Besok Mas Aiman memulai tahun ajaran baru di kelas 2, salah satu persiapan yang harus kami lakukan adalah menyediakann buku-buku tulis. Kemarin Guru Wali Kelas sudah membagikan jadwal pelajaran untuk kelas 2 beserta warna sampul buku tulisnya. Bagi orang tua yang anak-anaknya masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) terutama SD Negeri pasti paham hal ini. Buku-buku tulis para siswa harus diberi sampul warna-warni sesuai dengan mata pelajarannya.
Di kelas 2 kali ini, ada lima warna yang dipergunakan antara lain:
- Ungu untuk buku Tematik
- Kuning untuk buku Agama
- Merah untuk buku Bahasa Inggris
- Hijau untuk buku PJOK
- Jingga/Oranye untuk buku Bahasa Jawa
Kertas warna yang biasa dipakai untuk menyampuli buku tulis anak SD adalah kertas sukung. Saya nggak tahu kenapa dinamakan kertas sukung, sejak saya kecil tahunya ya itu namanya hehehe. Saya nggak sengaja nemu berita di media online lokal Malang pada tahun 2015 yang memberitakan tentang kelangkaan kertas sukung di tahun ajaran baru. Hal ini tentu membuat para orang tua kelimpungan karena esok harinya harus dikumpulkan sesuai dengan warna yang sudah ditentukan.
Adapun tujuan penggunaan kertas sukung sebagai sampul buku tulis, dugaan saya agar buku anak-anak terlihat rapi dan seragam. Dengan diberikan sampul kertas warna maka tidak akan terlihat merk bukunya sehingga tidak ada kesenjangan sosial di antara para siswa. Namanya anak-anak pasti ada rasa iri jika melihat sampul buku temannya yang lebih bagus baik itu dari segi gambar maupun bahannya. Selain itu juga, dengan diberikan sampul kertas sukung sesuai mata pelajaran akan memudahkan siswa dan guru mengidentifikasi buku pelajaran.
“Mbak beli kertas sukung ada?” tanya saya pada pemilik toko yang menjual berbagai macam kertas.
“Ada, mau warna apa?”
“Merah, Kuning, Hijau dan Ungu.”
Mbak-mbak tersebut kemudian memilah-milah kertas sukung sesuai dengan permintaan saya.
“Berapa Mbak totalnya?”
“Enam ribu rupiah.”
Saya pun lalu mengeluarkan selembar uang sepuluh ribu rupiah. Saat menerima kertas sukung, saya baru ngeh kalau warna merahnya bukan warna merah primer. Menurut saya warnanya itu bukan merah yang murni, udah ada campuran warna lain.
“Mbak ini bukan merah deh, ini kayak pink.”
“Ini merah, kalau pink ya gini,” Mbak itu kemudian menunjukkan kertas sukung berwarna pink tapi lebih muda warnanya. Kayaknya percuma deh berdebat sama orang yang nggak ngerti varian warna merah, daripada membuang waktu dan energi saya pun mengiyakan ucapannya.
Sesampainya di rumah, istri pun protes dan malah menyalahkan saya kenapa saya tetap membelinya kertas sukung itu. Padahal jelas-jelas itu bukan warna merah. Dia kuatir kalau punya Mas Aiman nanti berbeda dari buku milik teman-teman sekelasnya.
Saya pun kemudian mencoba membeli kertas sukung di toko lain dan hasilnya zonk. Tidak ada kertas sukung berwarna merah primer, adanya pink dan pink tua. Tapi yang bikin saya lega, penjual di toko kedua ini sependapat dengan saya bahwa kertas sukung berwarna pink tua itu berbeda dengan warna merah. Padahal usia beliau jauuh lebih tua daripada Mbak di toko pertama, padahal biasanya anak muda lebih paham varian warna.
Hasil foto berbeda dengan aslinya, warna ungu jadi terlihat seperti biru
Daripada pusing nyari kertas sukung warna merah primer, akhirnya saya pulang dan tetap menyampuli buku tulis Mas Aiman dengan kertas sukung warna magenta. Nggak masalah kalau nanti buku Mas Aiman berbeda dengan milik teman-temannya, yang penting kan isinya. Ini hasil googling saya tentang aneka macam warna merah. Jadi nama warnanya itu Krimson, satu tingkat lebih muda dari warna merah. Keliatan kan, kalau kertas sukung yang saya dapat itu warnanya Krimson bukan Merah.
Gimana dengan Mama Papa, apakah punya cerita sejenis dengan saya yaitu kesulitan membeli kertas sukung untuk sampul buku tulis anak SD? Share juga yuk di komentar.
anakku baru masuk sd juga tahun ini tapi aku gak ngalamin nih pilih2 kertas sukung buat sampul buku tulisnya, seru juga apalagi pakai ada debat sama si mba yang mungkin perlu cek kesehatan mata biar bisa melihat perbedaan warna atau mungkin mbaknya lagi ningkatin revenue penjualan aja kali yah, hihihi karena aku juga lihat warnanya itu pink tua bukan merah yah...
ReplyDeleteBukunya bagus ya kalau dikasih kertas sukung. Btw inget pas sd juga tapi sampul bukunya gak Serapi sd sekarang hehe.
ReplyDeleteBelum pernah belikan anak kertas sampul buku. Tapi memang, setiap warna ada grade nya. Kadang susah juga jelaskan yang gak paham warna. Merah primer biasanya dibilang merah cabe, hehe
ReplyDeleteAdikku sudah SMP saja masih ada ketentuan untuk warna sampul buku. Tapi warnanya lebih seragam. Jadi, untuk kelas VII warna apa dan seterusnya.
ReplyDeleteTapi bener sih ya, biar nggak ada kesenjangan sosial mengenai lebih bagus buku siapa. Karena semua tersampul dengan warna yang sama.
Yaampun mba saya teh baru tahu kalau sampul buku SD anak sekarang harus disampuli kertas sukung warna-warni. Dulu saat saya SD sekitar tahun 2007-2012 itu masih juarangg nemu anak yang menyampuli bukunya. Biasanya pakai sampul yang custom atau sudah di print tinggal memberikan nama dan mata pelajaran saja. Tapi dengan adanya sampul buku serempak ini tentu ada sisi positifnya agar tidak ada kesenjangan, tapi sisi negatifnya mungkin sebagian ortu harus sedikit ribet mencari sampul. Anyway masalah soal warna ini kadang satu individu sm individu lain banyak berbeda pendapat mba, tergantung preverensi pengetahuan soal warnanya butt kadang ada saja golongan orang yang tidak tahu, hal yang mba alami itu juga pernah kejadian di saya mba dan aslii gemas sekali
ReplyDeleteWah...buku baru...
ReplyDeleteAku dulu paling menyambut baik dengan menyampul sendiri buku-buku tulis baruku.
Tapi anakku sekarang karena sekolah swasta, nyaris ga ada catatan. Buku tulis kakak, dari kelas 1 sampai sekarang masih bisa dipakai. Dan memang anaknya gak gampang move on. Hehehe...gak mau ganti buku kalau gak bener-bener sudah habis.
Padahal buku kaya Bahasa Sunda, gitu..gitu, jarang banget ada catetan.
Yang paling banyak catatan kaya pelajaran IPA IPS Bahasa Arab.
Eh, aku jadi so happy kalau cerita tahun ajaran baru.
Semoga kaka Aiman semakin semangat sekolah.
Dengan buku-buku cantiknya yang berwarna-warni.
Aku baru tahu mas kertas sulung ini. Dulu pas sd kalau nyampul buku pakai sampul coklat aja yang ada gambarnya itu lo yang ada tulisannya rajin pangkal pandai. Hihi
ReplyDeleteWarna memang bikin riweh. Ini masalah sampul buku, kalau saya dengan suami ribut gegara warna jilbab. Bagi suami, warna jilbab yang cerah merah, ya itu merah. Entah itu ada maroon, merah bata, merah tua, dan lainnya.
ReplyDeleteIni sampul bukunya jadi bagus ya. Cerah warna warni. Dulu jaman saya sekolah kan hanya kertas payung warna cokelat.
Ya ampun, udah lama banget nggak lihat sampul buku seperti itu. Sejak jaman anakku udah pakainya yang standar warna coklat aja, karena jarang nemu yang seperti itu hihihi
ReplyDeleteBaru tahu ada sebutan kertas sukung. Ini kertas manggis bukan ya? Kalau mahasiswa pas ospek pakai kode nomor supaya pas warnanya
ReplyDeleteBesok Mas Aiman memulai tahun ajaran baru di kelas 2, salah satu persiapan yang harus kami lakukan adalah menyediakann buku-buku tulis.
ReplyDeleteplease visit link Tel-U