Assalamualaikum
Gengs Biru, bagaimana kabarnya? Semoga selalu sehat dan dalam lindungan Allah
SWT ya, aamiin. Seharusnya tanggal 21 Agustus 2021 yang lalu saya
menjalani Vaksinasi Covid dosis ke 2 namun apalah daya takdir berkata
lain. Ternyata saya mendapatkan giliran juga untuk disapa oleh Virus Corona. Tanpa berbasi-basi, inilah cerita saya Positif Covid setelah Vaksin Pertama.
Saya mulai merasakan ada yang tidak beres dengan badan saya pada hari Jumat, 30 Juli 2021. Waktu itu sebelum berangkat mudik ke Blitar, saya merasa kurang enak badan yaitu sedikit demam dan flu. Semenjak adanya penerapan PPKM Jawa Bali pada bulan Juli kami memang belum pulang kampung ke Blitar. Mama Ivon sudah kangen desa dan mertua juga sudah sering menanyakan kapan kami pulang kampung. Maka ketika istri mengajak pulang pada akhir bulan saya pun menurutinya.
Awal Mula Merasakan Gejala
Saat gejala terjangkit virus Corona mulai terjadi, saya mengira masuk angin kumat karena belakangan memang kurang istirahat. Istri yang sudah hafal dengan penyakit langganan saya tersebut, membelikan saya minuman Sprite saat mampir di supermarket. Biasanya masuk angin saya akan berkurang bahkan sembuh setelah minum minuman bersoda tersebut.
Sepanjang perjalanan saya masih bisa mengendarai mobil dengan baik, hanya sekali berhenti di Bendungan Lahor untuk makan. Itupun kami makan di dalam mobil. Sempat kuatir kalau kami tidak bisa melintasi perbatasan Malang-Blitar karena PPKM masih diperpanjang. Alhamdulillah saat kami melintas di depan Bendungan Karangkates tidak ada penyekatan dan pemeriksaan.
Sesampainya di Dusun Popoh, saya mampir ke sebuah toko untuk membeli obat flu. Begitu sampai di rumah saya segera meminumnya dan beristirahat di kamar kami. Maghrib itu saya merasakan badan menggigil dan kedinginan. Saya pun memutuskan untuk tidak mandi meskipun sebenarnya badan sedikit gerah setelah nyopir. Iseng saya menggesek-gesekkan jari-jari saya di ketiak, biasanya aromanya akan tajam setelah berkeringat dan tidak mandi.
Tapi kok nggak begitu tajam ya, bahkan saya harus mendekatkan jari-jemari ke hidung baru benar-benar tercium tajam. Perasaan saya mulai nggak enak, khawatir jika itu merupakan anosmia yang merupakan salah salah satu gejala terinfeksi virus Corona. Saya lalu memberitahu Mama Ivon, sebagai langkah pencegahan saya tidur terpisah dengan anak istri. Mereka tidur di kamar sedangkan saya di ruang tengah. Biasanya Mas Aiman menemani saya tidur di depan TV.
Mulai dari malam hingga dini hari saya merasa sangat kedinginan, tidak seperti hawa dingin yang biasanya saya rasakan ketika tidur di situ. Saya pun kemudian pindah tidur di sofa yang ada di ruang tamu. Pagi harinya saya bangun masih dengan badan demam dan lemas.
Kondisi ini saya alami hingga hari Minggu, padahal obat flu sudah habis. Mertua menyuruh Mama Ivon untuk mengeroki saya namun dia tidak berani. Akhirnya mertua inisiatif mengerokin karena menurut beliau saya kena masuk angin. Sebenarnya saya sangsi sebab punggung saya tidak terasa dingin trus saya juga kuatir jadi kontak erat dengan beliau. Tapi karena beiau bersikeras akhirnya saya mau, siapa tahu nanti badan jadi enakan.
Ternyata punggung saya jadi merah setelah dikerokin, saya pun jadi menyakini kalau saya masuk angin. Apalagi setelah itu badan saya jadi lebih enakan. Sorenya kami pulang ke Malang, Alhamdulillah saya bisa mengendarai mobil dengan baik. Namun setelah sampai di Malang saya tetap menyendiri dan tidur di kamar depan.
Saya Dapat Giliran Juga Akhirnya
Esok harinya kondisi saya masih sama, total sudah 4 hari sehingga hal ini membuat saya dan istri curiga kalau ini memang bukan demam/flu biasa. Istri menyarankan agar saya tes SWAB untuk memastikan hal tersebut. Tapi saya ragu, pengin menunggu sehari lagi siapa tahu kondisi saya membaik. Trus saya konsultasi sama atasan langsung di kantor dan sahabat blogger, keduanya menyarankan agar saya tes SWAB. Bos kemudian cerita kalau anaknya beberapa waktu yang lalu juga positif Covid, malahan sekeluarga: anak, istri, mertua dan pembantunya. Semua gejala yang saya ceritakan sama dengan apa yang dialami oleh anaknya.
Setelah Dhuhur saya pergi sendirian ke sebuah klinik untuk menjalani tes SWAB. Sengaja pergi sendirian agar tidak kontak erat dengan istri dan anak-anak. Sebulan yang lalu saya pernah mengantar istri tes SWAB di klinik tersebut, waktu itu istri demam dan panas sampai 3 hari kemudian disertai dengan sakit tenggorokan. Alhamdulillah setelah tes hasilnya negatif.
Proses tes SWAB-nya cukup cepat, nggak ada semenit. Trus nggak sakit juga, karena saya dulu pernah melihat istri menjalani tes sehingga saya sudah tidak kaget lagi. Untuk hasil tes saya hanya perlu menunggu sekitar 30 menitan.
“Bapak Ihwan..?” petugas klinik memanggil nama saya.
“Iya Bu saya,” jawab saya seraya bangun dari kursi tempat saya menunggu hasil tes SWAB.
“Silakan masuk!”
Hati saya langsung berdebar-debar begitu perawat itu menyuruh saya masuk ke ruang pemeriksaan. Dokter klinik kemudian menjelaskan tentang status kesehatan saya. Saya sih nggak kaget. Berdasarkan pengalaman mengantar istri jika hasilnya negatif maka surat hasil tes langsung diberikan di luar ruangan. Tapi jika disuruh masuk ke dalam itu berarti POSITIF.
Dokter menjelaskan langkah-langkah apa yang harus saya lakukan setelah ini. Saya harus melaporkan diri ke RT, Satgas Covid di lingkungan terdekat atau puskesmas. Karena saya tinggal di daerah kecamatan Sukun maka puskesmas terdekat adalah Puskesmas Janti. Jika saya isolasi mandiri (isoman) maka durasinya adalah 10 hari + 3 hari tanpa gejala.
Setelah keluar dari ruang periksa, saya langsung memberitahu istri, keluarga besar, para sahabat, atasan langsung, satu grup bagian di kantor dan Bos Besar. Yang paling saya khawatirkan setelah mengetahui bahwa saya Positif Covid adalah mertua di Blitar. Mengingat usia beliau dan memiliki riwayat penyakit maag dan masalah di kaki, apalagi beliau di desa sendirian.
Hati saya akhirnya ambyar saat perjalanan pulang, air mata mengalir tak terbendung manakala memikirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk jika anak, istri dan mertua tertular oleh saya. Saya bukan termasuk orang yang nggak percaya Covid, saya sudah vaksin dosis pertama, kemana-mana juga mengenakan masker.
Selama ini saya sering melihat video-video orang yang harus kehilangan anggota keluarga tercinta karena Covid di sosmed. Hati ini selalu berdebar dan mengucap istighfar jika mendengar suara sirine ambulance di jalan, saya berdoa agar orang sakit yang ada di dalamnya lekas dapat pertolongan. Setiap habis sholat saya juga selalu berdoa memohon kepada Allah agar melindungi kami sekeluarga besar dari virus Corona. Tapi ternyata hari itu saya harus menerima kenyataan bahwa saya ditakdirkan terkena juga akhirnya.
Sesampai di rumah saya pun masuk lagi ke kamar depan. Sebelum saya masuk rumah, Mama Ivon dan anak-anak masuk ke kamar belakang. Setelah saya berada di dalam kamar, barulah mereka keluar. Saya segera melapor ke Pak RT dan Petugas Satgas Covid yang kebetulan juga tetangga saya. Laporan saya kemudian diteruskan ke Puskesmas Janti. Bos Besar sempat menanyakan apakah saya mau isolasi di rumah atau Safe House Malang. Saya jawab kalau saya isolasi mandiri di rumah saja.
Sempat ada rencana agar anak-anak segera diungsikan ke rumah Bulek yang tidak jauh dari rumah kami, namun kami batalkan karena mereka harus menjalani tes dulu demi mencegah penularan virus lebih luas lagi. Kepastian kapan anak dan istri akan menjalani tes SWAB baru saya dapatkan malam hari sekitar habis Maghrib. Adalah Bu Indah, staf dari Puskesmas Janti yang menghubungi saya dan mengatur jadwal tes SWAB untuk anak istri. Jadi jika kita melapor ke Puskesmas maka anggota keluarga lain atau kontak erat harus menjalani tes SWAB untuk memastikan statusnya dan tracing sampai dimana penyebaran virusnya. Tes-nya gratis alias tidak dipungut biaya, jadi Gengs Biru tidak perlu kuatir.
Malam itu saya kembali tidur sendirian di kamar depan, perbedaan dari malam sebelumnya saya sudah mengetahui status kesehatan saya. Banyak sekali ucapan, doa dan tips-tips yang dikirimkan oleh kerabat, teman-teman blogger yang saya terima via WA. Semuanya itu cukup memberikan suntikan semangat dan pengetahuan apa yang harus saya lakukan selama menjalani isoman. Terutama ketika saya merasakan nafas mulai terasa berat dan dada sedikit sesak, saya takut jika sampai kekurangan oksigen atau bahkan tak bisa bernafas seperti kasus-kasus pasien Covid yang belakangan terjadi.
Saya sudah menonton dan mencoba posisi Prone atau Proning namun nafas saya tetap terasa berat, seperti ada yang mengganjal di dada. Saya juga mengalami imsomnia atau kesulitan tidur, membuat saya tak bisa beristirahat, melamun di tengah malam dan akhirnya terbayang-bayang tentang kematian. Siapa sih yang ingin mati, apalagi jika masih memiliki buah hati yang masih kecil dan membutuhkan saya. Untunglah ada video Bapak Ary Ginanjar yang dikirimkan oleh salah satu kerabat yaitu berisi tentang tips sederhana penyintas Covid yaitu PMP: Pikiran Makanan dan Pernafasan.
Video ini cukup membantu saya terutama saat pikiran-pikiran negatif mulai muncul di kepala saya, tentang sesak nafas, gagal nafas hingga kematian. Kalau Makanan, Alhamdulillah sejak mengalami gejala Covid nafsu makan saya malah bertambah, lidah saya juga tidak pahit seperti yang banyak dikeluhkan oleh para penderita Covid lainnya. Untuk Pernafasan, posisi Prone mungkin harus dilakukan secara rutin dan hasilnya bertahap. Saya masih merasa nafas berat dan dadak sesak namun Alhamdulillah tidak sampai yang kesulitan bernafas.
Wah, tak terasa sudah panjang cerita yang saya tulis padahal ini baru tahap awal. Lalu bagaimanakah hasil tes SWAB istri dan anak-anak saya? Apakah saya tetap melakukan isolasi mandiri di rumah? Nantikan di tulisan selanjutnya. Terimakasih sudah membaca cerita saya, semoga Gengs Biru selalu dilindungi oleh Allah SWT dari virus Corona dan jangan kendor terapkan Prokes ya.
Semoga lekas sembuh, sedih dengar ceritanya kalau yang sudah taat prokes bahkan vaksin saja bisa tertular apalagi yang engga. Jaga kesehatan dan patuhi prokes, ya, terima kasih ceritanya memotivasi. Semangat!
ReplyDeleteSaya rasa wajar sih sebetulnya kalau Mas Ihwan masih kena Corona, karena vaksin Mas baru satu dosis. Perlindungan dari vaksin untuk Corona baru optimal jika sudah memperoleh dosis kedua.
DeleteUntung sekarang Mas Ihwan sudah sembuh ya, Mas. Semoga virusnya memang sudah mati dan tidak akan menimbulkan penyakit kembali di kemudian hari.
Saya baru-baru ini sembuh dari covid. Awalnya setelah vaksin pertama kondisi tubuh saya ngedrop, & batuk-batuk. seminggu kemudian ternyata ada teman kantor yg positif. Saya diminta swab sama kantor, hasilnya negatif, tapi untuk sementara dilarang masuk kerja karena masih batuk. Untuk jaga-jaga saya pakai masker di rumah meskipun sedang tidur. Malamnya tubuh menggigil, kemudian demam tinggi, tulang & persendian sangat ngilu. besoknya belum swab ulang karena suami masih menganggap hasil swab kemarin benar. 3 hari kemudian saya merasa hidung saya aneh karena seperti selalu tercium bau kabut. 2 hari setelahnya pas malam takbiran saya baru sadar kalau tidak bisa mencium bau apapun. Suami saya beritahu supaya besok tidak kemana-mana, tunggu sampai saya selesai tes antigen. Besoknya saya ke puskesmas, disana dites ternyata hasilnya positif. Suami & anak-anak saya akhirnya juga dites. Hasilnya suami & anak pertama negatif, tapi anak kedua saya positif. BEnar-benar sedih & merasa bersalah pada keluarga. Kondisi anak kedua sempat menurun, karena tidak mau makan & minum, mungkin juga karena sedih harus pisah dengan kakaknya. Alhamdulillah seluruh keluarga besar memberi dukungan. Selama isoman saya merenungi dimana letak kesalahan saya sampai bisa tertular. Kemungkinan besar berasal dari ATK yang dipinjam teman kerja saya, & saya tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh bagian wajah saya. Tgl 31 juli saya minta tes antigen lagi meskipun masih batuk karena merasakan sakit yang aneh itu sudah hilang, dan memang masa isoman sudah selesai. Hasilnya negatif. Tetap kami teruskan berjemur, terapi uap & senam ringan supaya kondisi tubuh segera pulih. 2 minggu kemudian tes PCR dalam kondisi masih batuk, hasilnya juga sudah megatif. Sekarang sudah 10 hari sejak tes PCR. masih sedikit batuk, sudah tidak terlalu lemas lagi, tapi tubuh masih belum se-fit dulu. Jalan kaki agak jauh masih ngos-ngosan.
ReplyDeleteUntuk semuanya tetap terapkan 5M dengan benar. Jangan sampai seperti saya yang lengah soal cuci tangan. Jangan anggap covid itu sama seperti flu, karena sepintas gejalanya mirip, tapi rasa sakitnya benar-benar beda.
Semoga yang sakit segera diberikan kesembuhan.
saya yang juga alumni covid dengan gejala yang lebih berat, tapi saya berusaha tetap positif supaya bisa merawat ibu yang kebetulan juga positif. Kalau saya down takutnya ibu malah down juga. Dikuat-kuatin gitu
ReplyDeleteLekas sembuh mas. Positive thinking sambil dijaga asupan gizinya. Semoga bisa kembali beraktivitas seperti sedia kala.
ReplyDeleteSyafakillah ya Kak. Kesehatan kembali normal. Dan bagi yang tidak percaya Covid tolong jangan gaduh. Covid itu ada jangan ditambahi lagi kegaduhan lain. Suka sedih. Yang terkena Covid bisa yuk bisa untuk sembuh. Semangat.
ReplyDeleteJadi inget beberapa bulan lalu, teman saya juga positif Covid-19 usai vaksin, malah sudah dosis kedua. Usut punya usut ternyata dari anaknya yang menularkan karena dia sudah main di mana. Pulang-pulang bawa virus. Nah ibunya itu, teman sekantor saya. Alhasil, satu kantor seruangan 7 orang, yang negatif hanya 3 orang. Jadinya ya sudah, WFH. Wkwkwkwkw
ReplyDeleteGejalanya bervariasi banget dari temen-temen yang kena. Ada yang gejala ringan, ada yang gejala berat. Ya ini temanku yang terkena dari anaknya, termasuk gejala berat. Sampai susah buat napas. Alhamdulillah sekarang sudah sembuh.
Stay health semuanya ya... jaga prokes kita. Sedih kalau ada temen-temen yang satu per satu kena Covid-19 :(
Sekarang kondisinya gimana, Mas? Semoga sehat selalu ya.
ReplyDeleteAku langsung search nih, yang soal Pikiran Makanan dan Pernapasan. Ini sesuai dengan yg dishare mertuaku kmrn saat beliau positif covid dan sekarang sudah sembuh.
Masyaallah... alhamdulillah sudah sembuh ya mas. Saya tuh juga mengira kalau positif karena memang gejelanya mirip sekali dengan saya loh. Saya pun deg-degan pas tahu kalau positif, perlu banget manajemen stress ya mas.
ReplyDeleteSyafahullah,
ReplyDeleteSemoga keadaannya bisa segera fit dan semakin sehat, dijauhkan dari sakit yang berat dan virus.
Doa terbaik untuk keluarga kak Ikhwan juga..
Kemarin menjalani treatment dan konsumsi obat atau vitamin apa aja, kak?
DeleteSubhanallahu~
Semoga takdir ini menjadikan kak Ikhwan dan keluarga menjadi semakin kuat dan memiliki kekebalan tubuh yang baru.
Semoga cepat segera pulih, penasaran sama next ceritanya semoga istri dan anak mas swabnya negatif semua ya Aamiin.
ReplyDeleteUntungnya ya pas timbul gejala covid itu justru makannya makin banyak, jadinya membantu juga sih untuk asupannya. Biasanya yang susah makan itu malah dikhawatirkan karena nggak ada asupan yang masuk ke tubuh.
Semoga lekas sembuh mas..
ReplyDeleteDaku juga punya teman yg terkena covid setelah vaksin pertama. Tapi Alhamdulillah gejalanya ga terlalu berat.
Dimasa kaya gini kita memang mesti hati-hati bener yaa mas.
Masyaallah Mas ceritanya sangat menginspirasi. Semoga semua yang sedang isoman, postif covid terutama yang sedang menderita gejala berat segera diangkat penyakitnya. Sembuh semua. Tetap jaga pikiran, makanan, dan pernapaan. Ya Allah, semoga virus ini segera musnah dari muka bumi.
ReplyDeleteHasilnya sudah keluar belum, kak?
ReplyDeleteMoga senantiasa diberikan sehat buat kakak dan keluarga. Aamiin.
Habis vaksin dan ternyata positif? Pasti gak mudah sih ya. Kudu tetap positif thinking biar kondisi mental lebih baik
ReplyDeletesemoga setelah ini sehat-sehat selalu ya buat Mas Ihwan dan keluarga biru. aku sempet nontonin beberapa video Mas Ihwan selama isoman di tiktok. Yang penting selalu berusaha berpikir positif ya
ReplyDeletePerjalanan sakit yang panjang dan sembuh yang butuh proses yang lama pula ya Pap, tapi allhamdulillah semua teratasi dengan baik. Sehat-sehat semuanya, aamiin.
ReplyDeleteTidak pernah menduga bisa Positif Covid-19 stlh vaksin pertama ya mas. Jadi inget temenku juga ngalamin yg sama
ReplyDeleteSmoga kedepannya bisa lebih baik dan diberikan kesehatan selalu ya mas
Lha kok malah sprite Wan? Awalnya dikira vertigo kumat gtu ta? Tp emang boleh minum sprite?
ReplyDeleteUntung udah vaksin walau sekali ya jd gejalanya gak parah, eh tapi sempet sesak itu ya
Dan untung di Malang ada aksesnya bisa dirawat dengan cepat ya
Semoga selanjutnya sehat2 terus dan bisa segera vaksin kedua, ingat2 juga prokesnya tetep
Aku mlah ngerasa ga enak badan setelah vaksin kedua Mas. Udah deg2an karena pe meriang, dan sakit tenggorokan. Untung 3 hari sembuh. Ternyata malah muncul sariawan. Alhamdulillah skrg udah sembuh ya mas
ReplyDeleteTermasuk kuat sekali ya, dari berangkat sampai pulang, padahal sudah ada gejalanya. Memang tersamar dengan sakit-sakit yang biasa. Tapi bedaaaa banget kalau sangat teliti menelisik ke dalam. Teman yang tak percaya akan mengatakan mengada-ada.
ReplyDeleteKalau saya waktu kena yang paling terasa itu paru-paru. Mungkin karena sering flu jadi terasa sekali. ngerjain tugas harian sudah bikin dada sakit dan napas jadi ga normal.
Tapi selama bukan aktivitas fisik memang cukup ok sih, kecuali mata yang jadi rabun.
Alhamdulillah kalau sudah sehat ya mas
ReplyDeletememamg meski sudah di vaksin, kita masih punya peluang terjangkit virus ini
makanya meski sudah vaksin harus tetap jaga protokol kesehatan
Waduh, ada beberapa teman pernah mengalami hal serupa juga. Syukur alhamdulillah deh kalau sudah sehat dan dapat beraktivitas seperti biasa. Ini menjadi pengalaman yang tak terlupakan
ReplyDeleteDi kantor saya juga ada kak yang positif Covid setelah vaksin
ReplyDeleteMemang ya walaupun sudah vaksin tetap harus jaga protokol kesehatan
Semoga cukup sekali aja ya kena covid.. begitu juga dengan anggota keluarga..orang dekat..kita semua..semangat sehat.
ReplyDeletebaru tau sprite bisa nyembuhin masuk angin
ReplyDeletentar minum ah kalo masuk angin
saya suka banget tulisannya, karena banyak baca tentang penyintas Covid, tulisan Mas Ihwan ter the best, runtut, lengkap dan informatif
gak kerasa tau tau udah sampai bawah
ditunggu lanjutannya ya
alhamdulillah sekarang sudah sembuh ya, mas. kalau di keluargaku kemarin banyak yang sakit, mas dengan gejala covid tapi nggak bisa periksa karena puskesmasnya juga tutup karena nakesnya kena covid. alhamdulillah sekarang sudah sehat semua. semoga wabah covid ini bisa segera berakhir ya mas agar kita bisa hidup dengan normal lagi
ReplyDeleteSekarang udah sembauh ya mas.., semoga keluarga sehat bahagia selalu, awal tahun sami say sempat kena juga...dan mesti isolasi di RS.
ReplyDelete