Assalamualaikum
sobat KB, apa kabarnya? Lama ya saya, Papa Ihwan tidak menyapa sobat semua di
blog kami ini. Mohon maaf karena selama ini saya (sok) sibuk membangun channel
Aiman dan Aira sehingga waktu, pikiran dan tenaga banyak tersedot ke sana. Nah
kemarin ada komentar masuk di postingan saya tentang Tongue Tie yang menanyakan
dimana Aira menjalani operasi Tongue Tie. Dari situlah saya akhirnya tergerak
untuk menulis postingan ini. Agak berat juga karena operasinya sudah 2 tahun
yang lalu sehingga saya musti menggalih lebih dalam ingatan saya.
Jadi setelah
diperiksa oleh dr. Brigitta dan didiagnosa jika Aira mengalami gangguan tali
lidah pendek atau Tongue Tie maka kami pun dengan mantap memilih tindakan
insisi atau frenotomi untuk Aira. Alhamdulillah RSIA Mardi Waloeja Malang,
tempat dr. Brigitta praktek ini juga
membuka layanan insisi untuk bayi sehingga kami tidak perlu pusing mencari
rumah sakit lain.
Baca Juga: Cerita Baby Aira dan Tongue Tie
Di hari yang
sudah dijadwalkan kami berempat datang ke RSIA Mardi Waloeja Malang. Sebenarnya
kami ingin menitipkan Mas Aiman di rumah neneknya agar tidak mengganggu
jalannya operasi. Namun karena kondisi tidak memungkinkan, akhirnya kami terpaksa
mengajak Mas Aiman juga. Sejak dari rumah kami memutuskan bahwa saya yang
mendampingi Aira menjalani operasi karena Mama Ivon nggak tega liat Aira
dioperasi meski hanya operasi kecil. Dr. Brigitta sudah menjelaskan bahwa
insisi untuk mengatasi Tongue Tie ini hanyalah operasi kecil dan tidak perlu
bius lokal. Prosesnya juga singkat, tidak sampai 15 menit begitu kata beliau.
Operasinya
dilakukan di Ruang UGD dan hanya disekat dengan kelambu saja. Setelah tempat
dan alat disiapkan saya pun menidurkan Aira di atas ranjang dengan posisi
terlentang. Mama Ivon dan Aiman tetap menunggu di dalam Ruang UGD. Oh iya, Aira
sengaja dibedong oleh suster agar dia tidak berontak selama proses operasi.
Dr. Brigitta dibantu
oleh dua orang perawat, perawat 1 bertugas membantu proses insisi sedangkan
perawat 2 bertugas memegangi Aira. Dr. Brigitta kemudian mengambil gunting dan
japit yang sudah disiapkan oleh perawat 1 dan mulai mendekatkannya di atas Aira
yang sudah berbaring telentang. Meskipun masih bayi tapi insting Aira
sepertinya sudah paham bahwa akan terjadi sesuatu pada dirinya, mimik wajahnya
mulai memperlihatkan rasa takut. Apalagi ketika melihat ada gunting dan japit
di atas wajahnya, tangisnya pun langsung pecah.
Posisi saya
yang saat itu berada di belakang dr. Brigitta hanya bisa bilang cup-cup agar
Aira tenang sambil tetap memotret dan merekam proses dimulainya insisi. Tangis
Aira makin menjadi-jadi ketika dr. Brigitta mulai memotong semacam selaput yang
berada di bagian bawah lidah Aira. Tangisan Aira yang kencang itu otomatis
terdengar menggema di Ruang UGD dan membuat Mas Aiman yang berada di balik kelambu
jadi penasaran dan ingin melihat apa yang sedang terjadi pada adiknya.
Tentu saja Mama
Ivon tidak mengijinkan Mas Aiman ikut masuk, tapi ya gitu namanya anak kecil
semakin dilarang malah semakin penasaran. Mungkin karena dilarang masuk oleh
Mama Ivon sehingga Aiman ikutan menangis juga. Aira masih terus menangis, saya
nggak tahu apakah dia menangis karena takut atau kesakitan. Saya sendiri
berusaha stay cool mengabadikan proses insisi Tongue Tie karena saya percaya
dan yakin kalau Aira sudah ditangani dengan baik oleh dr. Brigitta. Saya juga
memahami kesulitan yang dihadapi dr.Brigitta menggunting tali lidah bayi yang
sedang menangis kencang. Ada sekitar tiga kali beliau melakukan proses pengguntingan,
setiap kali selesai menggunting bagian bawah lidah Aira diseka menggunakan
kapas yang sudah diberi cairan Betadine.
Alhamdulillah
proses operasi Tongue Tie itu pun selesai. Dr. Brigitta sempat memperlihatkan
pada saya jari telunjuknya yang dipakai untuk memeriksa lidah Aira yang sudah
menjalani proses operasi, di sana tidak ada darah sama sekali. Itu sebagai
bukti pada saya bahwa operasi Tongue Tie ini memang hanya operasi kecil dan
singkat.
Setelah itu Baby
Aira diberikan kepada Mama Ivon untuk disusui, ini untuk melihat perubahan
proses menyusui setelah dilakukan tindakan operasi. Alhamdulillah, menurut Mama
Ivon emang beda banget, dia tidak lagi merasakan kesakitan ketika menyusui dan
Aira pun tidak mengalami kesulitan.
Menurut SOP
perawatan pasien di RSIA Mardi Waloeja Malang setiap pasien yang baru menjalani
operasi harus rawat inap di kamar untuk pemulihan. Tapi khusus Aira tidak
diwajibkan menginap karena operasinya skala kecil namun tetap kena charge rawat
inap. Jadinya kami waktu itu hanya numpang tidur siang aja di kamar rumah sakit
wekekeke.
Sesudah jam
makan siang, dr.Brigitta visiting ke
kamar untuk pemeriksaan akhir. Beliau mengajarkan kepada kami terapi pada lidah
Aira agar Tongue Tie-nya tidak kambuh lagi. Caranya mudah banget yaitu dengan
menggosok lidah bagian bawah menggunakan telunjuk yang sudah dicelupin ke air
hangat.
Demikianlah cerita
frenotomi atau insisi bayi dengan tali
lidah pendek yang dilakukan Aira di RSIA Mardi Waloeja Malang. Alhamdulillah
operasinya berjalan dengan lancar dan sukses. Secara keseluruhan kami cukup puas dengan
pelayanan dan perawatan di rumah sakit tersebut. Untuk biaya operasi Tongue Tie
Aira sebesar 1 juta mulai dari biaya dokter hingga rawat inap dan sayangnya tidak bisa discover BPJS
wekekeke.
Semoga tulisan saya ini bermanfaat
bagi para orang tua yang anaknya mengalami Tongue Tie seperti Aira. Jika buah
hati Anda mengalami Tongue Tie segara bawa ke dokter anak untuk mendapatkan
penanganan agar dia bisa mendapatkan haknya yaitu ASI dengan baik dan sang ibu
pun bisa menyusui dengan perasaan bahagia tanpa rasa sakit. Karena dalam proses
menyusui bukan hanya sekedar pemberian ASI namun ada bonding yang menguatkan
hubungan ibu dan anak.
Tongue tie itu memang bawaan dari lahir ya?
ReplyDeleteBeneran baru tau, nih.
Iya Mbak bawaan dari lahir.
DeleteKak sy belum pernah periksa k dokter tpi klw mnurut sy anak sy jg terkena lip tie
DeleteKarna saat dbf pasti sangat sulit dan rewel.
Dulu Aira saat oprasi umur brp y kak??
Skrg anak sy umur 3 bulan
Halo Mas Ihwan, anak saya juga tongue tie dan kami lagi mempertimbangkan untuk frenotomy. Saya ingin tanya, apakah sekarang tidak ada efek samping dari frenotomy 2 tahun lalu pada Baby Aira?
ReplyDelete