Mengajak anak
Sholat Tarawih di Masjid seolah menjadi ‘perdebatan abadi’ antara yang pro dan kontra
ketika bulan Ramadhan tiba. Yang pro
memiliki alasan bahwa mengajak anak/balita Sholat Tarawih adalah salah satu
ikhtiar orang tua dalam mengenalkan nilai-nilai Islami sekaligus mengajarkan
mereka mencintai tempat ibadah. Setiap orang tua pasti ingin memiliki anak
sholeh/sholehah yang mencintai dan memakmurkan masjid bukan? Sedangkan yang kontra
juga memiliki alasan bahwa tingkah laku anak yang suka ramai dan seenaknya saat
sholat itu mengganggu kekhusyu’an jamaah yang lain.
Sebelum kita
bahas lebih lanjut, mari kita simak salah satu hadits yang menunjukkan
bagaimana junjungan kita Nabi Muhammad SAW menangani tingkah laku anak-anak di
masjid.
Sahabat Nabi
yang bernama Syaddad ra meriwayatkan, bahwa Rasulullah datang – ke masjid- mau shalat Isya atau Dhuhur atau Ashar
sambil membawa -salah satu cucunya- Hasan atau Husein, lalu Nabi maju ke depan
untuk mengimami shalat dan meletakkan cucunya di sampingnya, kemudian Nabi
mengangkat Takbiratul Ihram memulai shalat. Pada saat sujud, Nabi sujudnya
sangat lama dan tidak biasanya, maka saya diam-diam mengangkat kepala saya
untuk melihat apa gerangan yang terjadi, dan benar saja, saya melihat
cucu Nabi sedang menunggangi Nabi yang sedang bersujud, setelah melihat
kejadian itu saya kembali sujud bersama makmum lainnya. Ketika selesai shalat,
orang-orang sibuk bertanya, “Wahai Rasulullah, Baginda sujud sangat lama sekali
tadi, sehingga kami sempat mengira telah terjadi apa-apa atau Baginda sedang
menerima wahyu”. Rasulullah menjawab, “Tidak, tidak, tidak terjadi
apa-apa, cuma tadi cucuku mengendaraiku, dan aku tidak mau memburu-burunya
sampai dia menyelesaikan mainnya dengan sendirinya.” (HR: Nasa’i dan Hakim)
Saya sendiri sudah
merasakan situasi baik itu di sisi yang pro maupun yang kontra. Dulu saat masih
bujangan dan aktif sebagai remaja masjid, saya terkadang merasa terganggu juga
jika ada anak-anak yang ramai saat sholat. Tapi paling kesel jika yang ramai
sendiri itu remaja, secara mereka itu kan sudah tahu mana yang benar dan salah
tapi kenapa masih saja ramai di masjid. Saat jamaah sedang khusyu sholat mereka
malah ngobrol sendiri bahkan guyon di pojokan.
Oke back to topic, anak-anak yang ramai di masjid
itu biasanya ada dua kemungkinan: mereka pergi ke masjid tanpa didampingi orang
tua atau didampingi orang tua tapi si orang tua cuek bebek saat anaknya mulai
bertingkah.
Eh ndilalah
setelah menikah saya dikaruniai anak laki-laki yang Masya Allah aktif banget,
maklum dia adalah tipe anak kinestetik. Mas Aiman itu susaah banget untuk disuruh
diam, ada saja gerakan yang dilakukannya. Hal ini pun terjadi ketika saya mulai
mengajaknya belajar sholat di masjid, awalnya sih bisa duduk diam namun
lama-kelamaan dia bosan dan akhirnya berlarian kesana-kemari saat sholat. Sebagai
orang tua, tentu saja saya jadi malu dan sungkan terhadap jamaah lainnya. Padahal
sebelum mengajak Mas Aiman sholat di masjid kami sudah mengajarinya sholat berjamaah
di rumah dan sounding agar nanti tertib selama di masjid.
Puncaknya saya
mendapatkan teguran dari ketua takmir agar tidak mengajak Mas Aiman ke masjid
dulu jika dia masih belum bisa tertib. Waktu itu tegurannya tidak disampaikan
langsung ke saya melainkan lewat almarhum paman saya. Demi menjaga ketenangan
di masjid, saya pun tidak lagi mengajak Mas Aiman kalau sedang sholat di
masjid.
Tahun lalu
saat bulan Ramadhan, saya mencoba untuk mengajak Mas Aiman Sholat Tarawih di
masjid. Pertimbangan saya, umur Mas Aiman sudah 4 tahun pasti sudah bisa
diomongin dan diarahkan untuk tenang saat sholat. Tapi kenyataan tidak seindah
angan-angan, Mas Aiman lebih banyak bertingkah saat saya sedang sholat. Memang sih
sudah tidak lari-lari seperti saat masih umur 3 tahun namun tetap saja hal itu
mengganggu kekhusyu’an ketika sedang sholat. Akhirnya saya dan istri pun jadi
berpikir ulang untuk mengajak Mas Aiman sholat di masjid. Kami memilih untuk
sholat tarawih di rumah dan jika Mama Ivon sedang berhalangan maka saya sholat tarawih
sendiri ke masjid.
Nah tahun ini
saya kembali lagi mencoba mengajak Mas Aiman sholat Tarawih di masjid. Alhamdulillah
selama 3 kali ikut sholat, dia menunjukkan perubahan yang cukup signifikan. Mas
Aiman tidak lagi berlari-lari melintasi orang yang sedang sholat. Dia mau ikut
sholat juga bahkan setiap habis salam selalu menghitung jumlah rakaatnya. Kalau
sedang capek atau bosan, saya menyuruhnya untuk duduk atau tiduran di samping
saya.
Apakah dia
bersikap tenang dan manis terus sepanjang sholat?
Ya enggak,
kadang dia tergoda untuk main sama anak-anak lain. Malah di malam kedua, Mas
Aiman sempat drama mogok nggak mau sholat karena tidak berdiri berdampingan
dengan teman sekelasnya yang kebetulan malam itu sholat juga di masjid kampung
kami. Trus kemarin malah habis takbir sholat Isya malah ngacir ke belakang. Setelah
selesai sholat saya segera cari dan ajak dia balik lagi ke tempat kami.
Mengajak anak
apalagi balita sholat Tarawih di masjid itu memang memiliki konsekuensi dan
effort yang lebih. Agar tidak mengganggu jamaah lain, maka saya melakukan beberapa
step antisipasi antara lain:
·
Sebelum berangkat ke masjid anak disounding agar
nanti tenang dan tidak ramai sendiri saat sholat
·
Memilih sholat di shoft paling belakang agar jika
anak mulai bosan dan bertingkah tidak mengganggu jamaah lainnya. Kalau terpaksa
harus pulang duluan juga mudah, tidak perlu melangkahi jamaah.
·
Ketika anak mulai bertingkah yang mengganggu jamaah
lain misalnya berisik bahkan berlarian maka segera tegur dan ajak kembali ke
tempat semula. Jika masih membandel maka perlu ditindak tegas agar dia mengerti
bahwa yang dilakukannya itu salah.
·
Ada yang menyarankan/memperbolehkan anak membawa
mainan saat ke masjid agar jika dia bosan dia nggak sampai ramai atau berlarian
di masjid. Saya pernah menerapkannya saat sholat Jumat namun yang ada malah Mas
Aiman memamerkan kepada anak-anak lain dan jadi pusat perhatian. Jadi saya stop
melakukannya karena takut nanti ditiru jamaah lainnya. Lingkungan di kampung
saya masih konservatif dan belum bisa menerima model parenting yang modern
karena dianggap nyeleneh. Bisa-bisa ntar dikomenin: “Mau ngajak anak belajar sholat apa pindah bermain sih?”
Mengajak anak
sholat Tarawih ke masjid sebenarnya memberikan beberapa manfaat bagi anak itu
sendiri antara lain:
·
Menanamkan
nilai-nilai agama agar anak terbiasa dengan ibadah. Anak zaman now itu
godaaanya banyak banget mulai dari gadget hingga pergaulan. Kalau zaman saya
dulu kalau disuruh orang tua untuk ngaji dan sholat itu mau-mau aja karena godaannya
hanya satu yaitu TV. Dulu tayangan film anak di TV masih dikit tapi sekarang
stasiun TV makin banyak dan tiap hari muterin film bahkan yang punya gadget
bisa wifian buat nonton video di youtube atau main game. Trus pergaulan juga
gitu, kalau anak nggak terbiasa diajak ke masjid sejak kecil takutnya malah lebih
seneng diajak teman-temannya nongkrong nggak jelas di pengkolan, main game di
warnet atau ngemall mulu kerjaannya.
·
Anak akan
mudah bersosialisasi. Ketika sholat berjamaah di masjid anak-anak akan
bertemu banyak orang mulai dari anak hingga dewasa. Hal ini akan membiasakan
anak-anak bertemu banyak orang, terutama bagi keluarga yang mungkin jarang
keluar rumah. Dengan bertemu anak yang sebaya atau lebih tua, anak bisa menjalin
komunikasi dan pertemanan di luar masjid.
·
Anak
menjadi suka bersedekah. Ketika ke masjid bekali anak dengan uang untuk
dimasukkan ke kotak amal masjid. Dari situ, anak-anak akan terbangun jiwanya
untuk berbagi dengan sesama.
Demikianlah sharing
Papa Ihwan tentang Mengajak Anak Sholat Tarawih di masjid berdasarkan
pengalaman saya dengan Mas Aiman. Kalau Adik Aira Alhamdulillah menurut cerita
Mama Ivon, dia cukup anteng ketika diajak sholat meskipun usianya baru dua
tahun. Memang sih Aiman dan Aira memiliki sifat yang berbeda, Aira lebih kalem
sifatnya. Yang utama, sebagai orang tua jika mengajak anak ke masjid jangan
bersikap cuek jika anak ramai sampai mengganggu kekhusyu’an jamaah lainnya.
Bagaimana dengan
teman-teman, pasti punya pengalaman unik juga ketika mengajak buah hatinya sholat
tarawih di masjid. Boleh juga lho ikutan sharing tips di kolom komentar. Harapan
saya sih semoga makin banyak masjid-masjid yang ramah anak dimana jika ada
anak-anak yang ramai maka pihak takmir memberitahu orang tuanya bukan langsung
memarahi anak-anak. Boleh menindak dengan tegas asalkan tidak sampai membuat
mereka jera ke masjid lagi. Wassalam.
Ada 365 hari dalam setahun, 5 kali shalat wajib dalam sehari tapi kenapa kok kebanyakan orang tua berniat mengenalkan masjidnya pas bulan puasa? Shalat tarawih kan durasinya lama, anak ya kaget gak pernah ke masjid eh ujug-ujug harus nunggu sekian lama.
ReplyDeleteKalau menurutku ya dibiasakan dulu ke masjid pas hari biasa. Aku penasaran, ada cerita nabi pas ngajak cucunya shalat terawih gak ya? Gimana beliau menyikapinya? Cerita di atas kan waktu shalat dzuhur, hehe.
Kalau kami selama ini sudah mengajak Aiman sholat wajib di masjid juga tapi nggak selalu bisa setiap hari dan nggak semua sholat, biasanya hanya sholat Maghrib dan Isya aja pas aku ada di rumah. Nah kalau pas bulan puasa ini pengin lebih intens karena atmosfirnya juga mendukung.
DeleteWah kalau cerita Nabi ngajak cucunya sholat tarawih aku belum nemu tuh hehehe
Aku pernah ngajak Najla salat tarawih tapi memang yang kondisi masjidnya kondusif. Misal saf wanita di bawah juga jadi nggak ngeri kalau dia turun tangga. Intinya ga ada tangga yang membahayakan. Terus juga ga deket jalan besar
ReplyDeleteOh iya safety ini juga jangan sampai dilupain, makasih tambahannya Mbak.
DeleteAnakku usia 4 Tahun mas. Dan saya ngenalin masjid bertahap. Mulai dari shalat yang jamaahnya ga banyak. Itu pun dari rumah saya dan dia sudah bahas dulu aturan-aturan di masjid.
ReplyDeleteSebelum Ramadhan kita udah biasa dzuhur, ashar, dan isya di Masjid.
Nah, Ramadhan ini dia absen Isya di masjid. Lagipula tarawih di masjidku panjang banget 23 Rakaat. Ga ramah jumlah rakaatnya sama anak
Kalau saya kebetulan siang mpe sore kerja jadi nggak bisa ajak Aiman sholat di masjid.
DeleteDi masjid kampungku juga tarawihnya 23 rakaat, kalau ga kuat boleh kok sholat 8 rakaat saja.
Emir masih 2 tahun, sehari2 emang dibawa ke mushola. Tapi pas sholat tarawih mungkin dia pegel kali jadi nangis. Nangis bukan rewel sih cuma keluar air mata :D Tapi ya tetep kasian hihi. Disuruh duduk atau tiduran gamau. Jadi ya udah mending ga usah dibawa dulu. Nanti aja kalo udah bener2 ngerti :D
ReplyDeleteMungkin karena bosan atau kecapekan ya Mbak :D
DeleteMaxy dulu kalau di masjid sholat ya sholat gak banyak gerak, tapi ngomong terus, nyanyi2 hahaha, akhirnya dikasi tau kalau di masjid tu sholat jgn banyak omong, lama2 sampai skrng dia biasa ke masjid gak pernah aneh2 lagi.
ReplyDeleteKalau Dema ini nih, org sholat ngabur, akhirnya aku blm ajak teraweh lg mpe skrng duh.
Kayake anak-anak kita itu kebalik sifatnya ya Pril, ntar kalo kopdar Aiman nyambungnya ama Dema sedangkan Aira nyambung ama Maxi :D
DeleteKalau anak-anak kecil berlarian saat sholat di tempat saya itu sudah biasa mas, yang bikin jengkel dan khawatir adalah kalau dia teriak-teriak dan nangis. Itu ganggu konsentrasi saat ibadah
ReplyDeleteIya betul Mbak, jangankan orang lain, orang tuanya juga lebih terganggu konsentrasinya sebab sungkan ama jamaah lainnya.
DeleteMalam ini, anak saya yang berumur 3 tahun pergi ikut ayahnya tarawih. Dia tidak sholat, tapi dia tidak diusir takmir karena dia tidak gaduh.
ReplyDeleteJauh semenjak tahun lalu, suami saya mengajarinya ke mesjid di hari-hari biasa. Bukan untuk mengajarinya sholat, tapi untuk memperkenalkannya tentang mesjid. Sebelum pergi, kami mem-brief anak kami "Jangan lari-lari di mesjid."
Suami saya menyiapkan HP untuk dipinjamkan ke anak saya supaya anak saya "sibuk" selama suami saya sholat. Anak saya diajari untuk bawa mainan untuk membuat dia sibuk juga.
Kadang-kadang dia ketemu anak lain dan tentu saja ada adegan pamer-pameran mainan yang mungkin potensial bikin gaduh. Suami saya siap ber-"Sssst..ssst" kalau anak kami gaduh sedikit. Sambil sedikit mengancam bahwa mereka akan pulang lebih awal kalau anak kami gaduh. Anak kami menurut untuk lebih tenang, karena di pikirannya, dia akan rugi kalau dia pulang dari mesjid lebih awal.
Dan, suami saya selalu pilih saf paling dekat pintu keluar. Supaya kalau anak kami berisik, suami saya segera membatalkan solatnya dan langsung membawa anak kami kabur. Kok ya alhamdulillah itu tidak pernah terjadi.
Saya setuju anak-anak sebaiknya diperkenalkan kepasa mesjid sejak balita, jadi mestinya takmir tidak melarang anak masuk mesjid. Tapi orang tua mesti memperkenalkannya perlahan-lahan sesuai kemampuan adaptasi anaknya. Harus ditanamkan kesadaran kepada anak untuk respek pada orang lain, antara lain dengan tidak lari-lari bikin gaduh di mesjid. Kalau semua orang mau paham esensi dari hubungan antar manusia, termasuk etika untuk tidak ganggu orang lain, saya percaya kehadiran anak-anak di mesjid akan mengundang datangnya malaikat untuk mengaminkan semua doa jemaah di situ.
Ini komen saya panjang banget ya, mestinya saya bikin blog post sendiri nih. Tapi berhubung saya lagi sibuk, jadi saya tulisin pendapat saya ini di sini aja, hihihihihi..
Kebetulan Aiman lagi diet HP Mbak jadi kami nggak akan kasih dia HP untuk bikin dia tenang di masjid meskipun hal itu manjur buatnya :D
DeleteMakasih atas sharingnya yang panjang Mbak :D
Ajak anak shalat taraweh di masjid tuh degdegan banget, soalnya yang kecil suka lari-lari, yang agak gede suka becanda sama temennya, tapi berhubung nggak mau ditinggal ke masjid, ya ikut aja deh shalat taraweh dengan semua petuah dan larangan saat di masjid
ReplyDeleteJadi seru dan menantang ya Mbak, semoga ke depannya anak-anak semakin paham bagaimana harus bersikap di masjid, aamiin.
Deletebutuh waktu agar anak tenang d masjid.. pertama ngajak muridmurid di masjid harus ekstra cerewet dan telili buat ngamatin.. sungkan kalau mereka gaduh.. alhamdulillah lama-lama mereka terbiasa...
ReplyDeleteAiman ganteng yaaaa pose begitu
ReplyDelete