Assalamualaikum Gengs Biru. Saat kita positif terjangkit virus Corona dengan gejala ringan sampai sedang, kita harus melakukan isolasi agar tidak menularkan virus kepada keluarga, tetangga atau orang lainnya. Durasi isolasi 13 hari sejak hasil tes kita keluar. 13 hari itu terdiri atas 10 + 3 hari tanpa gejala. Ada dua pilihan bila kita melakukan isolasi yaitu isolasi mandiri (isoman) di rumah atau di fasilitas isolasi terpusat atau isoter. Nah pada tulisan kali ini saya mau berbagi pengalaman isolasi yang pernah saya jalani.
Awalnya
saya ingin isolasi mandiri di rumah karena ingin tetap dekat dengan keluarga,
saya takut jika di isolasi di isolasi terpusat (isoter) akan membuat saya
merasa sedih dan sendiri karena jauh dari keluarga. Bayangan saya sudah yang
enggak-enggak, takut kalo di sana nanti saya nggak betah dan gejala yang saya
alami makin parah. Tapi ternyata baru sehari menjadi isolasi mandiri di rumah,
saya malah stress karena takut menularkan virus pada istri dan anak-anak.
Istri
dan anak-anak tidak bisa mengungsi ke rumah Bibi karena mereka kontak erat
dengan saya. Mereka harus menjalani tes SWAB terlebih dulu untuk memastikan
kondisi kesehatan mereka.
Yang
menjadi kendala adalah rumah kami hanya memiliki 1 kamar mandi dan ini sangat
menyulitkan saya saat ingin buang air kecil dan besar, mandi bahkan untuk
wudhu. Kalau saya mau ke kamar mandi, istri dan anak-anak segera masuk ke kamar
tidur. Saya harus menggunakan peralatan mandi yang berbeda seperti gayung
misalnya. Setelah saya menggunakan kamar mandi, saya harus menyiram lantai
dengan cairan pembersih agar virus yang mungkin menempel di kaki dan tertinggal
di lantai mati. Begitu juga dengan peralatan makan harus terpisah, tidak boleh
gonta-ganti dan dicuci terpisah dengan peralatan makan yang dipakai anggota
keluarga lainnya.
Tips Isolasi Mandiri di Rumah
Lalu
bagaimana agar isolasi mandiri di rumah menjadi nyaman dan aman baik bagi diri
kita maupun anggota keluarga lainnya? Isolasi mandiri di rumah butuh persiapan
yang matang, mulai fisik, materi hingga mental. Kita jangan melakukan isolasi
mandiri tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter karena dokterlah yang
berkompeten menentukan apakah pasien cukup isoman di rumah, di fasilitas
isolasi terpusat atau harus dirawat di rumah sakit.
Jika
dokter sudah memberikan keputusan bahwa kita cukup isolasi mandiri di rumah
maka kita harus melakukan persiapan antara lain:
1.
Tempat Isoman
Melakukan isolasi mandiri di rumah
tentunya harus disiapkan dimana kita akan melakukan isolasi. Lebih mudah jika semua
anggota positif Covid sehingga tidak perlu isolasi di ruangan terbatas misalnya
di kamar saja. Jika di rumah ada yang sehat maka perlu dipikirkan masak-masak
apakah anggota keluarga yang sehat tetap tinggal serumah atau mengungsi
sementara ke rumah kerabat. Jika terpaksa harus tinggal serumah maka harus
diterapkan prokes yang ketat. Idealnya sih tersedia ruang gerak yang leluasa
baik bagi yang sakit atau sehat, kamar mandi yang terpisah dan sirkulasi udara
yang baik.
2.
Nomor kontak dokter
Kita harus memiliki nomor kontak
dokter agar lebih mudah berkonsultasi dan kondisi kita tetap terpantau selama
isolasi. Dengan adanya nomor kontak dokter kita bisa terhindar dari isu atau
hoax terkait Covid 19 karena dokter pastinya memiliki pengetahuan kesehatan
yang lebih kompeten. Berdasarkan pengalaman saya, selama isoman banyak sekali
tips dan obat agar sembuh dari Covid dari kerabat dan teman. Nah kita harus
konsultasi dulu dengan dokter, jangan menelan mentah-mentah semua tips dan obat
yang yang disarankan.
Kalau saya memiliki 2 kontak dokter
yaitu dokter dari Satgas Covid di kantor dan dokter dari puskesmas terdekat.
Dokter dari Satgas Covid kantor setiap hari selalu menanyakan kondisi saya via
WA, dokternya selalu gonta-ganti sih tergantung jadwal piketnya.
3.
Peralatan kesehatan
Selama isoman kita harus rutin
memeriksa sendiri kondisi kesehatan tubuh kita, untuk itu perlu peralatan
kesehatan antara lain:
·
Termometer untuk mengukur suhu tubuh, catat di
buku untuk memudahkan pemantauan. Jika ada perubahan suhu yang drastis segara
hubungi dokter atau RS.
·
Oximeter untuk mengetahui kadar saturasi oksigen
di dalam tubuh kita. Jika kondisi kita fit maka saturasi oksigen di angka 95 ke
atas. Jika oximeter menunjukkan angka 95 bahkan di bawahnya segera hubungi
dokter atau RS.
·
Alat kesehatan yang disesuaikan dengan komorbid
contohnya pengukur tensi darah atau gula darah.
4.
Support System
Gengs Biru harus paham bahwa Positif
Covid 19 bukan aib, jangan malu atau takut memberitahu keluarga, tetangga,
sahabat dan teman jika kita isoman. Kita membutuhkan bantuan mereka untuk
memenuhi kebutuhan selama isoman seperti makanan, obat-obatan juga dukungan
moril agar kita tetap semangat dan tidak merasa sendirian menjalani isolasi.
5.
Tas Darurat
Tidak ada salahnya jika kita
menyiapkan tas darurat bila mendadak kita harus pindah ke fasilitas isolasi
terpusat atau RS. Tas darurat ini berisi KTP dan kartu BPJS asli dan fotokopi,
surat hasil tes SWAB, pakaian ganti secukupnya dan peralatan yang bisa menemani
kita selama di isoter atau RS misalnya buku atau gadget.
Lalu obat yang harus dikonsumsi selama isoman apa saja sih?
Inilah
pentingnya Gengs Biru melaporkan diri ke Puskesmas atau Satgas saat positif
Vovid karena kita membutuhkan informasi yang benar obat apa saja yang harus
kita minum selama isoman. Dokter akan memberikan obat tergantung kondisi masing-masing
pasien. Kebutuhan obat setiap pasien berbeda, jangan menyontek obat atau
berdasarkan testimoni dari penyintas Covid 19. Jangan membeli obat atau
antiobiotik tanpa resep dokter. Selain obat, sebaiknya juga minum vitamin
terutama vitamin C dan D. Namun jangan lupa sumber vitamin yang utama dari
sayuran, buah dan jangan lupa berjemur di bawah sinar matahari pada pagi hari.
Menjaga Kebersihan Selama Isoman
Selama
melakukan isoman di rumah tentunya harus menjaga kebersihan diri agar memperlancar
proses penyembuhan dan mencegah penularan virus ke kerabat atau tetangga. Yang harus
dijaga kebersihannya ada 2 macam yaitu:
1.
Pencucian pakaian dan peralatan makan pasien.
Jika pasien masih mampu berakvitas sebaiknya mencuci pakaian dan peralatan
makan sendiri. Namun jika tidak bisa harus dperhatikan beberapa hal antara
lain: orang yang membantu mencuci pakaian dan peralatan makan harus selalu
menggunakan masker dan sarung tangan. Setelah selesai mencuci, buang segera sarung
tangan dan cuci tangan dengan sabun. Jangan mengibas-ibaskan pakaian dan sprei karena
droplet bisa menyebar.
2.
Sampah pasien Covid 19. Sampah pasien
Covid 19 adalah sampah medis yang bisa menjadi media penularan atau penyebaran
virus, oleh sebab itu harus diperlakukan dengan hati-hati.
· Jangan
dicampur dengan sampah biasa, sendirikan di kantong sampah berwarna kuning
sebagai penanda sampah medis.
· Harus
segera dibuan dalam waktu 12-24 jam
· Tutup
rapat dan semprotkan desinfektan sebelum dibuang.
Bagaimana
Gengs Biru, cukup ribet juga ya isolasi mandiri di rumah? Apalagi jika di dalam
rumah ada yang sehat, harus ekstra ketat dalam penerapan protokol kesehatan
agar tidak sampai menular. Itulah mengapa saya akhirnya memilih untuk isolasi
di fasilitas isolasi terpusat yaitu di Safe House Malang.
Beberapa
keuntungan menjalani isolasi di isolasi terpusat antara lain: kondisi kesehatan
lebih terpantau, mendapatkan pengobatan yang tepat, lebih mudah dalam
beraktivitas seperti makan, ibadah dan olahraga dan mencegah penularan pada
anggota keluarga lainnya. Dari sisi psikologis juga saya merasa lebih tenang
karena saya tidak kuatir menulari orang lain dan bisa sharing dengan sesama pasien
di isoter. Sehingga saya tidak merasa sendiri dan tetap semangat untuk sembuh.
Kalau
mau tahu bagaimana cerita saya menjalani isolasi di Safe House Malang, nantikan
di tulisan saya berikutnya. Tapi jika sudah nggak sabar bisa juga menonton vlog
saya yang ada di atas ya, jangan lupa tinggalin komen dan share agar lebih
banyak orang yang tahu bahwa menjalani isolasi di isoter itu tidak seseram yang
dibayangkan.
Bener nih kalau sudah isoman kita harus melakukan tips ini, karena gak akan ada yang apa yang terjadi. Semoga kita semua tetap sehat, stay safe
ReplyDeleteMasa-masa yang telah terlewati sekarang bisa dijadikan pelajaran ya Pap, allhamdulillah kesehatan masih menaungi kita semua. Makasih tipsnya ya Pap. Semoga kita semua selalu bahagia dan sehat
ReplyDeleteSetiap orang punya pengalaman masing2 terkait isoman. Saya pernah ngalamin isoman juga tapi Alhamdulillah gejalanya ringan jadi saya segera pulih dan kembali beraktivitas seperti biasa. Semoga kita semua sehat selalu ya
ReplyDeleteSyukurlah gejalanya bukan yg berat ya mas. COVID ini Bener2 bikin mental down kalo kena. Jujurnya aku dan suami juga ngerasain yg sama pas positif dulu.. walopun kami berdua OTG sampe 2 bulan, Krn pas awal2 COVID masuk, hasil tes harus negatif baru dianggab sembuh. Kami OTG tapi tiap tes pcr, hasilnya msh positif trus sampe 2 bulan .
ReplyDeleteIsoman di rumah Itu memang hrs hati2. Jangan sampe malah menularkan ke orang yg negatif. Krn kami OTG, ga ada obat yg diksh, hanya rutin minum suplemen vitamin aja.
Sehat2 trus buat mas dan keluarga Yaa :)
di mana2 org pd blg kudu lapor ke puskes. di sekitarku kejadiannya gak seideal itu. sudah lapor tapi terkesan diabaikan. ibuku bahkan dr rs mau plg dipersulit pihak kelurahan, ribet
ReplyDeleteYang paling susah saat isoman tuh memang soal kamar mandi ini apalagi yang cuma ada 1. Tetanggaku bisa dibilang beruntung karena akhirnya mereka ke rumah ortunya sementara yang lain di rumah Mbahnya jadi satu
ReplyDeleteBener banget tipsnya. Semoga pandemi segera berlalu dan kita semua selalu sehat
ReplyDeletebagus banget tulisannya
ReplyDeleteterperinci, karena banyak yang "terperangkap" mau isoman di rumah, tapi keadaannya gak meemungkinkan
Isoman bisa dilakukan dgn baik dan benar, asalkan tahu kiatnya ya
ReplyDeletesemogaaaa sehat semua yo Mas
Sekaran waktunya menjaga kesehatan dg lebih memperhatikan detail ya bang.
ReplyDeleteHarus benar-benar jalani prokes super ketat yaa, kak.
ReplyDeleteDan ini pasti sangat berat bagi keluarga karena mental juga.
Semoga Allah segera angkat pandemi ini.
Aamiin~