Hallo Gengs Biru, jumpa lagi dengan
Papa Ihwan di blog Keluarga Biru. Lama neh Papa Ihwan nggak menyapa kalian
semua lewat tulisan *uhuk. So pada kesempatan kali ini saya mau berbagi
pengalaman daftar sekolah online pada PPDB Kota Malang 2020.
Seperti kita ketahui saat ini kita
sedang dilanda wabah Corona yang mengharuskan kita melakukan hampir semua
aktivitas dari rumah. Bekerja, beribadah, belajar hingga belanja dari rumah. Hal
ini pun berdampak pada pelaksanaan PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) 2020
yang dilaksanakan secara online.
Kriteria Anak Siap Masuk Sekolah Dasar
Alhamdulillah Mas Aiman tahun ini
akhirnya bisa menyelesaikan pendidikannya di TK sehingga bisa ikut daftar PPDB
jenjang sekolah dasar. FYI sebenarnya Mas Aiman menempuh pendidikan TK selama 3
tahun, hal ini agar dia lebih siap dan matang terutama dari segi umur dan
kemandirian.
Kalau di sekolah swasta batasan
umur minimal tidak terlalu ketat, anak usia 6 tahun lebih boleh mendaftarkan
diri asalkan sudah bisa membaca dan menulis. Padahal untuk mengetahui apakah anak
kita sudah siap masuk SD tidak hanya dilihat dari kemampuan akademik saja. Ada
aspek lainnya yang perlu dilihat antara lain:
- Aspek motorik: keterampilan yang melibatkan koordinasi gerak fisik, meliputi motorik kasar dan motorik halus
- Aspek kognitif: kemampuan berpikir, seperti mengingat, menangkap informasi
- Aspek sosial-emosional: keterampilan dalam mengelola emosi dan menjalin interaksi dengan lingkungan sosial
- Aspek kemandirian: berusaha melakukan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain
Sebenarnya saya dan Mama Ivon sempat
berbeda pendapat tentang kesiapan Mas Aiman masuk SD. Saya ingin Mas Aiman masuk
SD tahun lalu karena semua teman sekelasnya didaftarkan ke SD, saya kuatir jika
ditunda setahun maka dia nanti akan jadi anak paling tua di kelasnya. Sedangkan
Mama Ivon menganggap Mas Aiman belum siap masuk SD karena dari aspek
kemandiriannya masih kurang.
Kami pun akhirnya sepakat
mendaftarkan Mas Aiman ke dua sekolah dasar namun sayangnya keduanya tidak
lolos. Untuk cerita kenapa Mas Aiman tidak lolos saya bahas di postingan
berbeda saja ya karena butuh waktu lama bagi saya untuk bisa menerima kenyataan
pahit tersebut.
Drama PPDB Kota Malang
Para ortu demo ke Kantor Dinas Pendidikan Malang (sumber foto: seru.co.id) |
"PPDB dilaksanakan melalui 4
jalur, zonasi 50 persen, prestasi 30 persen, afirmasi 15 persen, dan
perpindahan orang tua 5 persen," beber Kepala Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan (Dikbud) Kota Malang Zubaidah saat ditemui di Kantor Dikbud Kota
Malang. Berita ini saya kutip dari MalanTimes.com
Penerapan 4 jalur ini berbeda di
setiap sekolah, ini berdasarkan pengamatan saya di dua SD negeri yang berada di
dekat rumah. Di SD pertama hanya menerapkan 3 jalur: zonasi, afirmasi dan
perpindahan orang tua sedangkan di SD kedua juga hanya menggunakan 3 jalur
namun berbeda yaitu: zonasi, prestasi dan afirmasi.
Kami memutuskan untuk mendaftarkan Mas
Aiman menggunakan jalur zonasi karena itu yang besar peluangnya untuk diterima.
Dari segi jarak rumah ke sekolah sangat dekat dan usia sudah memenuhi syarat. PPDB
Malang untuk tingkat SD dan SMP jalur Zonasi dilaksanakan pada tanggal 2-5 Juni
2020 secara online. Saya sudah mempersiapkan semua berkas yang dibutuhkan jauh-jauh
hari seperti Akta Kelahiran, Kartu Keluarga, Surat Keterangan dari TK hingga
pas foto.
Oh iya, di keluarga besar saya semuanya
mendaftarkan anaknya pada PPDB tahun ini. Kakak pertama dan kedua mendaftarkan
dua anaknya ke SD dan SMP sedangkan kakak ketiga sama dengan saya. Nah sepupu
Mas Aiman yaitu Nadin dan Fifa sama-sama mendaftarkan diri di sekolah dasar
dekat rumah.
Pada hari H kami langsung
mendaftarkan secara online di website PPDB Malang yaitu http://ppdb.malangkota.go.id/. Adapun step-step sebagai berikut:
1. Memasukkan
data NIK anak dan no KK (Kartu Keluarga)
2. System
kemudian akan memanggil data anak yang sudah tersimpan di server Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Malang.
3. Setelah
data anak keluar, kita masih harus melengkapi beberapa data yang belum lengkap.
Jika semua sudah benar, lanjut ke step selanjutnya.
4. Di
step ini kita menentukan pilihan sekolah. Untuk SD hanya ada 1 pilihan
sedangkan SMP ada 2 atau 3 pilihan kalau nggak salah.
5. Jika
sudah, klik daftar. Lalu kita tingga mencetak bukti pendaftaran PPDB.
Sayangnya semua step di atas tidak
semudah itu Ferguso. Saya sudah mencoba sampai 1 jam namun tetap saja gagal
untuk melangkah ke step 2. Loading terus hingga saya sampai bosan menunggu. Kedua
kakak mengabari saya jika mereka sudah berada di sekolah dan bilang kalau pihak
sekolah akan membantu pendaftaran secara online.
Saya pun lalu berangkat ke sekolah
bersama Mas Aiman. Di sana kami harus mengantri, tentunya tetap menerapkan protokol
pencegahan penyebaran virus Corona mulai dari memakai masker dan menjaga jarak.
Saya dapat nomer urut 22 sedangkan di dalam kelas baru melayani pendaftar nomer
1 sampai 5.
Sambil menunggu, saya kemudian
iseng bertanya kepada teman sekolah saya saat di SD yang kebetulan jadi pegawai
di sekolah tersebut. Eh ternyata pihak sekolah juga belum berhasil mendaftarkan
5 pendaftar tersebut. Lha sama aja dong kalau gitu. Lebih baik daftar online
sendiri di rumah tanpa harus antri, apalagi saat wabah gini terlalu beresiko
bila berkerumun meskipun sudah menjaga jarak.
Akhirnya saya putuskan pulang dulu
karena belum sarapan. Nggak lama setelah saya makan, kakak saya mengabari jika
pihak sekolah menyuruh semua ortu dan calon siswa untuk pulang karena sampai
siang hari masih gagal daftar online.
Begadang Demi Masa Depan Anak
Saya kembali mengulang pendaftaran
sekolah online pada malam hari, sekitar pukul 21.00 saya sudah standby di depan
laptop. Perkiraan saya mungkin jumlah orang yang mengakses website PPDB Kota
Malang. Namun saya SALAH!
Sampai tengah malam saya tetap
nggak bisa lanjut ke step 2. Muter-muter aja terus kayak siput. Sambil menunggu
proses pendaftaran, saya memantau akun IG dikbudkotamalang, ternyata banyak
yang mengalami hal serupa. Ada ratusan komen dari para orang tua yang mengalami
kesulitan daftar PPDB online.
Sekitar pukul 1 dini hari, saya
akhirnya berhasil masuk hingga step 4. Senangnya bukan main, saya sampai
deg-degan ketika mengisi data sekolah tujuan. Akhirnya perjuangan sejak jam 9
malam tidak sia-sia. Meskipun ada yang mengganjal yaitu system PPDB menghitung
jarak dari rumah kami ke sekolah terlalu jauh. Padahal kalau saya lihat di maps
jaraknya tidak sampai 100 meter tapi di system terhitung 297 meter. Saya sempat
kuatir kalau nanti Mas Aiman akan tersingkir dengan mudah jika jaraknya segitu.
Tapii ternyata untuk finishing step
4 itu lamaa, muter-muter teruss. Saya sampai geregetan, mau klik back nanti
harus mengulang dari awal tapi kok ditunggu sampai 30 menit tidak ada progress.
Saya pantau lagi akun IG dikbudkotamalang, makin banyak orang tua yang komplen
dan marah-marah di sana. Akhirnya saya coba refresh halaman web yang masih on
process tersebut dan…saya harus kembali memulai dari step 1. Astaghfirullah.
Demi bisa sukses daftar PPDB Online
di hari pertama saya sampai pindah tidur di ruang tengah. Saya bukan hanya
mendaftarkan Mas Aiman tapi juga 4 keponakan jadi kalau bisa beres semuanya
agar lega. Tapii harapan tinggallah harapan, sampai jam 3 pagi saya tetap tidak
berhasil. Bahkan ketika saya bangun Shubuh, proses finishing step 4 tetep gagal
seperti sebelumnya.
Ketika saya hendak mengemasi laptop
yang sudah menyala semalaman, kakak ipar saya mengirimkan pesan WA. Dia menyarankan
saya untuk mendaftar secara manual di website. Yang dimaksud manual di sini
adalah mengisi sendiri semua data anak tanpa melalui server Dispendukcapil
Malang. Saya baru ngeh ada pilihan manual di website PPDB Online Malang.
Mungkin saja pilihan itu baru muncul setelah banyak protes yang dilayangkan di
IG Dikbud Kota Malang.
Alhamdulillah Allahu Akbar, tak
butuh waktu lama bagi saya untuk mendaftarkan Mas Aiman. Mulai dari step 1
sampai 4 berjalan lancar. Malah saya bisa mengoreksi jarak antara rumah ke
sekolah menjadi lebih dekat sesuai dengan kenyataan. Saya pun lanjut mendaftarkan
ketiga keponakan saya, SUKSES semua.
Baca juga: Suara Hati Suami: Parodi Suara Hati Istri
Baca juga: Suara Hati Suami: Parodi Suara Hati Istri
Jalur Zonasi Kok Pakai Kriteria Umur?
Pada hari kedua, saya mengecek
posisi Mas Aiman, Nadien dan Fifa di website PPDB Malang. Mas Aiman berada di
urutan kedua, sedangkan kedua sepupunya ada di tengah-tengah. Alhamdulillah saya
lega melihat ada anak yang usianya lebih tua dari Mas Aiman.
Kejadian mengejutkan terjadi di
malam hari, ketika saya cek lagi ternyata posisi Nadien dan Fifa merosot jauh
hingga juru kunci. Sementara Aiman hanya turun ke posisi 3. Saya lalu melihat
calon siswa yang menggeser posisi dua keponakan saya, mayoritas berumur 7 tahun
lebih. Peserta sebelumnya yang berumur kurang dari 7 tahun otomatis terpental.
Saya jadi dilema, di satu sisi saya
makin lega karena Mas Aiman akan memiliki teman yang usianya sebaya. Tapi di
sisi lain, saya mengkhawatirkan kedua ponakan yang posisinya terancam. Di jalur
Zonasi ini ternyata menggunakan filter usia terlebih dahulu sebelum jarak dari
rumah ke sekolah. Akibatnya anak yang usianya dibawah 7 tahun harus terpental
meskipun jarak dari rumah ke sekolah dekat.
Saya sempat mengecek di SDN lain di
Malang, ternyata ada calon siswa yang sudah berumur 9 tahun lho. Heran juga
sih, kok udah umur segitu baru daftar masuk SD. Kemana saja selama ini, apakah
sakit berat atau gimana.
Alhamdulillah sampai hari ketiga
sudah tidak ada lagi yang mendaftar di sekolah tujuan kami, dua keponakan saya
aman posisinya. Setelah proses pendaftaran selesai dan anak-anak dinyatakan
lulus maka kami pun melakukan proses daftar ulang di sekolah tujuan. Jika
menurut kalender akademik, anak-anak akan memulai tahun ajaran baru tanggal 13
Juli 2020. Namun bisa berubah jika situasinya nanti tidak memungkinkan. Mari
berdoa semoga wabah ini lekas berakhir, aamiin.
Itulah pengalaman saya mendaftarkan
anak di PPDB Kota Malang 2020 yang dibumbui dengan sedikit drama. Kesulitan yang
saya alami tidak seberapa bila dibandingkan dengan ortu lainnya yang bermasalah
dengan KK baru yang belum 1 tahun, NIK dan KK tidak ada di sistem dan lainnya. Kalau
sekarang yang lagi heboh adalah PPDB Online di Jakarta dimana kriteria umur di
jalur Zonasi membuat banyak anak yang rumahnya dekat dan berprestasi harus
terpental, kalah dengan calon siswa yang usianya jauh lebih tua.
Bagaimana dengan Moms and Dads di
sini, apakah Anda punya pengalaman serupa tentang PPDB Online? Yuk sharing
asyik di kolom komentar.
Selalu saja ada drama ya dalam PPDB.
ReplyDeleteSAya mengalami tahun lalu saat anak kedua masuk SMP. Tahun ini tidak ada yang baru masuk sekolah tapi melihat di TV dan time line medsos, banyak drama rupanya.
Iya Mbak bener, tiap tahun selalu ada drama dengan persoalan yang berbeda.
Delete