Assalamualaikum
Gengs Biru, keberadaan mobil saat ini bukan lagi kebutuhan tersier atau
sekunder. Untuk sebagian orang mobil sudah menjadi kebutuhan primer yang
mempermudah transportasi dan mobilitas mereka. Maka tidak heran jika sekarang
jumlah orang yang memiliki mobil masih terus bertambah.
Kalau bagi
Keluarga Biru, keberadaan mobil kami butuhkan ketika mudik atau pulang kampung
ke rumah Ibunya Mama Ivon di Blitar. Maklum saja, jarak Malang-Blitar cukup
jauh, sekitar 1,5 sampai dengan 2 jam perjalanan. Sejak menikah hingga punya
dua anak, kami paling sering mudik dengan mengendarai sepeda motor.
Susahnya Mudik Naik Motor
Mudik
Malang-Blitar PP naik motor berempat memberikan pengalaman baik suka maupun
duka. Sukanya kami bisa berhenti kapan saja dan dimana saja, biaya lebih hemat
dan jarak tempuh lebih cepat jika lalu lintas padat. Dukanya harus extra
hati-hati karena motor membawa beban 4 orang, apalagi kalau anak-anak tidur itu
jadi semakin susah. Belum lagi kalau kepanasan dan kehujanan. Yang paling berat
sih kehujanan ya, kasian anak-anak meskipun sudah pakai jas hujan kadang
pakaian tetap basah dan kedinginan.
Belum lagi
resiko keselamatan mengendarai motor boncengan empat, harus selalu sigap dan
menjaga keseimbangan motor. Paling sebal kalau berhadapan dengan bus dan truk
yang memakan jalan bahkan ada yang ugal-ugalan.
Itulah sebabnya
kenapa kami memiliki impian punya mobil agar perjalanan mudik ke Blitar lebih
aman dan nyaman. Impian itu kami pupuk dengan kesabaran karena kami sadar
kemampuan ekonomi kami. Setiap kali pulang menempuh perjalanan mudik Malang
Blitar saya selalu berdoa agar diberikan rejeki dan kemudahan membeli mobil.
Ada satu moment
yang membuat saya terlecut ingin segera memiliki mobil yaitu ketika kami makan
malam di sebuah warung makan dalam perjalanan pulang dari Blitar. Kami makan
bareng sama dua keluarga yang membawa mobil. Melihat mereka nyaman banget
setelah makan malam naik mobil melanjutkan perjalanan. Sementara kami naik
motor menembus udara dingin menuju Malang.
Mengapa Memilih Daihatsu Taruna
Alhamdulillah
di bulan Oktober 2019, kami akhirnya membeli sebuah mobil Daihatsu Taruna bekas
tahun 2002. Mobil ini kami beli dari seorang pria yang tinggal di Kabupaten
Malang. Untuk pemilihan jenis mobil, kami mencari mobil yang cocok untuk
menempuh perjalanan jauh dan medan yang sulit. Sesuai dengan aktivitas kami
yaitu mudik setiap bulan ke Blitar dan piknik tipis-tipis ke luar kota.
Lalu alasan
kedua karena kapasitasnya yang lumayan banyak, bisa muat 7 orang. Kebetulan
kami punya keluarga besar, kami pengin juga ajak mereka jika kami jalan-jalan
atau mudik ke Blitar. Alasan ketiga, mobil Taruna yang kami incar ini warnanya
BIRU.
Sebenarnya sih
saya masih berencana beli mobil itu kalau anak-anak sudah masuk SD tapi Mama Ivon punya pertimbangan lain. Dia sudah tidak sanggup kalau masih harus naik
motor 2 jam lamanya setiap kali mudik. Berbagi tempat duduk dengan dua anak
yang semakin bertambah besar itu emang perjuangan banget. Trus juga mumpung
kami masih muda, masih bisa bekerja keras untuk mencari uang.
Belajar Mengemudi Mobil di Natuna
Setelah membeli
mobil, saya lalu segera mendaftarkan diri ke tempat kursus mobil. Sebenarnya
sih yang bener itu, belajar mengemudi mobil dulu baru beli. Tapi berhubung saat
itu takut mobilnya keburu dibeli ama pembeli lain, jadinya kami putusin untuk
segera eksekusi pembeliannya.
Saya belajar
mengemudi mobil di NATUNA, sebuah jasa kursus mengemudi yang cukup terkenal di
Malang. Adapun paket kursus yang saya ikuti adalah Paket 10 kali pertemuan
dengan tariff 650 ribu. Durasi latihan 45 menit di setiap pertemuan dan bebas
memilih jam dan hari yang sesuai dengan waktu luang kita. Sayangnya peserta
kursus harus belajar menggunakan mobil milik Natuna. Padahal saya penginnya
belajar mengemudi menggunakan mobil sendiri. Tapi Natuna tentu punya
pertimbangan sendiri, salah satunya adalah mobil kursus sudah disetting untuk
belajar mengemudi sehingga faktor keamanannya lebih terjamin.
Instruktur yang
melatih saya bernam Pak Irul, beliau sudah puluhan tahun mengajar di Natuna.
Adapun mobil yang kami pergunakan untuk latihan mengemudi adalah Daihatsu
Terios. Saya memilih Terios karena dari segi karakteristik mirip dengan Taruna.
Maklum saja, Terios merupakan ‘anak’ dengan versi yang jauh lebih baik dari
Taruna.
Di pertemuan
pertama, Pak Irul mengajarkan pada saya tentang teori dalam mengemudi mobil dan
rambu-rambu lalu lintas yang harus diperhatikan sebagai pengemudi mobil. Di
pertemuan kedua barulah saya diberikan kesempatan untuk berlatih langsung.
Adapun tempat latihan berganti-ganti, paling sering sih di Simpang Balapan. Area
tersebut memang dari dulu dijadikan tempat latihan mengemudi mobil karena
medannya mudah dan lalu lintasnya sepi.
Entah karena
rasa grogi yang terlalu besar atau kurang fokus, selama 11 kali pertemuan (saya
dapat bonus 1 kali pertemuan) itu saya kurang bisa menyerap ilmu yang diberikan
Pak Irul. Durasi latihan 45 menit itu ternyata singkat banget, baru satu kali
mempraktekkan ilmu yang didapat, eh udah dua puluh menit dong. Trus ketika
praktek yang kedua kalinya disambung langsung balik ke kantor Natuna.
Selama latihan,
Pak Irul seringkali memberikan masukan agar saya RILEKS. Nikmati proses belajar
mengemudi ini, jangan tegang agar cepat bisa, begitu ucapnya berulang kali.
Namun itu nggak mempan buat saya. Pernah juga Pak Irul menceritakan salah satu
muridnya seorang ibu-ibu yang cepat menerima ilmu yang diajarkan sehingga di
pertemuan ketiga sudah berani mengemudi mobil sendiri. Bukannya termotivasi, eh
saya malah agak down dengernya wekekeke. Berasa bego banget jadi seorang pria,
kalah sama ibuk-ibuk.
Sudah 11 kali
pertemuan namun keberanian dan kemampuan saya mengemudi mobil boleh dibilang
masih NOL. Bahkan pernah saya belajar maju mundur dengan mobil milik sendiri di
garasi tempat saya menitipkan mobil, itu aja groginya minta ampun. Bahkan saya
sampai keliru injak gas padahal sebenarnya mau nge-rem. Untung saya segera
pindahkan kaki saya ke pedal rem sehingga tidak sampai menabrak milik orang
lain yang ada di belakang saya.
Belajar Mengemudi Mobil di QUEEN
Kami membeli
mobil bulan Oktober, bertepatan dengan bulan kelahiran saya. Seharusnya mobil
Taruna itu menjadi kado ter-wah namun yang ada saya malah stres. Iya beneran,
saya sampai stress karena tidak kunjung bisa mengemudikan mobil. Sudah bayar lumayan
mahal buat kursus, eh hasilnya nihil. Di dalam diri saya ini ada keinginan
untuk bisa segera jalan-jalan naik mobil bersama keluarga. Namun kepercayaan
diri dan keberanian saya langsung drop setiap kali masuk mobil dan berada di
balik kemudi.
Mama Ivon
sampai geregetan menunggu saya bisa mengemudikan mobil, bahkan dia berencana
untuk kursus mobil juga. Dia sering menyuruh saya untuk menonton video-video
belajar mengemudi mobil milik channel Mas Zidnie, Widi Mandiri dan lainnya.
Saking penginnya bisa nyetir mobil, saya sampai menghubungi no WA Pak Widi
Mandiri untuk mengikuti terapi takut belajar mengemudi secara jarak jauh.
Sayangnya tarif terapinya cukup mahal sehingga saya nggak jadi daftar wekekeke.
Alhamdulillah Mama Ivon dapat referensi kursus
mengemudi mobil secara privat dari salah satu sahabatnya. Sahabat Mama Ivon,
namanya Mak Yani, dulu juga kursus di Natuna. Lalu untuk menyempurnakan
kemampuannya dia kursus lagi secara privat yaitu menggunakan mobil sendiri.
Nama tempat kursusnya adalah QUEEN, sedangkan pemiliknya adalah Mas Indra. Btw
Mas Indra ini ternyata bekas instruktur di Natuna lho, beliau resign dan
membuka jasa kursus mengemudi sendiri.
Tarif kursus
QUEEN waktu itu (November 2019) 100 ribu setiap kali pertemuan dengan durasi 2
jam. Bagi saya durasinya ini panjang banget, saya jadi semangat karena bisa
belajar lebih lama. Di pertemuan pertama, Mas Indra langsung menanyakan kepada
saya tentang target yang ingin saya capai di latihan pertama ini.
Bisa
mengemudikan mobil dengan lurus, itu jawaban saya. Sebelumnya saya pernah
latihan bersama temen blogger Mas Endrita ketika pulang dari takziah, saya
mengemudi mobil seperti keris alias belok ke kanan dan ke kiri. Trus saya juga
ingin bisa lancar keluar masuk dari gang rumah saya karena medannya cukup
sulit: agak sempit dan ramai dengan motor dan pejalan kaki.
Trik Mengemudikan Mobil LURUS
Tempat kami
latihan pertama kali di jalan buah-buahan, saya lupa nama jalannya, pokoknya di
area Raya Langsep. Mas Indra langsung memberikan tips agar bisa mengemudikan
mobil dengan lurus yaitu dengan cara memasang penanda di kaca depan mobil. Jadi
Mas Indra memasang penanda (bisa dari sedotan atau kertas dilipat-lipat) tepat
di tengah kaca. Nah agar mobil berjalan lurus saya harus bisa memposisikan
penanda tersebut tepat di tengah jalan yang saya lewati. Semoga kalian paham ya
maksud saya wekekeke.
Dan memang
manjur dong tipsnya, setelah latihan pertama itu saya sudah bisa mengemudikan
mobil dengan lurus. Kepercayaan diri saya secara otomatis terkatrol naik. Jujur
saja, saya tidak pernah mendapatkan trik tersebut dari Natuna. Dulu saya hanya
disuruh mengemudi mengikuti alur jalan tapi tidak dikasih tauu caranya gimana
wekekeke.
Total saya
latihan mengemudi bersama Mas Indra sebanyak tiga kali. Jujur saja, saya merasa
cocok dan lebih mudah menerima materi yang diberikan. Latihan kedua saya
diajari medan naik turun sedangkan latihan ketiga saya belajar mengemudi ke
tempat kerja. Mas Indra tidak hanya sekedar mengajarkan teori namun juga
memberikan masukan dan ngajak sharing apa saja kendala saya, terutama dari sisi
psikologis. Intinya Mas Indra berusaha meningkatkan rasa percaya diri dan
keberanian saya dan itu tidak saya dapatkan di tempat kursus sebelumnya.
Di akhir
pertemuan ketiga, Mas Indra memberikan saya PR untuk belajar mengemudi ke
tempat kerja selama seminggu sehabis shubuh. Alasannya karena jalannya masih
sepi sehingga saya bisa lebih mudah belajarnya. Oh iya, beliau juga mengajari
saya memarkirkan mobil secara aman ke karpot di rumah yang permukaannya menanjak.
Itulah sharing
saya tentang pengalaman belajar mengemudi mobil di dua tempat kursus. Tulisan
saya ini bukan bermaksud menjelekkan pihak tertentu, saya hanya menulis
berdasarkan apa yang saya alami. Namanya guru dan murid kadang juga cocok-cocokan
terutama dalam metode pembelajaran. Murid A cocok dengan cara mengajar guru 1,
belum tentu murid B cocok. Bisa jadi murid B cocok dengan cara mengajar guru 2.
Selain itu juga proses belajar setiap orang berbeda, ada yang cepat menerima
ada juga yang lambat.
PS:
Bagi yang ingin kursus di QUEEN bisa
menghubungi nomer berikut: 0857-5535-8123
Ya Allah... Akhirnya sudah bisa ya sekarang. Alhamdulillah... Selamat papa biruu 😁 udah bisa sering² ke Blitar donk ya
ReplyDeleteItu kursus bisa sekaligus sambil buat SIM nya gak?
ReplyDeleteAlhamdulillah, gak rugi lah ya istrinya cerewet sekaligus setengah memaksa diaja keluar bawa mobil biar makin lancar
ReplyDeleteAlhamdulillah ... horeee akhirnya punya mobil baru dan bisa nyetir jugaaaaa ... Nyetir itu aslinya jam terbang juga kok mas. Makin sering nyetir Insya Allah makin lenyoh nyetirnya ... Selamat yaaaaa ...
ReplyDeleteKalau adikku belajar sama temennya, gratis, wahahaha. Aku juga ada keinginan buat kursus nyetir meski belum punya mobil. Nyicil dulu, kendaraan belakangan
ReplyDeletekeputusan yang tepat untuk membeli mobil karena kebutuhan sudah mendesak dan ngga bisa ditawar lagi ya kang. Jadi bisa mudik deh kalau begini
ReplyDeleteYa Allah, pas banget waktu baca postingan ini saya sedang berjuang belajar mengemudi. Sepertinya karena faktor nerveous deh makanya sampai sekarang nggak mahir2.
ReplyDeletebarokallah ya Papa Biru akhirnya bisa menyetir juga barokallah udah punya mobil, aku juga pengen punya mobil sendiri. Mudik ke Kendal dari Pemalang capek juga pake motor kurleb 3jam soalnya. Kalau kursus paling minta ajari kakak atau adik, di rumah ibuk ada sedan dua. Tapi payah juga aku ga bisa nyetiir ga goleh katanya wkwkw sebel kan
ReplyDeleteSebelum punya krucil semper kursus nyerir eh nggak diterusin mobilnya nggakanda, sekarang lupa lagi, congrats ya papa Biru, makin labncar deh mudik
ReplyDeleteIya mas betul, belajar mobil itu cocok2an. Ingat dulu aku ikut kursus mengemudi krn ga mau belajar sama ayah. Takut dimarahin kalau salah hehe....eh ternyata si guru kursus suka nakut2tin gitu, selalu bilang kalau cewek lamban brlajar nyetir. Walhasil belajar dg adikku yg masih SMA, meski dia masih SMA tapi enakan ama dia, dia nyemangatin bukan malah bikin kita mikir kalau kita ga bakalan bisa
ReplyDeleteBelajar menyetir memang perlu sering-sering praktek, dan juga kesabaran sih menurut saya, banyak orang yang lihai tapi enggak sabar juga berbuntut ke diri sendiri.
ReplyDeleteMashaAllah~
ReplyDeleteBarakallahu fiik, kak.
Makin sering dibawa, kak..makin lancar karena jam terbang.
Yang paling enak itu kursus sama orang lain..hehehe...aku pas belajar terus nekat curi-curi kunci buat halan-halan sendiri. Terutama di tantangan jalan naik-turun, parkir dan jalan sempit.
..ceritanya..kok sama mas...akhirnya kelanjutannya sudah bisa ya mas bawa mobil ya mas...
ReplyDeletesalam dari surabaya
ReplyDelete