7 Kriteria Pasangan Ideal Zaman Now



7 Kriteria Pasangan Ideal Zaman Now


Para netizen, terutama anak muda zaman now sekarang lagi pada rame ngebahas perceraian antara hafidz dan dai muda Taqy Malik dan Salmafina Khairunnisa, putri pengacara sensasional Sunan Kalijaga. Padahal usia pernikahan mereka baru seumur jagung yaitu menikah tanggal 16 September 2017.


Latar belakang mereka sangat jauh berbeda, Taqy adalah hafidz Qur’an yang mampu menirukan suara 40 syekh imam-imam besar sementara Salma sebelumnya adalah sahabat Awkarin yang hobby clubbing. Setelah Salma mengenal Taqy, dia akhirnya berhijrah dengan rajin ikut pengajian dan mengubah penampilannya. Melalui perkenalan singkat dan ta’aruf akhirnya mereka berdua pun menikah. Pernikahan Taqy dan Salma membuat netizen kaget sekaligus kagum, tak heran jika mereka dijadikan contoh relationship goal oleh anak muda zaman now.

Namun sayangnya, kini pernikahan mereka sudah tak mampu dipertahankan lagi. Kalau dipikir-pikir kurang apa mereka berdua, Taqy ganteng dan ilmu agamanya kuat sementara Salma juga cantik dan hidup bergelimang harta. Di IG-nya, Salma bercerita bahwa awal mula perselisihan mereka terjadi ketika Taqy tidak setuju saat mengetahui Salma memakai celana saat liburan di Swiss.


salmafinasunan : @murnawatit hmm gini ya.. jadi awal saya bertengkar dengan taqy itu karena saya di swiss di gunung es yang saya tidak tau medannya seperti apa yang pasti dingin dan namanya gunung pasti terjal, saya memakai celana:) lalu taqy tegur saya dia bilang tidak sesuai prinsip dia. Lalu saya bilang dengan pengetahuan sederhana saya mengenai islam yang mungkin saja bisa salah. Saya bilang "taqy setau aku islam itu flexible lhoo ketika tidak ada makanan lagi di hutan selain babi daripada mati gapapa lho makan babi" lalu dengan lantangnya dia bilang "kamu ga usah ngajarin saya, saya itu hafidz quran saya lebih paham dari kamu" Kaget lah saya digituin suami sendiri. kok ya sombong banget sama istri... saya kan baru hijrah justru dengan menikah dengan dia saya harap bisa menyempurnakan hijrah saya.


Ini menjadi pembelajaran bagi kita bahwa seharusnya masalah rumah tangga jangan diumbar-umbar ke luar, apalagi sampai ke social media. Memang, memilih pasangan bukan perkara yang mudah, apalagi untuk dijadikan pasangan sehidup semati wa dunia akhirat. Banyak sekali pertimbangan yang harus kita pikirkan sebelum memutuskan untuk maju melamar gadis pujaan hati atau menerima lamaran pria terkasih. 


Nah kali ini saya ingin kasih insight bagi yang ingin menikah yaitu tentang 7 Kriteria Pasangan Ideal Zaman Now. Tulisan ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi sekaligus hasil evaluasi setelah menjalani pernikahan selama 5 tahun.


1.       Memiliki Keyakinan yang Sama


Buat saya pribadi kriteria pertama dan utama dalam memilih pasangan adalah dia harus memiliki keyakinan yang sama dengan saya. Begitu pun juga nanti jika anak-anak saya ingin mencari calon istri atau suami harus memenuhi syarat utama ini.

Kenapa harus memiliki keyakinan yang sama? Karena tujuan pernikahan di dalam agama saya itu tidak hanya untuk dunia saja namun akhirat. Pernikahan antara pasangan yang berbeda agama dianggap tidak sah menurut Islam. Bagaimana kita bisa berharap pernikahan kita Sakinah Mawaddah wa Rahmah jika dihadapan Allah saja pernikahan kita tidak sah?

Ambil contoh kisah Taqy dan Salma di atas, mereka sama-sama Islam namun hanya karena perbedaan prinsip bisa menimbulkan perselisihan. Tapi memang bukan 100 % karena perbedaan prinsip, namun ada hal yang juga ikut memperkeruh yaitu belum dewasa dalam menyikapi perbedaan.

2.       Dewasa dalam Bersikap


Kedewasaan ini juga penting karena menikah itu bukan urusan main-main. Nikah bukan kayak pacaran yang jika sedang ada masalah trus dengan gampangnya minta pisah. Menikah bukan akhir dari perjalanan cinta kalian namun justru itu adalah awal dari perjuangan kalian untuk memperjuangan cinta dan komitmen yang sudah disepakati berdua. Kedewasaan diperlukan agar bisa menyelesaikan masalah dengan memakai akal dan berpikir jauh ke depan, bukan hanya menuruti emosi sesaat.

Ketika ada masalah dalam rumah tangga, sebisa mungkin diselesaikan berdua. Jika tidak bisa maka diperbolehkan meminta tolong kepada pihak luar untuk membantu menyelesaikan yaitu keluarga. Kalau emang butuh teman buat curhat, curhatlah kepada orang yang bisa dipercaya dan bisa memberikan solusi. Jangan malah curhat di medsos.

Suami istri adalah pakaian bagi pasangannya. Dengan demikian, suami istri adalah penutup  "aurat" (baca: aib) bagi pasangannya. (lihat QS.7:26)

3.       Menerima Kita Apa Adanya


Apapun cara yang Anda tempuh untuk menuju pernikahan, entah itu pacaran atau taaruf carilah pasangan yang mau menerima kita apa adanya. Oleh karena itu jadilah diri sendiri dan jujurlah kepada calon pasangan tentang segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri kita.

Jangan takut kalau si Dia akan berpaling setelah mengetahui kekurangan kita, jika memang dia jodoh Anda yang mencintai dengan tulus maka dia akan berbesar hati menerima segala kelebihan dan kekurangan Anda.

Saya pribadi salut dengan keputusan Taqy yang mau memperistri Salma meski masa lalunya berbanding 180 derajat dengannya. “Kita jangan sampai merasa diri kita paling berat dari orang lain, bagaimana pun buruknya perilaku orang lain. Karena suatu saat Allah berkehendak, beri hidayah, nggak ada yang tahu. Ketika orang masa lalunya buruk dan dia berhijrah, itu sebenarnya fitrahnya dia, dia akan menjadi orang yang lebih suci lagi, asalkan dia salat tobat, minta ampun sama Allah. Sebesar apapun dosa manusia tapi ampunan Allah seluas samudra,” pungkas Taqy Malik. (www.islampos.com)

4.       Mau Menerima Keluarga Kita


Pernikahan itu bukan hanya menyatukan dua insan yang sedang dimabuk cinta, tapi juga menyatukan dua keluarga. Apalagi orang Indonesia, ketika dua orang menikah maka kedua keluarganya juga ikut “menikah”. So penting banget bagi kita untuk memilih pasangan yang juga mau menerima keluarga kita.

Nggak mau kan jika nanti setelah menikah, tenyata pasangan kita nggak cocok sama orang tua dan saudara-saudara kita? Namanya perbedaan pendapat dan konflik-konflik kecil pasti akan muncul, namun dengan adanya penerimaan pada keluarga maka Insya Allah hal tersebut bisa diminimalisir atau bahkan dihindari.

5.       Lebih Mengutamakan Keluarga


Sudah banyak cerita tentang suami atau istri yang lebih fokus dengan pekerjaan, pergaulan dan hobby-nya hingga melupakan keluarga, terutama anak-anak. Keluarga memang butuh uang namun ketika sudah berada di rumah atau saat weekend maka berikanlah waktu dan perhatian sepenuhnya untuk keluarga. Bergaul dan menekuni hobby boleh-boleh saja agar kita sebagai orang tua tetap bisa mengaktualisasikan diri, menyalurkan bakat dan kemampuan. Namun kita harus tetap menaruh keluarga sebagai prioritas utama. Boleh-boleh aja jadi Papa dan Mama Millenial namun ingat keluarga jangan sampai dilupakan.

Untuk hal ini saya juga masih harus memperbaiki diri karena kadang masih suka khilaf, paling sering sih mantengin grup wasap mulu wekekeke. #JanganDitiru

 
7 Kriteria Pasangan Ideal Zaman Now
sumber: https://blog.jakpat.net/hasil-infografis-memilih-pasangan-ideal-ala-indonesia/


6.       Sepadan (Sekufu)


Point nomer 6 ini adalah bentuk evaluasi diri dari point nomer 3. Sebelum kita menuntut pasangan agar menerima diri kita apa adanya, maka instrospeksi diri dulu. Kalau sadar diri ini banyak kekurangan maka berusahalah terlebih dahulu untuk memperbaikinya dan memaksimalkan kelebihan yang kita miliki.

Jangan berharap kisah romantis di film Hollywood atau drama Korea terjadi pada diri Anda, misalnya gadis miskin bertemu pangeran kaya raya atau gadis lemot yang periang bertemu pria cool dan pintar. Kalaupun hal itu terjadi maka kemungkinanya itu 1: 10.000, apakah Anda mau bermimpi menunggu kemungkinan itu datang?

Daripada bermimpi di siang bolong, maka pantaskanlah diri kita agar sesuai dengan pasangan yang kita inginkan. Jika ingin dapat suami yang cerdas maka rajinlah dalam menempuh study. Jika ingin dapat istri sholehah maka jadilah pria yang sholeh dengan segala amalan ibadah baik wajib atau sunnah.

Sekufu itu penting agar kita bisa nyambung saat ngobrol, memiliki kesamaan visi dan misi dalam membangun rumah tangga. Kalau kita sekufu maka kita pun akan lebih mudah menyesuaikan diri tidak hanya dengan si dia tapi juga dengan keluarga dan lingkungannya.

Berkaca pada kasus perceraian Taqy dan Salma, salah satu penyebabnya karena mereka berdua tidak sekufu dalam ilmu agama dan kepribadian. Jika saya sebagai orang tua Salma atau di posisi Salma, maka saya akan menunda dulu untuk menikah. Saya akan berusaha menyempurnakan hijrah dulu, memantaskan diri sebelum bersanding dengan seorang hafidz muda. Apalagi usia juga masih muda, kalau hanya ingin menghindarkan diri dari zinah masih banyak hal lain yang bisa dilakukan. Saya bukan anti dengan nikah muda, silakan kalau mau nikah muda namun luruskan niat dan bekali diri dengan sebaik-baiknya.

7.       Bukan Anti Vaksinasi


Ini juga penting lhoo karena bukan hanya menyangkut kesehatan anak-anak kalian tapi juga lingkungan sekitar, bahkan seluruh generasi penerus bangsa. Saya sudah sering mendengar cerita teman-teman yang pro vaksinasi harus mengelus dada saat berdiskusi dengan orang tua yang anti vaksinasi. Mereka tidak hanya egois namun juga nge-judge bahwa orang tua yang memberikan imunisasi pada anaknya berarti tidak percaya kepada Allah SWT yang telah memberikan system kekebalan tubuh alami pada diri manusia.

Emang betul, tubuh manusia memiliki kekebalan alami namun keadaan lingkungan zaman now sangat rentan, kuman dan bakteri sudah bermutasi dan semakin kuat. Itulah sebabnya kita harus membentengi anak-anak kita dengan imunisasi.

Kebayang nggak sih kalau Anda nanti menikah dan punya anak lalu bersitegang dengan pasangan yang ternyata anti vaksinasi. Kasian anak-anak kalian nanti, jadi sebelum menikah maka samakan persepsi dulu tentang pentingnya imunisasi bagi generasi penerus bangsa.



Demikian 7 Kriteria Pasangan Ideal Zaman Now menurut Papa Ihwan. Semoga tulisan saya yang sederhana bermanfaat bagi Anda yang saat ini berniat untuk menikah. Mohon maaf jika ada tulisan saya yang tidak berkenan atau bahkan berseberangan dengan prinsip Anda.


28 comments

  1. Setuju banget sama poin ketujuh! Malesin banget sama yg kekeuh no vaksin n mendewakan herbal.

    Trs masalah sekufu itu jg yes banget, soalnya kl 'beda', masalah makan aja bisa jadi masalah. Kayaknya sepele tp bs memicu keretakan rumah tangga, tsaah..

    ReplyDelete
  2. Ini jadi referensi untuk saya yang masih jomblo
    orang tua saya juga menekankan untuk mencari pasangan yang seiman
    karena jika saya nanti tidak bisa membibing dengan baik dan menjadi contoh yg baik maka kemungkinan besar dia akan kembali pada keyakinan lamanya
    banyak yang terjadi seprti itu mas.

    ReplyDelete
  3. akan selalu ada badai dalam biduk rumah tangga makanya emang perlu kedewasaaab dlm menyikapinya contoh taqy n salma emang sangat disayangkan pd akhrinya cerai dh waktu yg singkat banget☹️

    ReplyDelete
  4. pas... saya lagi dengerin suara Taqy Malik baca surat Al Kahfi nih
    menurut saya, beban Taqy juga sangat berat di usia yg ke 20 hrs sdh punya tanggung jawab berat sebagai suami, kepala keluarga dan murid yg mendapat bea siswa

    tapi kita orang luar cuman bisa bilang emane...emane
    mereka yg ngelakoni itu berat untuk menjalankannya

    semoga mereka bisa segera mendapat solusi yg terbaik
    dan bisa dijadikan contoh pengalaman bagi yg lain

    ReplyDelete
  5. Referensi buat kaum jomblo, no 7 kayaknya akibat booming anti vaksinasi oleh seorang artis dah, hehe

    ReplyDelete
  6. Makanya ak tuh suka bingung deh sama mereka yg pada nikah muda. Dipikir nikah itu gampang ya. Kehidupan stlh nikah itu yang hra benar2 dipersiapkan klo kata aku.

    ReplyDelete
  7. Sepakat ama poin2nya.. pernikahan itu g bisa diremehkan.. yang bisa end sesukanya..

    ReplyDelete
  8. Satu keyakinan itu wajib banget. Kasihan anaknya nanti terombang-ambing kalau gak sama. Pengalaman keluargaku yang menikah beda keyakinan begitu. Kalaupun beda, sebaiknya yang satu sekalian aja pindah keyakinan... #imho
    Yang terakhir penting juga :D

    ReplyDelete
  9. Poin nomor 7 jadi poin penting karena ada teman yang tidak vaksin karena suaminya melarang sementara ibunya adalah kader yang gencar mempromosikan vaksin, dia merasa bingung karena berada di tengah-tengah

    ReplyDelete
  10. Point terakhir tuh penting banget. :'D

    ReplyDelete
  11. wuah no. 7 itu... penting banget hahaha

    ReplyDelete
  12. Waahh saya pendukung Vaksinasi lohh, berarti saya...??

    ReplyDelete
  13. Setuju sama poin -poin diatas apalagi masalah keyakinan ��

    ReplyDelete
  14. Sayang bgt istri udh mau berhijrah tp suami merasa udh paling bener seantero, iya sih mgkn dia lbh paham krn dia hafidz dan dai muda, tp justru itu harusnya ksh bimbingan dan pelan2 pd istri, ibarat bayi baru lahir mana ada yg bs langsung jalan.tp ya sud.. Mrk yg jalanin rmh tangga, mrk yg tau terbaik u mrk, cuma ya emang itu... Emane.. Emane...

    ReplyDelete
  15. Tips yg bermanfaat buat yg sedang giat mencari pendamping hidup

    ReplyDelete
  16. Yang terakhir penting tuh, ga anti vaksin ya. Biar bisa mewujudkan keluarga bahagia.

    ReplyDelete
  17. Poin terakhir penting ya apalagi jaman now :)

    Intinya sih menurut saya punya komunikasi yang baik, menerima kekurangan, dan sama-sama mau menjadi baik agar tercipta keluarga yang baik.

    ReplyDelete
  18. Setuju poin-poinnya, ada banyak kriteria mencari pasangan ideal.

    ReplyDelete
  19. Aku pribadi sangat tercerahkan selesai baca tulisan ini. Makasihhh...

    ReplyDelete
  20. Sebenarnya kriteria ini selalu jadi pakem dari generasi ke generasi hanya aplikasinya saja yang berbeda. Kalau poin pertama harus itu.

    ReplyDelete
  21. imunisasi vaksin saat ini penting agar tidak terjadi wabah

    ReplyDelete
  22. Good idea walaupun no body perfect tetapi jika dari 7 kriteria ada 5 yang terpenuhi itu sudah mantap

    ReplyDelete
  23. Oh ini tulisan suami Mba Ivonie ya, hehe... Senang bacanya karena ditulis dari sudut pandang laki-laki dan seorang ayah. Walau andai Mba Ivonie yang nulis pun saya tetap suka, haha...

    Yesss, rumah-tangga mereka setidaknya jadi gambaran untuk sebagian orang kalau berumah-tangga yang sesungguhnya adalah di keseharian, bukan di instagram. Karena di IG hanya ditampilkan yg mesra2nya doang, haha... Jadi penyeimbang pola pikir sebagian orang memang.

    Semua kriterianya memang benar, terlebih jangan menikah hanya karena ingin menghindari zina, karena zina pun bisa dihindari dengan mengisi waktu untuk belajar dan berkarya, terlebih perdalam ilmu agama.

    ReplyDelete
  24. Ah, bener juga, menikah berarti ga hanya si suami dan istri, tapi juga keluarga suami dan keluarga istrinya hehe :D

    ReplyDelete
  25. Seiman atau seagama memang menjadi kriteria awal, biar nyaman nantinya...

    ReplyDelete
  26. SETUJUUUUU! Selain itu yang penting untuk diingat adalah kalau ada masalah jangan diumbar ke sosmed karena itu sama saja dengan mengumbar aib sendiri. Kecenderungan generasi zaman now apa-apa di-share. Lagi happy di-share, berantem di-share juga, baekan share lagi. Duuuh.

    ReplyDelete
  27. 1 - 6 aku manggut2,...point ke 7 sumpah bikin ngakak. Hahahaha bener banget mas, setuju

    ReplyDelete

Popular Posts