Setiap anak itu terlahir sempurna. Begitulah yang ada dalam pemikiran
saya saat anak pertama lahir. Seiring perkembangannya, ada banyak hal yang
harus saya pelajari. Meskipun sejak lahir saya sudah banyak membaca buku
mengenai ilmu pola asuh dan perkembangan anak. Tetapi saat dihadapkan pada
kenyataan, rasanya semua jadi blank. Sehingga untuk membesarkan anak kedua ini,
saya belajar dari perkembangan anak pertama.
Mas Aiman terlahir lewat operasi caesar dengan berat badan cukup, 2960
kg dan tinggi 48 cm. Saya sempat memberikan susu formula campur ASI di tiga
bulan pertama, selanjutnya saya lepas dan full ASI hingga umur 2,5 thn. Saat
memasuki usia makan, saya memberinya MP-ASI homemade. Semua sudah saya lakukan
untuk yang terbaik agar tumbuh kembangnya sempurna. Hanya saja di usianya yang
memasuki 1,5 thn sempat menjalani sircumsisi karena menderita fimosis. Saya
sempat down waktu itu, tetapi tak berlangsung lama. Saya optimis setelah itu
tumbuh kembangnya akan membaik kembali.
Bersyukur setelah melewati semua itu, Mas Aiman tumbuh dengan sehat dan
jadi anak yang aktif. Hanya saja saya mengamati tingkat keaktifannya lain dari
anak seumurannya. Sempat terpikir apakah anak saya termasuk hyperaktif? Tetapi
kata kebanyakan teman saya, Mas Aiman belum sampai tahap itu. Masih ada anak
lain yang tingkah polahnya melebihi Mas Aiman. Saking aktifnya terkadang saya
merasa kewalahan. Bahkan tak ayal saya pernah sekali dua kali mencubit atau
memukul pelan. Mau gimana lagi, perkataan saya rasanya tak pernah didengarnya
atau dia yang belum memahami. Terkadang pula hal itu menjadi pemicu
pertengkaran saya dengan suami.
Di antara rasa putus asa saya menghadapi Mas Aiman, apalagi adiknya sudah
lahir. Terbersit untuk membawanya ke psikolog. Hanya saja belum ada waktu yang
tepat saat wacana itu muncul. Hingga suatu hari saya luangkan waktu untuk
bicara dengan suami, bagaimana baiknya mengenai Mas Aiman. Oh iya, suami juga
sudah banyak cari artikel mengenai parenting dan tumbuh kembang anak. Beli
beragam buku yang semuanya tentang parenting tapi tetap saja mental kalau sudah
berhadapan dengan polah Mas Aiman. Mungkin bagi orang awam, itu biasa dan
dianggap anak nakal. Tetapi bagi kami bukan begitu, mesti ada sesuatu yang
salah, entah pola asuh kami atau perkembangannya.
Usai melalui pertimbangan yang lama dan cari info sana-sini, diputuskan
tanggal 1 Oktober saya suami sepakat untuk konsultasi ke psikolog di House of Fatima Child Center yang
berada di Jl. Sumbing Kota Malang. Sebelumnya sudah bikin janji via telepon dan
Whatsapp.
Bertemu dan Konsultasi dengan Psikolog
Sewaktu mengajak Mas Aiman ke psikolog, saya sampaikan kalau akan melihat
sekolah. Karena sebenarnya Mas Aiman sudah sering minta sekolah, hanya saja
saya pending dahulu sambil cari informasi sekolah yang pas. Pas di lingkungan
juga pas di kantong ortunya hehe. Tentu saja Mas Aiman senang kalau mendengar
kata sekolah. Sehingga saya tidak susah membujuknya untuk ikut. Benar saja,
sampai sana ada sarana permainan perosotan dia sudah senang banget. Saya dan
suami ke bagian administrasi terlebih dahulu. Selanjutnya di suruh menunggu,
mbak petugasnya mungkin masih konfirmasi dengan psikolog di ruangan sebelahnya.
Tak berapa lama kemudian saya dan suami di panggil dan ditunjukkan
ruangan psikologya. Di sana ada dua meja yang terpisah. Psikolog yang saya
temui laki-laki yang bernama Pak Suyanto. Tadinya sekalian sama Mas Aiman,
tetapi dia sibuk lari ke sana kemari sewaktu saya hendak berkonsultasi.
Akhirnya Pak Suyanto menyarankan saya agar membiarkan dia bereksplorasi di
luar. Saya dan suami menyampaikan apa saja yang menjadi keluhan mengenai Mas
Aiman.
Hal yang saya sampaikan diantaranya ;
-
Mas Aiman sampai sekarang masih susah pegang
pensil yang baik, tangannya berasa kaku menurut saya
-
Banyak bergerak dan susah diam walau hanya 5
menit saja.
-
Mudah bosan dengan satu permainan
-
Sering menganggu adiknya
-
Sulit berdiri mengantri agak lama
Usai menyampaikan hal itu, Pak Suyanto memaparkan beberapa mengenai
keluhan yang saya sampaikan. Oh iya, yang sempat membuat suami merasa janggal,
konon video edukasi yang ada di tablet atau handphone itu tidak baik. Padahal
menurut suami ada anak yang cara belajarnya lebih cepat bisa melalui visual.
Usai sesi sharing berakhir, Pak Suyanto memberikan kesimpulan kalau Mas Aiman
mengalami ADD. Apa itu ADD? Attention Deficit Disorder. Sikap yang kurang
perhatian sehingga kesulitan
mengendalikan aktifitasnya yang berlebihan. Untuk itu beliau menyarankan dua
terapi bagi Mas Aiman yaitu Terapi Perilaku dan Terapi Okupasi.
Saya dan suami sempat berdiskusi terlebih dahulu sebelum mengambil
keputusan terapi. Kembali ke depan meja administrasi untuk melihat pricelist
terapinya. Sambil tetap memperhatikan Mas Aiman yang asyik main perosotan di
luar dengan anak lainnya yang kebetulan lagi terapi. Akhirnya demi kebaikan
bersama, saya dan suami sepakat untuk mengambil terapi tersebut. Untuk awalnya
saya ambil yang paket empat kali pertemuan. Kenapa hanya empat kali? Untuk
melihat perkembangan Mas Aiman, sejauh mana perubahannya setelah ikut terapi.
Nantinya bila diperlukan lagi akan lanjut, idealnya menurut psikolog 15 x
terapi dan nantinya dianalisa kembali perkembangannya.
Apa Itu Terapi Perilaku?
Sesuai dengan paket yang saya ambil, terapi Mas Aiman dilakukan dua kali
dalam seminggu. Hari Rabu dan Sabtu, untuk Hari Rabu Terapi Perilaku dan Hari
Sabtu Terapi Okupasinya. Tanggal 5 oktober menjadi hari pertama Mas Aiman Terapi
Perilaku. Masih sama seperti sebelumnya, saya menyampaikan kalau mulai sekarang
Mas Aiman akan sekolah bukan terapi.
Pastinya dia senang sekali dibilangin bakal sekolah hehe.Saya dan suami
mengantarnya berdua saja, sedangkan baby Aira saya titipkan bulek suami. Mas
Aiman bersemangat, dia membawa tas biru kesayangannya.
Oh iya, sebelumnya apa itu Terapi Perilaku? Jenis terapi yang ditujukan
untuk mengontrol perilaku anak baik yang diinginkan maupun tidak diinginkan
dengan system reward dan punishment. Tujuan dari terapi ini mengajarkan anak
mampu membedakan atau mendeskripsikan stimulus yang berbeda. Membuat kegiatan terapi
menjadi aktifitas yang menyenangkan bagi anak.
Saat awal saya dan suami diajak masuk ke ruangan terapi untuk menjelaskan
beberapa hal terkait materi terapi. Oh ya, nama terapisnya Ibu Grace, Aiman pun
langsung akrab dan nyaman dengannya. Setelah itu saya dan suami diminta
menunggu di luar dan bisa melihat aktifitas terapi Mas Aiman dari layar CCTV.
Terapinya berlangsung selama 20 menit, sementara yang 10 menit penjelasan dari
terapisnya pada orang tua.
Dari hasil observasi terapisnya di sesi pertama dan kedua sebagai berikut
:
-
Mas Aim dapat kooperatif dalam permainan
Mas Aiman
diminta duduk di sebuah kursi dan mejanya berbentuk segitiga sehingga bisa
duduk dengan tenang dan tak banyak bergerak. Diberi permainan berupa puzzle dan
mainan edukatif menjahit (memasukkan tali dari satu lubang ke lainya seperti
orang menjahit)
-
Aturan : baik, saat diarahkan melakukan
penawaran
Sewaktu mainan
satu belum selesai dan Mas Aiman mulai bosan, diminta mainan lain yang lebih
dia sukai.
-
Perhatian dan konsentrasinya mudah beralih
Saat terapi saat
memberi mainan, satu belum selesai sudah meminta mainan yang lain.
-
Kontak mata dengan terapisnya baik
Saat terapisnya
mengajak bicara atau memberi arahan, Mas Aiman menatap ke benda yang
diperlihatkan dengan baik. Kontak matanya lumayan lama memandang.
-
Respon panggilan saat terapisnya menyapa : Apa
Memang demikian,
kalau saya memanggilnya sewaktu di rumah Mas Aiman lebih banyak menjawabnya
dengan singat. “ Apa...”
-
Kontrol emosinya, patuh atau masih mau diarahkan
-
Kontak matanya jauh lebih lama ketimbang yang
pertama.
-
Perhatian dan konsentrasi lebih lama, namun
masih terburu-buru, fokus cukup baik dan mampu mengikuti permainan. Mulai dari
awal hingga akhir namun masih naik-naik kursi.
-
Konsep mau diarahkan. Misal, “Bu Grace, Aim mau
main...”
Sedangkan di sesi terapi yang kedua Mas Aiman hanya bersama saya dan baby Aira
sedangkan suami kerja dan tidak bisa mengantar. Sesi berikutnya adalah Terapi Okupasi yang
dilaksanakan hari Sabtu.
Apa Itu Terapi Okupasi?
Saya sendiri masih belum tahu Terapi Okupasi itu yang bagaimana. Kalau
dari yang saya baca Terapi Okupasi adalah bagian dari rehabilitasi yang
menitikberatkan pada aktifitas yang bertujuan, terstruktur dan terintegritas.
Tujuan daripada Terapi Okupasi ada 3 hal diantaranya :
1.
Memory
Training : melatih konsentrasi, atensi, daya ingat.
2.
Activity
Daily Living : meningkatkan kemampuan bantu diri dan kemandirian, melatih
sub skill yaitu kemampuan yag diperlukan untuk melakukan aktifitas tersebut.
3.
Pre
Writing Skill : kemampua yang menunjang kemampuan/keterampilan menulis,
mengikuti pola perkembangan motorik, melatih koordinasi gerak halus, praksis
menggunakan aktifitas bermain yang menunjang peningkatan kemampuan menulis.
Dari observasi
terapi ini yang disampaikan oleh terapisnya tentang Mas Aiman. Oh ya, nama
terapis okupasi Mas Aiman adalah Ibu Rika. Menurut beliau motorik kasar Mas
Aiman bagus.
-
Meliputi dia naik tangga bar, merangkak di
terowongan dan loncat di trompolin.
-
Sementara itu perhatian dan konsentrasinya mudah
beralih untuk aktifitas yang tidak diminati contohnya menjahit.
-
Untuk aktifitas yang disukai pasang puzzle mampu
bertahan kurleb 20 menit.
-
Problem solving dengan puzzle lagi, saat
mengalami kesulitan Aim bertanya.
-
Kemampuan mengikuti instruksinya cukup.
-
Kekuatan jari dengan pasang jepit perlu
diarahkan.
-
Mencocokan sesuatu baik.
-
Mewarnai masih perlu diarahkan karena memang
jarinya masih kaku.
-
Pre writing dot to dot garis lurus dan mendatar
perlu diarahkan.
Dari situ saya pun belajar menerapkan materi yang
diberikan di tempat terapinya. Saya dan suami berburu mainan dan kartu edukatif
yang sama, meskipun gak semuanya sama persis. Intinya bisa jadi alat belajar
Mas Aiman. Sayangnya saya belum bisa melanjutkan terapi Mas Aiman saat paketnya
habis.
Sejujurnya sih, ingin tetap lanjut hanya saja suami
ingin alternative lain yaitu memasukkan Mas Aim sekolah yang tidak melulu
belajar melainkan ada waktu bermainnya. Mas Aiman sendiri juga sudah sering
minta sekolah. Nantinya sambil sekolah ingin saya lanjutkan terapinya. Secara
hasil dari terapi itu lumayan membantu dan ada perubahan pada tingkah lakunya
meskipun tidak signifikan. Itulah sharing saya tentang Terapi Perilaku dan Terapi
Okupasi yang telah dijalani oleh Aiman di House of Fatima, Malang. Semoga
tulisan ini bermanfaat bagi para orang tua yang anaknya mengalami hal serupa,
aamiin. Jika ada yang mau sharing juga silakan menulis di komentar,
terimakasih.
Bagus ya kak di kota besar kecil ada tempat psikologi anak seperti House of Fatima Child Center. Andai saja ada di kota kecil seperti di kota saya. Semoga Mas Aiman lekas menunjukkan interaksi yang menarik dan nggak bandel dengan orangtua. Hehe
ReplyDeletewah bagus ya, sbg ortu oeka banget dg anak dan minat konsultasi , salut deh
ReplyDeletePersis sama anakku yg cewek, ga bisa diam biar cuma 5 detik, pasti langsung kabur. Alhamdulillah sejak sekolah, dia udah bisa mulai fokus ke pelajaran.
ReplyDeleteIkut seneng ada tempat terapi yg oke di malang :)
ReplyDeleteakujuga pingin bawa Najin ke psikolog. karena sifatnya terlalu kekanak kanak an, padahal sudah kelas 4 sd. katanya terlalu dimanja, tapi entahlah. dengan baca ini, jadi positif ke psikolog. trims
ReplyDeleteAku baru tau istilah aDD ini. hohoho...
ReplyDeleteSemoga perkembangan mas Aim waktu sekolah nanti bisa lebih baik yaaaa
Semangatt Mas Aiman....
"mesti ada sesuatu yang salah, entah pola asuh kami atau perkembangannya." Lalu mencari jawabannya ke ahli. Pemikiran dan langkah yang bagus, Mba.
ReplyDeleteSemoga Mas Aim cakep sehat terus ya..
Keren disana ada pusat terapi seperti itu, jadi orang tua bisa mencari solusi terkait tumbuh kembang anak. Kalo disini sepanjang yang aku tau belum pernah dengar sih, jadi kalo ada curiga ama tumbuh kembang anak konsulnya ke dokter anak
ReplyDeletebeberapa siswa kami kls 1 dan 2 juga ikut terapi di sini mas
ReplyDeletealhamdulillah ada hasilnya
terutama dari yang sulit fokus untuk belajar menjadi lebih fokus dan lebih mudah diarahkan
wahh berarti ini bisa juga untuk anak autis ya..
ReplyDeleteKira2 berapa biaya mbak?
ReplyDeleteKonsul psikolog 150k pendaftaran 50k
ReplyDeleteper 1x pertemuan terapi 60 menit 70k
Ada paket pertemuan terapi 4x 260rb dll info lengkap bisa searching ig house of fatima ada no telp juga
Untuk biaya terapi berapa bunda???
ReplyDeleteUntuk biaya terapi berapa bunda???
ReplyDeleteUntuk biaya terapi berapa bunda???
ReplyDeleteWaktu ke terapi, mas aiman usia berapa mba?
ReplyDeleteKlo nencari solusi anak yg suka mencuri gmn bisa ga
ReplyDeleteBunda minta no wa nya donk tk cri og gk ada no wa nya fatimah house?makasih
ReplyDeleteSilakan DM saja ke IG: @keluarga.biru
DeleteUntuk biaya konsultasi&terapi untuk skrang berapa yaa?
ReplyDelete