“BAYIKU
TERJEPIIIT…JANGAN DORONG-DOROONG..!!”
Mama Ivon
memekik tertahan di tengah-tengah kerumunan para calon penumpang yang berebut
naik ke bus tujuan Surabaya-Malang. Dadanya sampai terasa sesak karena dari
belakang terdorong calon penumpang yang takut tidak kebagian kursi, sementara
di depan juga tidak bisa bergerak karena ada orang yang berusaha menerobos dari
balik pintu sehingga antrian tertahan. Saya sendiri memegangi Aim dan posisi
saya juga terdesak calon penumpang lain. Untungnya insiden terjepit itu nggak
berlangsung lama, kami pun bisa mendapatkan kursi di dalam bus.
Jika harus
memilih antara naik bus atau kereta saat travelling atau bepergian maka saya
akan memilih naik kereta. Alasannya adalah dari segi kenyamanan, maklum saya
sejak kecil bahkan hingga sekarang saya sering mabuk jika naik bus. Bahkan
perjalanan jauh naik mobil pun bisa mabuk, biang keroknya adalah badan saya
yang kurang cocok dengan AC. Misalnya saya naik bus atau mobil, saya prefer
yang tidak pakai AC.
Wajah Baru Terminal Modern
Nah minggu
lalu, kami dengan terpaksa naik bus ke Surabaya saat mengikuti workshop
Smartphone Videography di Prime Biz Hotel Surabaya. Awalnya kami akan menyewa
mobil bersama Anisa Ae, sahabat kami yang tinggal di Kepanjen. Pertimbangannya
naik mobil karena kami tidak menginap dan supaya bisa mampir-mampir ke lokasi
lain setelah workshop. Tapi sayangnya 1 minggu menjelang hari H, anak kedua
Anis yaitu Michan sakit panas bahkan pas H-3 belum kunjung sembuh. Akhirnya
Anis pun batal ikutan workshop yang digawangi oleh Mas Teguh Sudarisman
tersebut.
Kami pun
memutuskan untuk berangkat ke Surabaya pada Jumat malam karena workshopnya
diadakan besoknya jam 8.30. Kalau kami berangkat hari Sabtu setelah shubuh
rempong banget karena kami membawa serta Duo Ai. Karena pergantian armada
transportasi yang mendadak ini maka mau nggak mau kami harus naik bus. Nggak
apa-apa deh, kebetulan kami bertiga sudah lamaa banget nggak naik bus,
sedangkan Aira sejak lahir belum pernah naik bus sama sekali.
Sekian lama
tidak naik bus membuat saya cukup terkejut sekaligus kagum dengan penampilan
Terminal Arjosari (Malang) dan Terminal Bungurasih (Surabaya). Di Terminal
Arjsoari, bagian masuknya sudah didesain minimalis modern, begitu juga dengan
loket-loket busnya. Sementara itu di Terminal Bungurasih tersedia ruang
menunggu yang nyaman di lantai dua dan para penumpang tak perlu kuatir
kecapekan karena ada escalator menuju lantai dua.
Rebutan Bus Hingga Terjepit
Dalam
perjalanan Malang-Surabaya, kami tidak mengalami kendala yang berarti. Hanya
saja pas mau berangkat sempat turun dari bus karena mesinnya tidak mau hidup.
Untungnya nggak lama setelah kami turun, mesin bus bisa hidup sehingga kami pun
balik lagi. Pas berangkat itu kami belum sempat makan malam sehingga kami
membawa bekal dari rumah. Enaknya kalau naik bus itu ada penjual makanan yang
menawarkan makanan sebelum dan sesaat setelah bus berangkat. Nah kami bisa beli
lauk tambahan buat makan malam.
Kelebihan
lain jika bepergian naik bus adalah jadwalnya lebih fleksibel, tidak seketat
jika naik kereta apalagi pesawat. Dalam satu jadwal keberangkatan biasanya ada
2-3 bus sehingga kita tak perlu kuatir kehabisan bus. Tapi resikonya jika masa
liburan adalah tidak kebagian kursi sehingga terpaksa berdiri. Kalau nggak
tahan berdiri lama jangan nekat naik bus sambil berdiri, apalagi kalau bawa
anak kecil. Kasihaan banget. Kalau di kereta masih ada space buat duduk di
bawah.
Kelebihan
selanjutnya kalau naik bus adalah privacy lebih terjaga. Hal ini karena posisi
kursi yang menghadap ke depan semua, berbeda dengan kereta ekonomi yang
berhadap-hadapan. Namun harap maklum jika space di antara kursi bus tidak
seluas di kereta, sehingga kalau sudah terlalu lama duduk di bus kaki jadi
terasa pegal karena harus ditekuk dalam waktu yang lama.
Kembali ke
cerita perjalanan kami. Kami baru menghadapi sedikit rintangan ketika hendak
pulang kembali ke Malang. Ketika kami tiba di Terminal Bungurasih, antrian
sudah mengular di bus jurusan Surabaya-Malang. Penyebabnya karena ada kemacetan
di tol sehingga bus datang terlambat, efek dominonya para penumpang tidak
segera terangkut sehingga antrian mengular.
Ketika akhirnya
datang dua bus jurusan Surabaya-Malang kami berempat harus bersaing dengan
puluhan penumpang lainnya. Bus pertama langsung full dan kami hanya bisa
melihat dengan pasrah karena posisi kami berada di antrian paling buncit. Ada
harapan di bus kedua, kami berhasil naik dengan susah payah. Tapiii setelah di
dalam bus ternyata tidak ada kursi kosong, berabe kalau kami harus berdiri. Saya
segera memberitahu sopir agar tidak keburu menjalankan bus sebab kami mau
turun.
Kami pun
menunggu dengan sabar kedatangan bus selanjutnya. Hari sudah menjelang maghrib,
langit di Terminal Bungurasih yang semula terang perlahan berubah menjadi
gelap. Beberapa sopir atau kernet atau apalah saya nggak tahu, mereka menawari kami
para penumpang yang tidak kebagian bus untuk naik mobil travel aja. Mereka menawarkan
harga Rp.50.000 per orang. Yang bener aja Pak, mihiil banget.
Alhamdulillah,
setelah menunggu sekitar setengah jam datang juga bus Surabaya-Malang. Kami berempat
pun ambil ancang-ancang agar bisa dapetin kursi. Kami mengikuti bus yang
berhenti pelan-pelan di halte. Saling dorong-mendorong di antara penumpang pun
tak terelakkan, semuanya sama-sama ingin bisa segera pulang. Nah di tengah persaingan
antrian masuk ke dalam bus itulah insiden Mama Ivon dan Adek Aira terjepit
penumpang yang lain itu terjadi.
“BAYIKU
TERJEPIIIT…JANGAN DORONG-DOROONG..!!”
Mama Ivon
memekik tertahan di tengah-tengah kerumunan para calon penumpang yang berebut
naik ke bus tujuan Surabaya-Malang. Dadanya sampai terasa sesak karena dari
belakang terdorong calon penumpang yang takut tidak kebagian kursi, sementara
di depan juga tidak bisa bergerak karena ada orang yang berusaha menerobos dari
balik pintu sehingga antrian tertahan. Saya sendiri memegangi Aim dan posisi
saya juga terdesak calon penumpang lain. Untungnya insiden terjepit itu nggak
berlangsung lama, kami pun bisa mendapatkan kursi di dalam bus.
Itulah cerita
perjuangan Keluarga Biru saat naik bus Surabaya-Malang di Terminal Purabaya atau Bungurasih. Kalau
ditanya apakah kami kapok naik bus lagi? Kapok sih enggak tapi kami prefer naik
kereta api jika perjalanannya memang bisa ditempuh dengan kereta api. Apapun armada
transportasinya akan selalu ada suka dan dukanya, tinggal bagaimana kita
mengatasi situasi tak terduga yang terjadi di lapangan. Bagaimana dengan Anda,
kalau sedang bepergian lebih suka naik bus atau kereta?
Ya Allah kasian bangettt airaa... ntar jadi bocah petualang nih.
ReplyDeleteKalo aku lebih demen kereta masss
--bukanbocahbiasa(dot)com--
ya apalagi kalau naik kereta di Jakarta yang cukup spartan :D
ReplyDeleteWaaah, saya juga pernah sendirian naik bis bawa dua balita, duuh repot banget
ReplyDeleteBisjadi pengalaman tidak terulupan untuk ank-anak
ReplyDeleteWow sekarang terminal kece2 yaaaa.
ReplyDeleteAku dah lama gak naik bus. Terakhir ke terminal masih kumuh2 gtu, kyknya tahun 2006-an terakhir ke sana :D
AKu trauma naik bis, suka mabok, aira juga mabok kalau bis.Jadi prefer Kereta api saja aman. Eh keluarga biru kapok gak naik bis setelah dusel-duselan gitu?
ReplyDeleteWaah itu terminal nya udah keren banget ya
ReplyDeleteterminalnya keren ya sekarang..terakhir ke situ jama kuliah dulu, 20 tahunan yang lalu..:D
ReplyDeleteSaya juga lebih suka kereta, tepat waktu, nggak macet, nyaman lagi sekarang:)
Sudah bagus yaa terminalnya...saya jarang sekali naik bus saat pulang kampung ke sana...soalnya ya itu, anak dua kadang di rumah aja udah heboh apalagi...hiks
ReplyDeleteSaya pilih naik kereta. Karena ada toiletnya. Supaya kalau mendadak kepingin buang air nggak usah ngempet-ngempet. Sebab takut infeksi saluran kemih.
ReplyDelete