Alur Proses Vaksinasi AstraZeneca dan Efek Sampingnya
Assalamualaikum Gengs Biru, pandemi Covid 19 masih berlangsung hingga hari ini. Bahkan di beberapa negara muncul varian baru dari Virus Corona yang lebih ganas seperti B.117 asal Inggris, kemudian B.1351 asal Afrika Selatan dan varian mutasi ganda dari India B. 1617.
“Varian yang digolongkan dengan Varian of Concern atau VoC yang diwaspadai itu ada tiga jenis yaitu B.117, B.1351, dan varian B1617. Varian B.117 ini diketahui memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi sekitar 36 sampai 75% dibandingkan dengan jenis virus yang beredar sebelumnya,” ungkap Jubir vaksinasi Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid pada konferensi pers virtual yang diadakan pada tanggal 4 Mei 2021.
Takut Disuntik Vaksin AstraZeneca
Untuk itulah kita harus lebih ketat menerapkan Prokes 5M dan melindungi diri dengan vaksin Covid 19. Sebagai Tenaga Kependidikan, saya sebenarnya sudah mendapatkan jadwal suntik vaksin Covid 19 pada bulan Maret 2021. Namun H-2 ada pengumuman dari Rektorat bahwa penyuntikan vaksin diundur untuk waktu yang belum bisa ditentukan. Saya menduga kalau penyebab pengunduran ini karena stok vaksin Sinovac sudah habis.
Nah pada bulan Mei 2021 di grup kantor diumumkan jika kami akan mendapatkan penyuntikan vaksin Covid 19 pada tanggal 24-25 Mei 2021. Tentu saja kami menyambut gembira kabar tersebut namun yang bikin kami takut adalah ternyata vaksin yang akan kami terima adalah vaksin AstraZeneca. Gimana nggak parno karena sebelumnya ada 3 kejadian orang meninggal setelah mendapatkan vaksin AstraZeneca.
Apalagi setelah saya konsultasi dengan teman-teman blogger, salah satu teman bilang kalau vaksin AstraZeneca sudah ditarik dan tidak boleh diberikan lagi. Makin takut lah saya dan teman-teman kantor bahkan sempat berpikiran untuk tidak ikutan vaksin. Beberapa staf di kantor saya memang ada yang menyatakan sejak awal tidak vaksin, kebanyakan yang sudah berusia di atas 50 tahun dan memiliki riwayat penyakit yang memang tidak boleh menerima vaksin Covid 19.
Untunglah sebelum pelaksaan vaksin, institusi kami mengadakan sosialisasi Vaksinasi AstraZeneca via zoom. Dalam acara tersebut dua dokter yang mewakili institusi menjelaskan bahwa vaksin Covid 19 yang akan diberikan kepada kami itu aman yaitu AstraZeneca CTMAV 546. Sedangkan vaksin yang ditarik peredarannya atau ditunda pemberiannya itu adalah AstraZeneca CTMAV 547. Alhamdulillah kami pun jadi lega mendengar penjelasan tersebut dan tidak takut lagi menjalani vaksinasi Covid 19.
Alur Proses Vaksinasi AstraZeneca
Pelaksanaan vaksinasi Covid 19 di tempat kerja saya diadakan di sebuah gedung pertemuan yang selama ini selalu dipakai untuk acara-acara besar di kampus. Sebelum menjalani vaksinasi kita harus memastikan kondisi tubuh kita sehat dan tidak mengalami stress. Takutnya kalau stress akan membuat tekanan darah menjadi tinggi atau malah terlalu rendah. Jangan lupa sarapan karena antrian vaksin cukup lama, bagi wanita berhijab pakailah pakaian dengan lengan baju yang mudah dibuka saat proses penyuntikan, pakai masker, bawa hand sanitizer dan tetap jaga jarak.
Alur proses vaksinasi AstraZeneca melalui beberapa tahap. Adapun tahap pertama yang harus dilalui oleh peserta vaksinasi AstraZeneca adalah mengisi Kartu Kendali Palayanan Vaksinasi Covid 19 yang berisi tentang data diri dan riwayat kesehatan. Setelah mengisi form ini, kami tinggal menunggu nama kami dipanggil oleh petugas. Tahap kedua adalah pemeriksaan kesehatan oleh perawat, yang meliputi pengukuran suhu tubuh dan tekanan darah. Waktu itu tekanan darah saya termasuk rendah yaitu 90/70 tapi Alhamdulillah saya tetap bisa menjalani vaksinasi.
Tahap ketiga adalah skrining yaitu berupa tanya jawab antara dokter dan peserta vaksinasi tentang riwayat kesehatan. Di tahap ini peserta harus jujur menjawab apakah memiliki penyakit penyerta (comorbid) atau tidak. Peserta juga bisa berkonsultasi, kebetulan saya sempat mendengar sesi tanya jawab peserta sebelum saya. Peserta ini seorang wanita yang ternyata memiliki rencana program hamil which is nggak boleh mendapatkan vaksin Covid 19. Oleh dokter, dia diminta untuk rundingan dengan suaminya apakah memilih program hamil atau vaksin.
Alur proses vaksinasi AstraZeneca sampailah pada titik yang mendebarkan yaitu penyuntikan vaksin AstraZeneca. Peserta dipersilakan menuju bilik vaksin dimana peserta pria dan wanita disuntik dalam bilik yang berbeda. Saya agak deg-degan ketika berjalan menuju bilik vaksinasi. Untungnya sih para petugas vaksinasi nggak galak bahkan mereka mengizinkan saya mengabadikan setiap tahapan baik itu berupa foto maupun video. Jadi saya bisa lebih rileks.
Gimana sih rasanya disuntik Vaksin AstraZeneca??
Dokter yang menyuntikkan vaksin pada saya cukup ramah, dia juga mengizinkan saya ngevlog saat disuntik. Selain untuk dokumentasi, saya ngevlog untuk mengalihkan perhatian saya saat disuntik. Kan malu kalo keliatan kesakitan saat disuntik. Sebelum menusukkan jarum, dokter memberitahu saya terlebih dulu.
Eh ternyata suntikan Vaksin AstraZeneca tidak sesakit yang saya bayangkan. Rasanya tuh kayak digigit nyamuk. Padahal saya mengira sakitnya tuh bakalan kayak kalo kita disuntik dokter saat sakit. Beneran deh saya nggak bohong, sakitnya tuh nggak seberapa kok.
Setelah selesai disuntik peserta menjalani Tahap kelima yaitu Observasi. Dibutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk menunggu terjadinya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi atau KIPI. Kami menunggu giliran untuk dipanggil petugas guna menjawab pertanyaan seputar gejala yang dialami. Jika tidak ada gejala yang serius maka kami pun diperbolehkan pulang.
Setiap peserta mendapatkan obat penurun demam dan nyeri (Paracetamol) sebanyak 3 butir. 1 butir diminum setelah tiba di rumah, 2 butir selanjutnya diminum jika peserta merasakan demam atau nyeri. Alur proses vaksinasi AstraZeneca untuk setiap peserta jika ditotal memakan waktu sekitar 45-50 menit, cukup lama sehingga kita perlu mempersiapkan kondisi tubuh agar fit.
Mungkin ke depannya perlu dipertimbangkan untuk mempersingkat alur proses vaksinasi AstraZeneca agar peserta tidak perlu menunggu terlalu lama dan menghindari berkerumun. Hal ini bisa memperkecil resiko penularan virus Covid 19.
Efek Samping Vaksin AstraZeneca
Sehabis menjalani vaksinasi Covid 19, saya tetap lanjut bekerja karena saat itu ada tugas yang harus dikerjakan. Selama bekerja itu saya tidak merasakan efek samping yang serius, hanya sedikit kemeng (pegal) di lengan kiri yang baru saja disuntik.
Oh iya Gengs Biru, sebenarnya dalam pemberian vaksin atau imunisasi tidak ada yang namanya efek samping. Dalam dunia kedokteran dikenalnya KIPI yaitu Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. Dalam alur proses vaksinasi AstraZeneca, petugas vaksinasi selalu menjelaskan tentang KIPI agar peserta tidak panik jika mengalami gejala-gejala seperti di atas.
Sampai tiba di rumah sore hari, keadaan masih baik-baik saja. Barulah sesudah sholat maghrib saya merasakan badan mulai demam, kayak orang mau sakit gitu. Trus lengan saya juga terasa makin pegal. Saya bertanya kepada rekan kerja yang lain, mereka juga mengalami hal yang sama. Malahan ada yang sampai menggigil. Sesuai dengan anjuran dokter, kami pun meminum Paracetamol guna mengurangi gejala yang kami alami.
Tapi ada Kipi Vaksin AstraZeneca yang enak yaitu kami jadi mudah merasa lapar. Jadi kalau orang sakit panas atau demam itu kan biasanya nggak nafsu makan, nah ini kami bawaannya pengin makan terus.
Kalo kata teman saya di Fakultas Kedokteran, kekuatan dari vaksin AstraZeneca ini memang lebih powerfull bila dibandingkan dengan vaksin Sinovac. Jadi wajar jika Kipi yang dirasakan juga lebih keras dan dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk penyuntikan vaksin tahap 2. Kami baru mendapatkan vaksin AstraZeneca tahap 2 bulan Agustus nanti.
Lalu sampai kapan efek samping vaksin AstraZeneca ini akan kita rasakan?
Setiap orang berbeda-beda sih, tergantung daya tahan tubuh masing-masing. Kalau saya setelah 2 hari vaksin sudah tidak merasa demam lagi namun lengan kiri masih terasa pegal. Malahan saya terpaksa menyetir mobil ke Blitar karena harus mengantarkan mertua pulang. Agak kuatir juga sih lengan kiri bakalan makin pegal karena harus memindahkan gigi sepanjang perjalanan.
Eh ternyata setelah sampai di Blitar, lengan kiri saya malah sudah tidak terasa pegal lagi lho. Nggak tahu kenapa, mungkin karena dibuat gerak terus sehingga rasa pegalnya hilang. Tapi sebenarnya memang setelah menjalani vaksin Covid 19 kita tetap harus menerapkan Prokes. Jangan mentang-mentang sudah divaksin trus jadi los dol. Saya sendiri setelah sampai di Blitar tidak kemana-mana, tetap beristirahat di rumah mertua.
Oke Gengs Biru, demikianlah sharing saya tentang pengalaman menjalani vaksinasi Covid 19 mulai dari alur proses Vaksinasi AstraZeneca hingga KIPI yang saya alami. Tidak perlu kuatir jika merasa demam, pegal dan capek, segera minum saja Paracetamol. Jika efek samping atau Kipi yang dialami tidak mereda segera melapor ke Satgas Covid terdekat atau hubungi kontak di bawah ini:
1. Komnas KIPI: komnasppkipi@gmail.com. Komnas ini sudah ada sejak dulu jadi bukan karena Covid aja
2. Form Laporan Kemenkes: https://keamananvaksin.kemkes.go.id/index.php/public/pelaporan
Trus Gengs Biru juga bisa baca-baca link di bawah ini untuk menambah pengetahuan seputar KIPI: https://persi.or.id/wp-content/uploads/2021/01/materi_komnas_kipi_rakernassus.pdf
Lengkap mas. Semoga ada banyak pembaca yang pas googling efek samping AZ masuk ke artikel ini dan jadi lebih paham tentang vaksinasi AZ
ReplyDeleteAlhamdulillah Mbak bisa nulis lengkap meskipun berhari-hari kelarnya.
DeleteAamiin semoga 1 tulisan ini bisa ikut membantu mengedukasi masyarakat agar ga takut lagi divaksin.
Wahh lengkap bgt mas ceritanyaaa. Aku jd tau gimana proses serta efeknya setelah vaksin covid ini.
ReplyDeleteAgak maju mundur ini mau vaksin mau memantapkan hati dulu, dgn baca2 banyak referensi kipinya itu seperti apa. Takut demam berkepanjangan juga krn aku hrs aktivitas. Repot kalo demam.
Anw, ternyata boleh ya ngevlog di tempat vaksin :))
Tfs ya.
Samaa kayak Ivon dia takut demamnya berkepanjangan makanya dia masih ragu. Iya boleh banget Mbak didokumentasikan, mungkin sekalian buat edukasi ke masyarakat.
DeleteMantuul banget pengalamannya Mas.
ReplyDeleteSekaligus mengedukasi publik ya.
Soale banyak yg gamang seputar vaksin ini sih.
Vaksi AstraZeneca dan vaksin Sinovac itu apa sih bedanya. Karena didaerahku kebnyakan sinovac. Efeknya ada yang pusing dan lemas. Hanya gara² itu ada sbngian masyarakat mencoba minum kelapa setelah vaksin. Katanya biar vaksin yg membuat pusing tdk aktif.
ReplyDeleteHeheh
Makasih Pap sudah sharing, buat aku yang belum vaksin ini jadi ada gambarannnya harus bagaimana dan apa saja persiapannya.
ReplyDeleteSenangnyaaa sudah divaksin, efeknya juga umum ya secara KIPI. InshaAllah jadi lebih merasa aman walau tetap kudu prokes. Padahal aku baca doang ini, kok ikut deg-degan ya hahaha.
ReplyDeleteJadi cair juga ya boleh ngevlog dan foto, jadi nggak kaku deh :D
Vaksin AZ ini justru diakui di Eropa sejak awal2 ya Mas. Bahkan di Saudi juga. Tapi kalau di beberapa negera hanya boleh untuk yang berusia 30 th ke atas. Bahkan ada yg hanya boleh untuk lansia 60 tahun ke atas. Alhamdulillah Mas Ihwan es nya ringan ya
ReplyDeleteTiap orang memiliki efek berbda-beda ya, Mas, sesuai dengan kondisi tubuhnya masing-masing. Temennya anak saya juga mengalami demam dan menggigil setelah divaksin, tapi hanya sehari aja.
ReplyDeleteKalau di Aceh masih pakai sinovac. setelah ini mungkin baru astrazeneca. rata2 mau sinovac atau AZ efek sampingnya mirip2 ya. bisa jadi karena pelarut vaksinnya sama. Karena yang saya baca, yang bikin efek samping mual, kebas, mengantuk, dll, adalah zat pelarut yang digunakan.
ReplyDelete