“Pa, saldo
ATM tinggal berapa?” tanya Mama Ivon di pertengahan bulan.
“Tinggal 100
ribu.”
“Hah, kok
cepat banget. Bukannya terakhir masih 300 ribu? Emang buat apa saja?”
“Hmm yang
pasti buat beli bensin, makan siang trus sisanya aku lupa.”
“Udah tahu
pelupa, harusnya dicatat dong.”
“Kamu nggak
percaya sama aku?” *mulai drama
“Bukannya
gitu Pa. Selama ini kalau Papa tanya uang belanja yang aku pegang buat apa aja,
aku bisa kasih rinciannya. Jadi jelas uangnya lari kemana.”
“Yang pasti
sisanya itu buat keperluan keluarga juga, beliin anak-anak jajan, beli tiket
main, bayar parkir. Nggak cukup Ma kalau buat main cewek :P.”
“Emang masih ada
cewek yang mau sama Papa wekekeke?”
Passion Jadi Business? Why Not
Itulah obrolan
kami beberapa waktu yang lalu. Sebuah obrolan khas suami istri di pertengahan
bulan. Siapa di sini yang mengalami hal serupa? Berasa makjleb nggak?
OH ENGGAK? Wah
pasti kalian ini pasangan tajir melintir semacam Raffi Ahmad dan Nagita Slavina
yang saldo ATM-nya ratusan juta meski di akhir bulan. Yang kalau belanja nggak
pernah liat price tag-nya terlebih dahulu.
Berhubung saya
masih termasuk sobat misqueen, saya berasa ketampol ketika mendengar sharing
dari salah satu pembicara di FUNancial Talkshow: CEO in The Making yaitu Dipa
Andika, seorang financial planner sekaligus Co Founder of Hahaha Corp. Tema
besar talkshow ini dibreakdown menjadi: Financial
Tips to Transform Your Passion Into a Business.
Talkshow yang
mayoritas dihadiri oleh generasi zaman now ini diadakan di Boncafe yang
beralamat di Jl. Raya Gubeng No.46, Gubeng, Surabaya. Alhamdulillah acaranya
diadakan hari Sabtu tanggal 14 Desember 2019 sehinga saya nggak perlu ijin sama
Bos buat ikutan acara keren ini.
Jadi Dipa
menuturkan bahwa salah satu tips agar sukses mengubah passion menjadi bisnis
yang menjanjikan adalah dengan rutin melakukan pencatatan keuangan, baik itu
pemasukan maupun pengeluaran. Tujuannya agar kita bisa mengetahui di pos mana
yang paling besar menyedot pemasukan kita. Dengan begitu kita bisa menghindarinya
pada periode berikutnya.
Ngomongin tentang
passion yang jadi bisnis, saya dan istri pernah juga mencoba peruntungan di
dunia bisnis yang berawal dari passion. Waktu itu tahun 2012 kami mendirikan penerbitan
indie bernama Mozaik, ide ini muncul karena kami berdua memiliki passion di dunia
tulis menulis. Alhamdulillah Mozaik bisa menerbitkan puluhan buku hingga tahun
kedua, bahkan beberapa buku kami didistribusikan di jaringan toko buku
nasional. Namun sayangnya di tahun ketiga, Mozaik mulai lesu dan kini hanya
pasif saja.
Faktor-faktor
yang membuat bisnis Mozaik gagal itu, terungkap semua saat saya mendengarkan
sharing dari Dipa Andika. Mulai dari tidak melakukan pencatatan keuangan, tidak
memisahkan rekening pribadi dan bisnis, komitmen yang kurang, tidak memiliki
financial goal, tidak memiliki dana darurat dan tidak memiliki partner yang
tepat.
Selain Dipa,
ada juga pembicara kedua yaitu Christie Erin, Co-founder Basha Market & Of
Sorts. Christie menuturkan maksud dari partner yang tepat adalah kita harus
mencari partner yang memiliki kemampuan/skill yang kita tidak miliki. Kenapa
begitu?
Karena dengan
skill yang berbeda maka akan timbul rasa saling membutuhkan dan menghargai. Dengan
begitu kita bisa menjalankan bisnis bersama dengan kompak dan meminimalisir
terjadinya konflik.
Tips lainnya
yang nggak kalah penting adalah Hindari LATTE FACTOR. Latte Factor adalah
pengeluaran kecil yang sering dilakukan sehingga tanpa sadar menyedot tabungan
kita. Contoh Latte Factor yang sering dilakukan oleh Generasi Millenial adalah
suka tergiur promo makanan atau minuman lewat pemesanan online. Atau kalau pas
ngemall suka beli jajanan atau minuman kekinian yang kini menjamur seperti Thai
Tea, Chatime, Aiciro dll. Harganya emang nggak mahal namun jika sering
dilakukan maka lumayan nguras dompet juga. Duh makjleb lagi deh wekekeke.
Apa itu Home Credit?
Gimana, udah
mulai tercerahkan belum dengan sharing 2 pembicara di atas? Kalau saya sih
iyes, nggak tahu deh Mas Anang (Garing!). Yang pasti saya makasih banget sama
penyelenggara acara ini yaitu Home Credit Indonesia. Kalian ada yang pernah dengar
nama Home Credit Indonesia belum?
Masa sih
nggak tahu? Kurang jauh deh mainnya, kurang malam pulangnya wekekeke.
Jadi gini
Home Credit Indonesia itu adalah sebuah perusahaan multifinance yang
menyediakan jasa pembiayaan untuk barang-barang elektronik, handphone, gadget,
kendaraan roda dua, furniture hingga aksesoris mobil. Barang yang dibeli bisa
secara offline maupun online. Bahkan HCI juga memberikan pembiayaan multiguna
untuk pembiayaan renovasi rumah, biaya pendidikan, atau liburan.
Lewat acara
FUNancial Talkshow ini, Home Credit Indonesia mengajak kita-kita untuk bisa
mewujudkan financial goal kita dengan cara #YangKamuMau. Untuk informasi lebih
lengkap tentang Home Credit Indonesia silakan kunjungi langsung website-nya ya:
Home Credit Indonesia.
Oke itu tadi
sharing saya tentang FUNancial Talkshow yang membagikan tips bagaimana agar
kita sukses menekuni passion kita sehingga bisa menjadi bisnis yang menjanjikan.
Yuk segera eksekusi passion apa yang selama ini kamu sukai. Lakukan sekarang,
jangan tunda-tunda lagi!
Latte factor tuh emang bahayaaaaa. Keseringan dapat promo GoFood GrabFood sungguh membahayakan cash flow *curhat*
ReplyDeleteAku juga ga konsisten Mas buat mencatat pengeluaran, tapi kalau pendapatan malah rajin catat hehe. Bahaya memang apalagi kami sekeluarga doyan ngemil yang terlihat kecil tapi sering jadi ya bikin tekor juga. Ayo Mas bangkit lagi buat jadi CEO Blue Family Corp. Jualan produk serbabiru! Moga-moga tambah sukses habis acara ini ya.
ReplyDeleteSaya masih belum berani untuk benar-benar menekuni passion dan membuatnya menjadi sumber pendapatan utama. Banyak hal yang harus dipersiapkan.
ReplyDelete*kebanyakan mikir dan mempertimbangkan
Acaranya seru banget ya kemarin itu, punya wawasan baru soal pengelolaan keuangan
ReplyDelete