Sore itu kereta
api Matarmaja membawa saya dan Mas Aiman ke Cirebon. Karena siang hari nggak
tidur, Mas Aiman terlelap sejak dari rumah hingga ke Stasiun Kota Baru Malang.
Karena dia tidur, saya pun jadi lebih leluasa ngobrol dengan penumpang lainnya.
Ketika sampai di Stasiun Kepanjen, beberapa penumpang mulai memenuhi gerbong
tempat saya duduk. Di antara mereka ada satu keluarga yang terdiri dari seorang
bapak, ibu dan anak gadisnya yang masih remaja.
Karena si anak
gadis pengin tidur, sang bapak mengalah dan duduk di sebelah saya yang
kebetulan kursinya masih kosong. Saya pun lalu mencoba mengawali pembicaraan.
“Mau kemana
Pak?”
“Solo Mas.”
“Lagi liburan
ya Pak?”
“Nggak Mas, ini
mudik. Kalau Mas sendiri mau kemana?”
“Saya mau ke
Cirebon.”
Dari obrolan
itu, saya jadi tahu kalau beliau asli Kepanjen, sedangkan istrinya yang asli
Solo. Mereka mau mudik ke Solo karena ada undangan pernikahan salah satu
kerabat istrinya. Saya pun cerita kalau mertua berasal dari Solo juga, namun
ketika saya sebutkan nama daerahnya, beliau tidak tahu.
Ketika kereta
kami sampai di Stasiun Blitar, kursi kosong yang saya tempati akhirnya
mendapatkan tuannya. Saya pun kembali ke kursi saya. Aiman yang sebelumnya
tidur terlentang sendiri di kursi, saya pangku kedua kakinya sementara kepalanya
sudah saya alasi bantal sewaan.
Karena kondisi kedua
kaki saya yang memangku sehingga space di antara kursi lebih banyak saya ‘kuasai’,
saya jadi sungkan karena bapak yang naik dari Blitar itu memilih duduk bersila.
Untuk mencairkan suasana saya pun memulai obrolan ringan dengan beliau.
“Mau liburan
Pak?”
“Habis mudik
Mas.”
“Oh Bapak asli
Blitar?”
“Bukan, saya
asli Palembang. Istri saya yang asli Blitar.”
Namanya jodoh
memang tidak bisa ditebak. Pemuda dari kota yang terkenal dengan Pempek
berjodoh dengan gadis dari kota kecil yang memiliki kuliner khas Pecel. Si
bapak ini bertemu dengan istrinya di Bandung, setelah mereka menikah sang istri
kembali lagi ke kampung halamannya di Srengat, Blitar. Sementara si bapak tetep
bekerja di Bandung, setiap sebulan sekali beliau mudik ke Blitar untuk melepas
rindu pada istri dan anak-anaknya. Meski si bapak sudah bisa berbahasa Jawa
namun sepanjang perjalanan kami ngobrol dalam bahasa Indonesia. Tak lain karena
si bapak hanya bisa menggunakan bahasa Jawa ngoko atau kasar.
Dalam perjalanan
pulang dari Cirebon, saya kembali bertemu dengan pasangan suami istri lintas
provinsi. Yaitu seorang tentara dari Indramayu yang beristrikan wanita dari
Gunung Kawi, Kabupaten Malang. Mereka baru saja mudik dari kampung halaman
suaminya. Sang istri bercerita karena saking lamanya menetap di Gunung Kawi suaminya
jadi mengalami semacam ‘disorientasi identitas’. Saat pulang kampung ke Indramayu,
suaminya dibilang keluarganya sudah bukan kayak orang Sunda lagi karena logat
dan cara bicaranya jadi kasar. Sedangkan kalau di Malang, suaminya dikira orang
Madura karena nggak bisa berbahasa Jawa. Malang nian nasib di bapak tentara itu
:D
Mengobrol
dengan sesama penumpang di kereta itu emang asyik, kita bisa mendapatkan
berbagai macam cerita. Suasana di sepanjang perjalanan menjadi lebih berwarna dan
tentunya jadi nambah kenalan atau istilah kekiniannya itu networking. Biasanya sih
obrolan di dalam kereta itu nggak jauh-jauh dari cerita liburan dan mudik.
Tapi zaman now,
mayoritas para penumpang kalau sedang naik kereta itu malah sibuk dengan gadget
masing-masing. Nggak memandang itu tua, muda bahkan anak-anak juga lebih banyak
yang asyik dengan gadget. Entah itu lagi asyik ngobrol di WAG, dengerin musik,
up-date social media, main game, liat youtube atau film. Saya sendiri nggak
munafik, melakukan hal itu juga sih. Tapi sebisa mungkin menyelinginya dengan
ngobrol dengan penumpang yang duduk di sebelah atau di depan saya, syukur-syukur
kalau nyambung ngobrolnya. Kalau sedang sama keluarga ya mengawasi anak-anak,
terutama Mas Aiman yang lagi-lagi aktifnya.
Bagaimana dengan
Anda?
Saya saja klo lagi di kereta berangkat kerja ataupun busway, semua sibuk dengan gadget nya masing2 kang
ReplyDeleteSeru ya ngobrol dikereta :D
ReplyDeleteIya betul, sekarang udah pada pegang gadget jadi gak sosialisasi lagi dengan penumpang lain.. Aku terakhir ngobrol sama penumpang pesawat di sebelahku.. Eh, ketemu lagi pas di rumah makan di kota tujuan.. haha :)
ReplyDeletedimanapun kiat berada selalu punya cerita sendiri ya
ReplyDeleteKalau naik transpot umum, saya jg suka cuap2 dg yg duduk di depan atau sebelah saya. Apalagi di kereta yg perjalanannya lumayan. Tujuannya biar gak bosen dan gak main hp, takut ada yg incer hp saya. Di kendaraan umum kan rawan
ReplyDeleteJodoh lintas provinsi donk ya...memang ngobrol sesama penumpang tuh seru mas.biasanya dl aku sering lakuin selama perjalanan dr kota menuju kampus..
ReplyDeleteJadi kangen naik kereta api.. Jaman SMA dan kuliah dulu kereta api selalu jadi transportasi favorit. Banyak cerita di tiap gerbongnya.
ReplyDeleteSenengnya naik transportasi umum, apalagi saat perjalanan baru ya itu ya, ketemu org2 baru, sharing cerita, tuker pengalaman, kalau beruntung dapat jodoh buat yg blm nikah (kali) hehe
ReplyDeletekalo aku tergantung, sih, kalau teman seperjalanannya keliatan ramah, mungkin akan ngobrol, kalo ngga ya standar, main gadget atau bobo, hehehe...
ReplyDeleteKalau saya sih suka kenalan dan ngobrol dengan penumpang lain. Nah kalau suami saya memilih main smartphone. hehehe. Ada lagi bapak mertua saya yg akrab banget ngobrol dengan penumpang lain, hingga membuat mama mertua cemburu, hihihi
ReplyDeleteSaya inget beberapa penumpang yang pernah duduk di sebelah saya ketika saya sedang naik kereta sendirian:
ReplyDelete1. Seorang perempuan yang jadi private tour guide untuk serombongan turis dari Belanda. Dalam perjalanan Bandung-Surabaya. Dia bawa makanan bekal sendiri, sementara tamu-tamunya ribut pesan nasi goreng di kereta. Dia ngrasani tamunya yang ngomel karena datang ke Indonesia waktu musim hujan.
2. Seorang cowok yang sangat cinta Yesus. Dalam perjalanan Jogja-Bandung. Subuh-subuh saya sholat subuh sambil duduk di kereta, pake mukena. Persis saat saya mulai rokaat kedua, dia menyalakan mp3 dari HPnya, isinya ceramaah Gilbert Lumoindong sambil berteriak "Hallelujaah! Hallelujah!" dengan speaker HP yang dinyalain keras. Pasti orang ini HPnya baru.
3. Seorang cewek, dokter, mungkin seumuran saya. Dalam perjalanan Surabaya-Madiun. Dia sekolah di Surabaya, tapi punya anak balita yabg dia tinggalkan dengan ibunya di Madiun. Dia cerita tentang betapa kangennya dia kepada anaknya setiap hari. Dan ngoceh tentang betapa enaknya semua tempat makan di Madiun. Sebetulnya menurutku tempat-tempat yang dia ceritain itu biasa aja, tapi karena dia kangen anaknya setengah mati, jadinya ya tempat-tempat makan itu enak sekali.
Aku main gadget di perjalanan itu kalo jalannya sama teman2, terutama yg ada kaitannya dengan kegiatan wisata untuk suatu event. Dimana aku menggunakan kesempatan dalam mobil untuk posting2. Kalau sudah keluar mobil, mulai sibuk nyari foto lah, informasi lah, atau apalah yang berhubungan dengan materi postingan. Nah kalo jalan sama keluarga yang biasanya ga ada urusan dengan tugas ngeblog/medsos, baru deh lepas gadget. Aku jarang ngobrol dengan penumpang lain. Antara akuningin istirahat sama takut ganggu orang lain.
ReplyDeleteMemang seharusnya akan lebih menyenangkan kalau setiap penumpang bisa saling cerita ya mas..
ReplyDeletekan sambil membunuh waktu juga..
kadang kalau kelamaan pakai gadget juga bikin pusing kalau di kereta
Asik ya, Mas, ngobrol di kereta gitu. Aku juga sering ngobrol panjang lebar kalau lagi di kereta, terlebih teman yang diajak ngobrolnya asik dan nyambung juga..he
ReplyDeleteBtw, ini sepertinya beberapa foto yang di share di instagram juga ya, Mas. Jadi tahu lengkapnya..he