Setiap kita dapat satu peranan, yang harus kita mainkan
Ada peran wajar dan ada peran berpura-pura

Generasi 90an pasti nggak asing dengan lirik lagu Panggung Sandiwara di atas? Yaa, memang benar. Di dalam kehidupan ini, manusia memerankan beberapa peran sekaligus dalam aktivitasnya sehari-hari. Tapi yang saya maksud kali ini bukan peran kocak yang bikin kita terbahak-bahak atau peran bercinta yang bikin orang mabuk kepayang. Melainkan peran yang berhubungan dengn status kita, misalnya peran sebagai suami, istri, ayah, ibu, anak, pekerja, pelajar, mahasiswa, dan lainnya.

Alhamdulillah saya dipercaya oleh Allah menjalankan beberapa peran antara lain sebagai suami, ayah, PNS di sebuah PTN, pengurus RT hingga menjadi seorang content creator. Aktivitas saya setiap hari berkutat di antara 5 peran tersebut. Misalnya sebagai suami dan dan ayah saya memiliki peran antara lain: menjadi pemimpin keluarga, mencari nafkah, membantu istri mengerjakan pekerjaan domestik, mengasuh anak hingga menjadi guru bagi mereka ketika di rumah. Ini baru 2 peran, belum 3 peran lainnya.

Siklus aktivitas saya biasanya dimulai dengan bangun tidur, lalu sholat Shubuh, memasak nasi, membangunkan dan memandikan anak sulung-Mas Aiman untuk sekolah, mengantar ke sekolah (jika istri masih sibuk), berangkat kerja. Setibanya di kantor saya melaksanakan peran sebagai Staf Publikasi yang  memiliki job desk antara lain menulis berita di website kantor, menjadi admin di akun-akun social media kantor dan mendokumentasikan kegiatan di kantor.

Jika tidak ada jadwal lembur, saya pulang ke rumah pukul 4 hingga 5 sore. Namun jika ada jadwal lembur saya baru pulang pukul 10 malam. Setiba di rumah, jika sore hari maka saya menggantikan istri mengasuh anak hingga malam. Jika istri atau anak ada keperluan, maka saya harus siap mengantarkan mereka. Di sela-sela menjalankan peran suami dan ayah di rumah, saya juga menjalankan peran sebagai content creator. Media yang saya gunakan untuk berkarya antara lain blog, channel Youtube, Instagram dan sejak pandemi ini saya aktif main TikTok.

Tetap Aktif Meskipun di Rumah Saja

Ngomong-ngomong tentang pandemi, semua aktivitas saya di atas jadi berubah sejak virus Covid 19 masuk ke Indonesia. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya jika di tahun 2020 ini kita kemana-mana harus menggunakan masker, rajin mencuci tangan atau pakai hand sanitizer, tidak bersentuhan dengan orang asing dan tidak berkerumun agar tetap bisa bertahan hidup.

Otomatis semua harus berubah. Belajar, bekerja, beribadah dan semua aktivitas lainnya harus dilakukan di rumah. Di kampus tempat saya bekerja, kegiatan perkuliahan dilakukan secara online sejak bulan Maret 2020. Hampir semua pegawai diperintahkan untuk bekerja dari rumah, termasuk saya. Awalnya terasa aneh, saya yang terbiasa terburu-buru berangkat kerja di pagi hari kini bisa lebih santuy. Bekerja tidak harus mandi dulu dan mengenakan baju seragam, yang penting sudah sarapan langsung deh buka HP atau laptop.

Saya bekerja di perpustakaan di salah satu PTN di Malang. Peran saya sebagai staf publikasi di era pandemi ini boleh dibilang sangat vital karena saya harus mempublikasikan beberapa panduan terkait perubahan layanan offline menjadi online. Jadi meskipun WFH saya tetap berkutat dengan kesibukan pekerjaan seperti mendesain materi publikasi, menjawab berbagai pertanyaan dari mahasiswa di akun-akun social media perpustakaan dan menulis berita di website.

Mas Aiman pun juga harus melakukan kegiatan belajar dari rumah, di awal pandemi dia masih duduk di bangku TK B. Tugas-tugas diberikan oleh guru melalui WAG sekolah, lalu dikumpulkan ke sekolah seminggu sekali. Pada bulan Juni, Mas Aiman melanjutkan pendidikan ke SD, pelajaran dan tugas sekolah yang diterima Mas Aiman semakin banyak. Sayapun ikut membantu Mama Ivon membimbing Mas Aiman mengerjakan tugas-tugas sekolah.

Tantangan banget membimbing anak belajar dari rumah karena atmosfernya berbeda dengan di sekolah. Banyak sekali distorsi (pengalih perhatian) misalnya adiknya (Aira) atau sepupu mengajak bermain, serial favoritnya sedang ditayangkan di TV, ingin main sepeda atau badminton hingga merengek minta main HP mulu. Kalau udah kayak gitu, kami harus pinter-pinternya merayu dan memberi pengertian padanya bahwa meskipun berada di rumah tetap harus belajar.

Jadi meskipun di rumah saja, saya tetap aktif seperti biasa. Bekerja, membantu mengasuh anak dan mengerjakan beberapa pekerjaan domestik. Untuk itulah saya harus menjaga kesehatan apalagi di tengah pandemi seperti ini. Beberapa langkah yang saya lakukan antara lain:

1. Menggunakan masker

Penggunaan masker akan mencegah penyebaran virus terutama dari OTG (Orang Tanpa Gejala). Masker melindungi kita dan orang lain dari droplet yang mengandung virus Covid 19. Pakailah masker kain karena terbukti lebih efektif dan aman bila dibandingkan dengan masker scuba.

2. Mencuci tangan atau hand sanitizer

Cuci tangan minimal 20 detik dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Cuci tangan kita setelah membersihkan hidung, bersin, batuk serta sebelum dan sesudah makan. Apalagi jika kita keluar maka wajib hukumnya cuci tangan. Jika air dan sabun tidak ada, bisa menggantinya dengan hand sanitizer.

3. Menjaga jarak dan tidak berkerumun

Jika terpaksa keluar rumah maka kita harus menjaga jarak minimal 1,5 meter dan hindari berkerumun. Di tempat publik seperti rumah sakit, restaurant dll, kursi dan meja diberi tanda silang dengan jarak minimal 1,5 meter. Saya sendiri sejak Juni 2020 sudah mulai WFO 3 kali dalam seminggu, untuk mengurangi kontak dengan orang lain saya membawa bekal sehingga tidak perlu makan siang di kantin.

4. Olahraga ringan

Berada di rumah saja membuat tubuh jadi kurang aktif, saat WFH bawaannya mager mulu. Seharian duduk di depan laptop menulis berita, mendesain materi publikasi hingga mengelola akun sosmed kantor lewat HP. Untuk itu kita harus tetap berolahraga meskipun sedang pandemi. Cukup olahraga ringan untuk meregangkan otot. Kalau saya sih biasanya bermain badminton bersama keluarga atau menemani anak-anak bersepeda.

5. Menjaga Daya Tahan Tubuh

Kesibukan menjalankan berbagai peran kadangkala membuat saya lupa waktu. Waktunya makan malah ditunda-tunda karena kerjaan nanggung, padahal perut sudah keroncongan. Waktunya tidur malah saya pakai buat begadang menulis blog atau mengedir video. Akibatnya tubuh saya pun mulai protes karena terus-menerus dieksploitasi.

Perut kembung dan masuk angin menjadi penyakit langganan jika saya mengesampingkan makan dan istirahat. Sejak kecil saya sudah terbiasa makan tepat waktu, jika sampai telat banget maka maag dan asam lambung saya langsung kambuh. Akibatnya perut terasa perih dan kembung. Ditambah lagi jika kurang tidur, maka masuk angin akan melengkapi penderitaan saya.

Nggak enak banget deh kalau masuk angin dan perut kembung kambuh, mau kerja atau ngonten jadi nggak bisa maksimal. Kepala pusing, mual dan muntah, perut terasa penuh dan sesekali perih seperti ditusuk-tusuk. Kalau sakit langganan kambuh maka saya akan segera membuat ramuan Herbadrink Sari Jahe yang sudah saya percaya bertahun-tahun.

Mengapa Herbadrink?

Di pasaran banyak minuman herbal namun pilihan saya tetap Herbadrink. Bukan tanpa alasan saya memilih Herbadrink, yang pertama Herbadrink diprodukis oleh Konimex, perusahaan farmasi yang sudah dipercaya oleh masyarakat Indonesia sejak tahun 1971 memproduksi obat-obatan yang teruji klinis dan tidak diragukan lagi khasiatnya.

Alasan kedua, Herbadrink dibuat  berdasarkan resep tradisional Indonesia dengan menggunakan rempah dan tanaman herbal yang sudah lama dikenal khasiatnya untuk menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh. Kalau zaman dulu nenek moyang kita minum jamu, nah generasi zaman now cukup minum Herbadrink aja.

Meskipun menggunakan bahan tradisional, namun Herbadrink diproses menggunakan teknologi modern tanpa merusak manfaat alaminya. Herbadrink dikemas secara praktis dan higienis sehingga kita tinggal menyeduhnya.

Last but not least, Herbadrink tidak menggunakan  bahan pengawet  sehingga tetap aman bagi tubuh meskipun diminum rutin. Trus tanpa endapan dengan rasa yang enak dan segar, itulah sebabnya saya suka minum Herbadrink jika badan kurang fit.

Pilih Sesuai Kebutuhanmu

Oh iya Gengs Biru, Herbadrink tersedia dalam 12 varian yaitu Sari Jahe, Sari Temulawak, Chrysanthemum, Kunyit Asam, Kunyit Asam Sirih Plus Madu, Beras Kencur, Kopi Ginseng dan Wedang Uwuh. Bagi Anda yang sedang mengurangi konsumsi gula karena alasan kesehatan atau sedang berdiet rendah gula, kini Herbadrink hadir dengan varian Sugar Free yaitu Sari Jahe Sugar Free, Sari Temulawak Sugar Free, Chrysanthemum Sugar Free dan Lidah Buaya Sugar Free.

Saya biasanya menikmati Herbadrink Sari Jahe dengan air hangat jika mulai masuk angin, sehabis minum badan langsung terasa hangat dan lebih nyaman. Kalau mau pakai air es juga bisa lho, rasanya jadi lebih segar. Itulah sharing Papa Ihwan bagaimana tetap aktif dan fit di tengah pandemi yang kita belum tahu kapan akan berakhir ini. Kalau versi kalian gimana? Sharing dong di komentar.