Papa Ihwan: “Mas,
udahan dulu liat youtube-nya. Nanti matanya sakit lho.”
Mas Aiman: “Moso?”
Dan tuh anak tetep
asyik liat youtube, kecuali kami bujuk rayu diajak main atau baca buku baru deh
mau berhenti. Kalau tetep nggak mempan, HP diambil secara paksa.
***
Mas Aiman: “Ya Alloh,
siapa yang berantakin bentengku?”
Mama Ivon: “Tadi Mama
beresin, lha Mas Aiman bikin benteng di jalan.”
Biasanya sih Mas Aiman
langsung mere-mere.
***
Mama Ivon: “Lho Pa,
tadi botol minumnya udah dimasukkin tas?”
Papa Ihwan: “Oh iya,
lupa Ma. Kirain Mama tadi udah masukkin.”
Mas Aiman: “Yok opo seh,
Pa. Kok lupa bawa minum, kalau aku ntar kalau haus gimana?”
Papa Ihwan: “Ya udah,
ntar beli di jalan.”
Mas Aiman: “Ya wes
nggak apa-apa.”
Sejak Mas
Aiman masuk TK, dia jadi punya kebiasaan mengucapkan tiga kata di atas jika
sedang dihadapkan pada situasi yang membuatnya kesal atau marah: Moso, Ya Alloh dan Yok Opo Seh?
Dalam bahasa
Indonesia, Moso artinya masa, sedangkan Yok Opo Seh artinya Bagaimana Sih.
Padahal dulu
kami sempat merasa berdosa dan kurang pribumi (eaaaa) karena tidak pernah
mengajak Mas Aiman ngomong dalam bahasa Jawa. Akibatnya tuh anak nggak bisa
ngomong Jowo, sekalinya ngomong Jowo terdengar aneh dan lucu. Nah belakangan ini
dia sering ngucapin tiga kosakata bahasa Jawa tersebut.
Mungkin ini
berkaitan dengan kemampuan menirukan/duplikasi Mas Aiman yang mengalami
perkembangan sejak masuk TK. Seingat saya, kami berdua memang acapkali menggunakan
kata Ya Alloh dan Yok Opo Seh saat berbicara kepada Mas Aiman. Tapi sayang, penggunaannya
lebih banyak ketika kami sudah lelah melihat tingkah laku Mas Aiman yang ‘negatif’.
Misalnya
ketika Mas Aiman tetep aja loncat-loncat di kasur atau sofa padahal kami sudah
berulang kali melarangnya.
“Ya Alloh,
arek iki kok nggak bisa dibilangin sih. Mama kan sudah bilang jangan lompat-lompat
di kasur/sofa Mas. Nanti cepat rusak.”
“Yok opo seh
Mas, kok mainannya dikeluarin semua. Trus kok bikin benteng di jalan. Rumahnya
jadi berantakan inii, Papa mau lewat jadi susah.”
Kalau kata Moso
itu menirukan Mama Ivon kalau sedang ngobrol atau diskusi sama saya.
Memang bener
kata pepatah jika buah jatuh tak jauh dari pohonnya. So sebagai orang tua kita
harus berhati-hati dalam berbicara, bersikap dan bertindak karena pasti akan
ditirukan oleh anak-anak. Namun seringkali fakta di lapangan tak semudah
teori-teori parenting yang banyak kita denger atau baca. Penginnya sih tetep
bisa cool and calm saat anak-anak berulang
kali melakukan hal yang membuat kita marah tapi susaaah.
Kalau saya
kadang melampiaskan kegemasan atau kemarahan dengan menggigit lengan bagian
dalam hingga meninggalkan bekas gigitan gitu. Cara ini lumayan efektif bagi
saya. Yang lucu, pernah Mas Aiman mergokin saya habis gigit lengan, langsung
deh dia nanya:
“Pa, kenapa
gigit tangannya sendiri?”
“Iya, Papa
lagi marah sama Mas Aiman. Daripada Papa nyubit kamu, mending Papa gigit lengan
saja.”
Nah,
belakangan saya jadi kepikiran pengin beli Squishy. Saya pernah liat video-nya
Ria Ricis dan Keluarga A6 yang pamerin koleksi Squishy yang buanyaaak. Awalnya saya
underestimate dengan mainan kids jaman now ini? Apa sih manfaatnya, mana
harganya mihil-mihil lagi. Eh ternyata Squishy ini memiliki beberapa manfaat,
salah satunya sebagai sarana penyaluran emosi negative. Jadi kalau sedang marah
atau kesel, tinggal remes-remes aja tuh Squishy sampe emosinya tersalurkan
semuanya. Apalagi Squishy kan punya aroma yang wangi, mungkin ini sekaligus
memberikan efek relaksasi bagi kita. Mending remes-remes Squishy daripada saya
gigitin lengan mulu, ntar dikira masih sodaraan ama Sumanto :D
Duh ini
bahasannya jadi merembet kemana-mana, maaap. Ya udah wes, saya akhiri saja.
Bagaimana dengan
teman-teman? Bagaiamana cara anak-anak Anda melampiaskan amarahnya? Apakah punya pengalaman tentang anak-anak yang suka menirukan
kebiasaan orang tua saat marah? Kalau mau sharing juga tentang cara pengendalian emosi
saat menghadapi anak juga boleh. Terimakasih.
Hahahaha. Kok ga ditambah "Ada masalah apa ya spiderman nya sampe masuk rumah? " hahaha
ReplyDeleteYok opo seh.. Aku sing rada asing, jatim banget mas...heheh
ReplyDeleteAku yow kurang pribumi, Juna bahasanya Indo sama belajar Inggria, Jowonya lucu tapi Jawa halus mudheng, kasar gg mudheng...hehe
Wkekek sumanto
ReplyDeleteMas Aiman tambah pintar ngomongnya ya, alhamdulillah
Dan ngomongnya dengan ekspresi yang...bikin gemes pula pdhl dia lg sebel. :))
ReplyDeleteAnak saya juga jarang diajari bahasa sunda di rumah, ya tau dari temannya. Sekarang ngomongnya pakai bahasa daerah. semoga makin pintar anak ya mas.
ReplyDeleteKucuma bisa ngakak membaca cerita ini
ReplyDeleteNiru ayahnya itu. :D Hehehehe
ReplyDeleteAku selalu ngakak kalo lihat ponakan yang tinggal di Surabaya, ngomong Yok Opo Seh. Logatnya itu loh lucuuu, hihii
ReplyDelete