“Enam rumah sakit besar di Surabaya
tidak memberikan harapan hidup untuk Zaffran, dia dideteksi gawat janin,
meninggal di dalam kandungan. Zaffran lahir saat usia kandungan saya baru 7
bulan dengan BB 2 kg,” Bu Iis mengawali ceritanya tentang Zaffran, putranya
yang menderita PJB.
Perjalanan Bu Iis mencari
pengobatan untuk Zaffran mempertemukannya dengan Dr. Dyahris. Dokter anak yang
mengambil spesialis Kardiologi Anak itu mengatakan bahwa umur pasien bukan di
tangan dokter, ucapan beliau menjadi titik balik bagi Bu Iis untuk memperjuangan
kehidupan Zaffran. Zaffran kini sudah berusia 4 tahun dan masih terus berjuang
bersama ibu tercintanya.
Lain lagi cerita Ibu Mirna, ibu
dari Akayla (2 tahun). Key, begitu dia akrab disapa, menderita sakit batuk
ketika masih berusia 2 bulan. Sakit batuk itu cukup parah hingga BB-nya turun
tinggal 2 kg saja. Ibu Mirna berusaha menguatkan diri ketika mendengar vonis
Dokter Dyahris: Key menderita kebocoran jantung dan gizi buruk bahkan hingga
mengalami gagal tumbuh. Satu-satunya jalan untuk memperbaiki kondisi Key adalah
dengan operasi. Namun rasa takut dan ragu masih menyelimuti hati Ibu Mirna.
Setelah melakukan perbaikan gizi Key dan menyakinkan hati selama 3 bulan, Key
pun dioperasi. Alhamdulillah, Key yang sebelumnya tidak kunjung bisa duduk
akhirnya bisa duduk setelah operasi.
Cerita dua ibu hebat di atas
membuat hati saya tersentuh. Sebagai sesama orang tua, saya sangat bersimpati
dan salut pada ketegaran, kesabaran dan keikhlasan mereka berdua menerima
kondisi buah hati yang mengidap PJB.
Sebagai orang awam, selama ini saya
hanya sekedar mendengar dan tahu saja tentang Penyakit Jantung Bawaan (PJB).
Saya tidak tahu definisi yang sesungguhnya tentang PJB, apa saja penyebabnya,
lalu dampak bagi anak PJB dan bagaimana penanganannya.
Alhamdulillah lewat acara Bicara Gizi yang diadakan oleh Danone
Indonesia dengan tema: Pencegahan
Malnutrisi pada Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan’ ini saya menjadi
tercerahkan dan mendapatkan banyak pengetahuan tentang PJB.
Saya baru tahu kalau ternyata kejadian PJB diperkirakan sekitar 8 – 10
diantara 1000 kelahiran setiap tahunnya. Jumlah ini termasuk tinggi lho, di
Indonesia angka kejadian PJB diperkirakan mencapai 43.200 kasus dari 4,8 juta kelahiran
hidup. Untuk mencegah peningkatan morbiditas dan mortalitas yang berkaitan
dengan malnutrisi pada anak dengan PJB, maka diperlukan deteksi dini dan
pemberian nutrisi yang agresif.
Adapun yang menjadi pembicara dalam acara Bicara Gizi ini antara lain:
• Dr. Dyahris Koentartiwi, SpA(K) –
Konsultan Kardiologi Anak
Dua dokter anak ini sudah lama
berkolaborasi dalam menangani anak-anak penderita PJB. Hal ini karena kondisi medis khusus seperti Penyakit
Jantung Bawaan (PJB) pada anak dapat mempersulit pemenuhan nutrisi yang
diperlukan, sehingga apabila tidak ditangani dengan tepat, dapat berujung pada
kekurangan nutrisi yang bisa memperparah kesehatannya. Jadi antara PJB
dan Kekurangan Gizi ibarat dua mata uang yang tidak terpisahkan.
Penyakit Jantung Bawaan atau Congenital Heart Disease adalah kelainan pada struktur jantung yang dialami sejak lahir, terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin. Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan pada aliran darah dari dan ke jantung, baik yang tergolong ringan ataupun kompleks, sehingga berpotensi membahayakan nyawa.
Adapun ciri-ciri Penyakit Jantung Bawaan antara lain: nafas pendek atau
nafas cepat, susah makan, keringat berlebihan saat makan, sianosis (kulit,
bibir dan kuku berwarna kebiruan) dapat menjadi tanda adanya penyakit jantung bawaan.
Berdasarkan
letak dan tingkat keparahannya, lebih dari 34 jenis PJB telah teridentifikasi dan
kebanyakan menghambat aliran darah pada jantung dan pembuluh darah sekitarnya atau
dapat menyebabkan aliran darah yang abnormal dari atau ke jantung.
Dalam sesi tanya jawab, ada dua penanya, salah satunya Mbak Sri
Rahayu, seorang teman blogger yang putra ketiganya juga menderita PJB. Mbak Sri
Rahayu menanyakan tentang kondisi putranya yaitu Faiz yang sudah berusia 1
tahun lebih namun hanya mau minum ASI saja. Hal ini disebabkan karena Faiz
kesulitan mengkonsumsi MPASI.
Dr. Aniek menjawab bahwa hal itu tidak boleh dibiarkan terus-menerus
karena di usia 1 tahun, Faiz sudah seharusnya mendapatkan nutrisi yang lebih
banyak yaitu MPASI. Apalagi dengan kondisi kesehatan Faiz yang menderita PJB
maka pemenuhan nutrisinya harus lebih agresif.
Tak lupa Dr. Aniek memberikan tips kepada ibu-ibu yang buah hatinya
menderita PJB itu tentang bagaimana cara agar anak mau makan dengan lahap yaitu
buat suasana makan yang nyaman dan menyenangkan, jangan sampai memaksa anak untuk
makan. Trus juga berikan jeda saat memberikan makan, jangan ditarget untuk habis
semuanya. Jika dalam waktu 30 menit makanan tidak habis, maka biarkan saja.
Oh iya, dalam acara acara ini juga diadakan kompetisi di social media
yaitu di IG dan Twitter. Untuk mengikuti kompetisi ini para hadirin diharuskan
membuat post materi atau keseruan acara berupa foto atau video untuk diposting
di instastories maupun feed instagram, sedangkan di Twitter para hadirin bisa mengunggah keseruan beserta materi yang
menarik dan bermanfaat yang ada di acara Bicara Gizi dalam bentuk kutipan, foto atau video. Dan
harus mention kea kun sosmed Nutrisi Bangsa yaitu untuk akun IG @nutrisibangsa dan
akun Twitter @nutrisi_bangsa beserta #BicaraGizi #BicaraGiziHearttoHeart.
Alhamdulillah postingan instagram feed saya terpilih menjadi salah
satu pemenang, agak nggak menyangka sih karena saya lihat postingan para
hadirin yang lain bagus-bagus, apalagi yang ibu-ibu.
Demikianlah cerita singkat saya mengikuti talkshow Bicara Gizi
yang diadakan oleh Danone Indonesia dengan tema: Pencegahan Malnutrisi pada Anak dengan Penyakit Jantung
Bawaan’. Semoga bermanfaat yaa, aamiin.
No comments