“Minta do'a nya
ya semua, anak saya tanggal 2 Maret besok akan dikhitan karena phymosis. Jujur
sampai saat ini saya masih sangat khawatir karena umur anak saya masih 6 bulan,tapi
saya takut akan timbul penyakit lain jika anak saya tidak dikhitan. Terimakasih,
ceritanya membuat saya sedikit lega.”
Tulisan di atas
adalah salah satu dari puluhan komentar yang ada pada blog post saya yang
berjudul: Saat
Bayi Harus Sunat Karena Fimosis. Tulisan tersebut saya tulis tahun
2015, awal mula kebangkitan saya setelah setahun lamanya vakum ngeblog. Saya
menulisnya berdasarkan pengalaman anak pertama saya: Mas Aiman yang harus
disunat saat masih berumur 2 tahun karena menderita fimosis. Orang tua yang
bercerita dan konsultasi tentang buah hatinya yang menderita fimosis tidak
hanya lewat komentar di blog bahkan sampai ada yang menghubungi saya lewat WA.
Pernah ada
seorang ibu muda yang mengirimi saya pesan lewat WA, beliau bercerita jika
anaknya yang baru berumur 1 tahun harus disunat karena fimosis. Kami pun
berinteraksi intens mulai dari proses sunat hingga akhirnya sang buah hati
disunat. Saya ikut bahagia dan lega membaca ceritanya.
Saya tidak
menyangka jika tulisan tentang Fimosis itu menjadi tulisan di blog Keluarga
Biru yang paling banyak dibaca orang sampai sekarang. Padahal tulisan tersebut
menurut saya sederhana, bahkan foto yang saya pasang adalah foto saat Mas Aiman
merayakan ulang tahun yang kedua. Sebenarnya saat Mas Aiman disunat dengan bius
total tersebut saya sempat membuat dokumentasi foto tapi sayang filenya ada di
komputer saya yang rusak.
Tidak hanya
tulisan tentang Fimosis saja yang membuat saya menjadi “konsultan dadakan”,
tulisan seputar pernikahan dan travelling juga mengundang pembaca umum untuk
bertanya kepada saya. Momen-momen
seperti itulah yang membuat saya merasa bangga menjadi seorang narablog atau blogger. Kebanggaan yang
saya rasakan tersebut tidak bisa dinilai dengan materi dan berbeda dengan
kebanggaan ketika berhasil menjuarai lomba blog.
Kebanggaan
tersebut lebih kepada rasa bersyukur karena tulisan saya ternyata bisa
memberikan manfaat bagi orang lain. Orang bijak berkata bahwa sebaik-baiknya
manusia adalah yang memberikan manfaat sekitarnya. Tapi saya dulu sempat
pesimis apakah bisa saya memberikan manfaat bagi sekitar sedangkan saya jarang
berinteraksi. Maklum saja, saat remaja dulu saya termasuk pendiam dan
introvert. Saya terbiasa menuliskan segala yang saya rasakan baik itu suka dan
duka, tawa dan tangis lewat tulisan. Beberapa buku harian menjadi teman setia
yang selalu ada di saat saya membutuhkan teman bicara.
Awal Mula Menjadi Narablog
Perkenalan saya
dengan internetlah yang kemudian mengubah hidup saya. Berawal dari keinginan
untuk belajar menulis buku, saya pun menemukan artikel tentang tips menulis
buku milik seorang blogger kawakan Jonriah Ukur atau akrab dipanggil Jonru.
Dari situlah akhirnya saya tergerak untuk membuat blog juga di Multiply
(selanjutnya saya singkat menjadi MP). Dunia saya sebagai seorang pemuda
pendiam dan introvert mulai terbuka ketika saya memberanikan diri untuk menulis
blog. Saya berkenalan dengan banyak orang mulai dari Sabang sampai Merauke. Pertemanan
kami begitu dekat hingga meningkat menjadi sahabat dan menjadi keluarga kedua.
Bahkan saya pun akhirnya menemukan belahan jiwa juga lewat blog.
Sayang
kekeluargaan di MP harus berakhir karena MP berubah haluan menjadi marketplace
dan memaksa para bloggernya untuk hengkang. Ratusan blogger MP pun patah hati
berjamaah bahkan ada yang sampai mutung (ngambek) nggak mau ngeblog lagi,
karena begitu besarnya rasa kehilangan yang dirasakan. Saya sendiri sempat
vakum ngeblog selama kurang lebih setahun.
Tahun 2015
menjadi awal mula kebangkitan saya dari vakum ngeblog. Dengan menggunakan nama
Keluarga Biru saya menulis tema parenting, travelling dan sesekali kuliner. Lingkup
pergaulan saya semakin meluas karena kalau saat ngeblog di MP dulu gaulnya sama
blogger MP mulu. Tak hanya itu saja, mata saya pun terbuka bahwa kita bisa mendapatkan
penghasilan lewat blog.
Tapi tentu saja
untuk bisa dapat penghasilan dari blog bukan sesuatu yang instant, kita harus
berusaha dengan cara mengisi blog kita dengan tulisan yang bermanfaat sekaligus
memiliki nilai jual. Untuk merintis jalan menjadi seorang blogger professional,
saya pun mulai belajar mereview barang yang saya pakai, makanan yang saya makan
dan tempat-tempat wisata yang saya kunjungi. Itu semua menjadi bahan portofolio
saat kita apply job review. Tak ketinggalan juga belajar menulis dengan SEO
agar tulisan kita cepat terindeks oleh Google.
Perlahan tapi
pasti, job review pun mulai menghampiri satu demi satu. Tentu saja saya sangat
bersyukur karena ternyata saya juga bisa menghidupi keluarga dengan blog.
Beberapa kali saya juga berhasil keluar sebagai pemenang di lomba blog yang
saya ikuti mulai dari giveaway kecil-kecilan hingga lomba blog tingkat
nasional. Alhamdulillah berkat ngeblog juga saya beberapa kali pernah diundang
untuk meliput event dan launching produk baik tingkat lokal maupun nasional.
Resolusi Tahun 2019
Setahun
belakangan saya mulai serius menekuni dunia baru yaitu Youtube. Menurut para
ahli, lima tahun ke depan internet akan semakin diramaikan oleh content
berbentuk video. Nah jika kita tidak mau tersingkir maka kita harus memulai
dari sekarang belajar membuat content video. Channel Keluarga Biru yang semula
hanya sekedar saya isi dengan video-video yang tanpa melalui proses editing,
perlahan saya benahi. Adalah Mas Teguh Sudarisman, mentor saya dalam belajar
mengedit video menggunakan smartphone. Beliau sendiri adalah seorang travel
blogger yang sudah melebarkan sayap menjadi travel vlogger.
Perjuangan di
Youtube boleh dibilang lebih berat daripada di blog. Setiap hari ratusan bahkan
ribuan video diupload ke Youtube, maka kita harus membuat video berkualitas
sekaligus menarik untuk ditonton. Jika kita ingin professional di Youtube maka
kita harus disiplin upload pada hari dan jam yang sama, bahkan ada senior yang
menyarankan untuk daily upload. Tujuannya agar channel kita cepat terindeks
oleh alogaritma Youtube. Hal inilah yang akhirnya membuat jadi jarang menulis,
bahkan bila dikalkulasi jumlah tulisan saya pada tahun 2018 jauuh di bawah
jumlah video yang sudah saya upload di channel Keluarga Biru.
Alhamdulillah
pengorbanan saya tidak sia-sia, di penghujung tahun 2018 saya terpilih menjadi Juara
3 di Vlog Competition Kemenkes (tema Stunting dan Imunisasi) dan Juara 3 di
Vlog Competition Kemkominfo (tema ASN Anti Hoaks). Lalu dua channel saya yaitu
Keluarga Biru dan Duo Ai berhasil lolos monetize.
Namun begitu,
tak dipungkiri ada keresahan juga di dalam diri saya karena sudah menelantarkan
blog Keluarga Biru. Apalagi ada pembaca yang menanyakan kelanjutan tulisan saya
tentang sakit Tongue
Tie yang pernah diderita oleh anak kedua saya, Aira. Di situ saya merasa
terpanggil untuk segera menulis kelanjutan dari cerita pengobatan Aira.
Nah di tahun
2019 ini saya memiliki resolusi untuk lebih rajin lagi menulis di blog. Di blog
archive saya tertera pada tahun 2015 jumlah blog post yang berhasil saya
posting adalah 201 buah. Sayangnya jumlah itu semakin tahun malah semakin
menurun: 2016 – 125 buah, 2017 – 72 buah dan semakin anjlok di tahun 2018 yaitu
hanya 46 tulisan saja hiks. Itu artinya sepanjang tahun 2018 saya hanya bisa
menulis 3 blog post saja setiap bulannya. Jauuh banget dengan tahun 2015 dimana
dalam sebulan saya bisa menulis rata-rata 16 blog post. Itulah sebabnya tahun
ini target saya dalam sebulan minimal menulis 8 atau 10 blog post.
Selain dari
segi kuantitas, kualitas pun juga harus ditingkatkan. Saya ingin menulis lebih
banyak lagi blog post yang bermanfaat bagi pembaca, tentunya sesuai dengan
niche blog Keluarga Biru yaitu seputar travelling dan parenting. Tulisan yang
bagus akan lebih hidup jika ditunjang dengan foto, infografis bahkan video
pendukung. Jadi sebagai seorang narablog di era digital kita harus meningkatkan
kompetensi diri dengan skill pendukung yaitu fotografi, design grafis dan
editing video. Jika hanya sekedar menulis maka semua narablog juga bisa namun
menjadi narablog yang punya nilai lebih, itu baru istimewa.
Trus yang terakhir saya ingin di tahun 2019 bisa lebih sering berbagi ilmu tentang dunia blog dan vlog untuk para pemula. Bukankah ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu yang diamalkan dan dibagi untuk sesama? Semoga semua resolusi di atas bisa terwujud, aamiin.
Memberi pelatihan vlog untuk mahasiswa
Trus yang terakhir saya ingin di tahun 2019 bisa lebih sering berbagi ilmu tentang dunia blog dan vlog untuk para pemula. Bukankah ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu yang diamalkan dan dibagi untuk sesama? Semoga semua resolusi di atas bisa terwujud, aamiin.
ketika tulisan kita bermanfaat bagi orang lain, memang ada kebanggaan sendiri ya, Mas? Akupun merasakannya kok, sering dijapri dari orang yang habis baca blogku. Bahkan, orang di dunia nyata juga ada yang minta diajarin ngeblog. Beneran, membanggakan.
ReplyDeletemantab bang smg konten2nya tetap menginspirasi yah bang, suksesss terus pokoknya :)
ReplyDeleteKemarin saya tayangkan kenangan mengenai novel MENCARI CINTA karya Adam Aksara di Facebook. Ada teman yang menanggapi dan bilang soal blog ini. Saya tinggalkan jejak persahabatan. Ternyata sekarang Mas Ikhwan jadi narablog, syukurlah. Saya juga berupaya kembali aktif dengan blog dan ikut #KompetisiBlogNodi.
ReplyDeleteSaya suka tulisan di atas, rapi dan apik. Yah, perjalanan menjadi narablog memang tidak mudah, namun blog bagi saya tetap menjanjikan karena saya tak bisa bikin video serta kurang tertarik juga, sih. Maklum internet di rumah kadang lelet. :)
Salam, semoga sukses sebagai narablog sekaligus videoblog.