dengan adanya tabungan ini.
DeleteTypo ya Mbak Susindra he3
DeleteIya semoga mereka semua bisa terbantu dengan program Daya dari BTPN ini.
Kereeeen
ReplyDeleteSalut sama perjuangan Ibu Dijah
Semoga menang ya Wan
Horey akhirnya bisa komen, maap kurang ngetik url-nya.
Deletememang Bu Dijah ini keren perjuangan n prinsip hidupnya.
Aamiin makasih doanya Mbak, yakin ga ikutan juga? :D
Ibu Dijah hebat
ReplyDelete..salut, semoga selalu diberi kesehatan.
Btw jualannya sejak tahun 2007 ya, pantesan saya blm pernah liat...udah lulus sayanya..
Aamiin Mbak. Oh lulusan UB juga? Ambil jurusan apa dulu Mbak?
DeletePerikanan mas :-p
ReplyDeleteJadi keinget Ibu Jajan yang njajain kue di kantorku dulu. Kuenya enak2.
ReplyDeleteEh, ibunya baik ya, mau kasi kue gratisan. Moga berkah dan makin banyak rejekinya Bu Dijah.
Iya baik semoga kebaikan hatinya dibalas berlipat.
DeleteAamiin makasih doanya Pril.
Terharu T_T
ReplyDeleteSemoga ibu Dijah selalu diberikan kesehatan, dilancarkan rejekinya, dan anaknya dapat menyelesaikan pendidikan dengan mudah.
Aamiin, makasih doanya Mbak Rien.
DeleteAku tuh paling senang melihat semangat orang2 yang tetap gigih mencari uang kayak Ibu Dijjah.. Semoga usaha beliau lancar dan ekonominya makin membaik..
ReplyDeleteSama Mbak, semangat mereka bisa menjadi pengingat bagi kita agar tak mudah menyerah dalam menghadapi ujian hidup. Aamiin makasih doanya Mbak Rita.
DeleteSemangatnya, bikin haru.... ;)
ReplyDeleteIya patut kita contoh semangat beliau.
DeleteSubhanallah. Luar biasa. Dulu aku pas ke sana gak ketemu dengan Bu Dijah. :(
ReplyDeleteMungkin kamu ke UB pas siang Nis.
DeleteSo inspiring
ReplyDeleteYes absolutely.
DeleteSo inspiring
ReplyDeleteSalut buat bu dijah... Hidup sederhana yg penting berkecukupan buat makan anak2 bya
ReplyDeleteSudah jarang orang seperti beliau Mas di zaman yang makin materialistis ini.
DeleteIbu Dijah semoga selalu sehat dan lancar mencari rejeki. Sukses ngontesnya ya mas
ReplyDeleteAamiin makasih doanya Mbak Prima :-)
DeleteKerja itu ngeliat tujuanx ternyata yaa..ibu dijah gak kepengen kaya,makax gak menghalalkan sgala cara..saluutt..
ReplyDeleteTulisanx menginspirasi,
Moga menang lombanya..