Hallo Gengs Biru, setiap orang tua pasti bangga dan bahagia jika anaknya bisa mencapai sebuah prestasi baik itu di sekolah maupun di luar sekolah. Apalagi jika prestasi tersebut bisa dijadikan portofolio saat mendaftarkan diri ke jenjang sekolah yang lebih tinggi. Maka tak heran jika banyak orang tua yang mengikutkan anak-anaknya pada les ini itu misalnya les mewarnai, renang, model dan masih banyak lagi lainnya.
Kebetulan
saya sejak kecil suka menggambar dan mewarnai namun saat itu saya tidak tahu
harus bagaimana mengembangkan bakat yang saya miliki. Orang tua juga tidak kepikiran
untuk mengarahkan dan mengembangkan bakat saya. Ya saya memaklumi karena
kesibukan mencari nafkah dan keterbatasan informasi menjadi penyebabnya.
Aiman Ingin Memiliki Piala
Setelah
saya menjadi orang tua, saya sebenarnya ingin mengikutkan Mas Aiman les mewarnai
dan mengikutkan dia lomba-lomba mewarnai. Alhamdulillah di sekolah TK-nya saat
itu ada ekstra mewarnai dan beberapa kali juga ada info lomba mewarnai. Namun
ternyata Mas Aiman kurang berminat, bahkan pernah ikut satu lomba mewarnai dia
merasa kecapekan padahal gambarnya belum selesai. Dari situ akhirnya kami
menyadari kalo Aim nggak suka ikut-ikutan lomba, kami juga nggak mau memaksanya.
Takutnya kami jadi orang tua yang egois memaksakan keinginan memiliki anak yang
berprestasi padanya.
Namun diam-diam, Mas Aiman menyimpan keinginan
untuk memiliki banyak piala seperti salah satu teman TK-nya yang memang sering
ikutan lomba. Tapi ya gitu, kalo mau diikutkan lomba itu dia nggak mau karena capek
kalo harus mewarnai full. Lha gimana sih Nak hehehe
Saat
dia duduk di bangku TK B kami mengikutkan dia les baca tulis dan menghitung,
kok ya kebetulan di les ini para peserta yang sudah lulus akan mendapatkan piala.
Dari situ Mas Aiman semangat mengikuti les agar nanti dapat piala. Alhamdulillah
dia bisa menyelesaikan les, kemampuan baca tulis dan angkanya lumayan juga.
Ikut Les dan Mengikuti Lomba Mewarnai
Kini
Mas Aiman sudah kelas 3 SD, selama rentang waktu dari TK B sampai sekarang dia
nggak pernah ikutan les apalagi lomba mewarnai. Kalo boleh jujur, sebenarnya
saya masih menyimpan keinginan untuk melihat anak-anak saya bisa berprestasi
seperti anak lainnya. Kebetulan ada salah satu anak sahabat Mama Ivon dan anak
teman saya di komunitas youtuber anak yang sering juara lomba mewarnai. Tapi kembali
lagi, saya nggak mau jadi orang tua yang memaksakan keinginan saya pada
anak-anak.
Entah
mungkin Allah kasihan lihat saya yang masih memendam keinginan, suatu hari salah
satu orang tua teman sekolah Mas Aiman menawari Mama Ivon untuk les mewarnai
buat anak-anak. Kebetulan dia punya kenalan guru les mewarnai yang mengajar
dari rumah ke rumah. Biayanya cukup terjangkau dan bisa berkelompok. Dari situlah
akhirnya Mas Aiman belajar mewarnai bersama Adek Aira juga, selain itu ada
temannya Mas Aiman dan adiknya jadi total 4 anak. Saya lihat guru lesnya,
namanya Pak Bimo, cukup telaten dan sabar. Anak-anak juga senang mengikuti les
tersebut, meskipun ya masih saja ngeluh capek kalo kelamaan mewarnai. Wajar sih
namanya juga anak-anak yang tenaga dan daya konsenstrasinya masih belum lama
seperti orang dewasa.
Karena
sudah ikutan les, kami pun pede mengikutkan anak-anak lomba mewarnai. Yang pertama
lomba mewarna online yang informasinya kami dapatkan di sekolah TK Aira. Alhamdulillah
Adek Aira nyantol juara ke dua, dia dapat sertifikat dan piala. Dari situ Mas
Aiman kayak ingin juga dapat piala dan termotivasi ikutan lomba. Akhirnya saat
ada lomba mewarnai offline di sebuah mall kami daftarkan dia.
Perjuangan Mendampingi Anak Berlomba
Buat
saya ini adalah pengalaman pertama kali mendampingi anak ikutan lomba secara
offline. Kami datang hanya bertiga: saya, Mas Aiman n Aira. Mama Ivon nggak
ikutan sebab dia sedang kurang fit. Kalo di jadwal lombanya sih, durasinya
hanya sebentar yaitu dari jam 13.30 sampai 15.00. Kami sempat kuatir juga pas
berangkatnya karena kami baru berangkat dari rumah ya jam setengah dua. Mama Ivon
sampai ngomong: “Ini niat ikut lomba nggak sih, harusnya itu berangkat dari
rumah jam satu.”
Benar
saja, saat kami tiba di lokasi lombanya sudah dimulai. Oh iya, di event ini nggak
hanya lomba mewarnai namun ada juga lomba matematika, sains, menghafal doa dan
surat pendek, kolase, model dan tari. Untungnya saat itu yang baru dimulai
lomba matematik dan sains. Setelah melakukan pendaftaran, kami menunggu sambil
melihat anak-anak lain yang sedang berlomba menghafal surat pendek dan doa.
Agak lama juga menunggu lomba mewarnai dimulai,
entah panitia nungguin apa. Lomba mewarnai baru dimulai kira-kira pukul 15.30. Awalnya
yang mau ikutan lomba mewarnai itu hanya Mas Aiman namun setelah tiba di lokasi,
Aira pengin ikutan juga. Masalahnya kami hanya bawa 1 meja mewarnai, Mas Aiman
akhirnya mengalah tidak menggunakan meja. Eh lama-lama dia merasa pusing karena
harus membungkuk, karena kasian akhirnya saya pulang untuk mengambil meja
satunya. Oh iya, sebelumnya saya udah memesankan mereka sosis bakar agar tidak
laper dan makin semangat ngelomba.
“Eh Rafa, jangan lari-larian terus, besok masih
ada lomba lagi lho!” larang seorang ibu pada anaknya yang sejak tadi main
kejar-kejaran sama temannya. Anak yang menggunakan baju muslim warna coklat itu
sudah selesai mengikuti lomba hafalan doa dan surat.
Mendengar hal itu saya jadi penasaran,
kira-kira ibu itu dalam sebulan mengikutkan anaknya berapa lomba ya. Sudah jadi
rahasia umum jika ada bahkan banyak orang tua yang sangat terobsesi punya anak
berprestasi, diikutkan berbagai macam les agar bisa menang lomba. Ikut lomba di
sana-sini, baik itu di dalam maupun luar kota.
Sempat ada drama juga sih antara saya dan Mas
Aiman ketika dia akan menyerahkan kertas gambarnya ke panitia. Saya lihat
ternyata dia tidak mewarnai bagian latar belakang seperti langit dan rumput.
“Lho Kak, kok langit dan rumputnya nggak kamu
warnain?”
“Capek aku…”
“Sayang banget Kak, ayo diwarnain juga. Peserta
lainnya masih ada yang belum selesai juga kok,” ucap saya berusaha memberi
semangat.
Tapi Mas Aiman jadi kesal dan agak marah. Saya pun
bilang terserah kalau dia nggak mau lanjutin tapi jangan sedih ya jika nanti
tidak berhasil jadi juara. Akhirnya Mas Aiman pun mau melanjutkan lagi.
Lomba terakhir yang digelar adalah lomba model
yang hanya diikuti oleh 2 orang peserta. Meskipun begitu mereka tetap tampil
dengan penuh semangat berlenggak-lenggok di atas panggung. Setelah itu
dimulailah pengumuman pemenang dari setiap lomba, yang mana setiap peserta
ternyata mendapatkan piala. Untuk juaranya mulai dari Harapan 4 sampai Juara 1,
sementara yang tidak menang mendapatkan piala nominasi.
Menurut saya ini ada positif dan negatifnya sih. Sisi positifnya semua anak-anak tampak senang dan bangga, baik itu yang berhasil menjadi juara maupun yang hanya nominasi. Anak-anak itu tidak mempermasalahkan apakah jadi juara atau hanya nominasi, mereka sudah senang bisa naik ke panggung dan mendapatkan piala. Sedangkan sisi negatifnya khawatir terbentuk mindset yang salah di benak anak-anak bahwa saat ikut lomba tidak perlu totalitas. Toh menang atau kalah tetap dapat piala. Khawatirnya jika mereka mengikuti lomba yang menerapkan system yang berbeda, mereka akan kecewa saat tidak dipanggil ke panggung atau mendapatkan piala hanya sebagai nominasi. Kalau menurut Mama Papa gimana?
Alhamdulillah Mas Aiman berhasil menjadi juara
2 dan Aira juara harapan 2. Anak-anak tampak senang dan bangga, apalagi Mas
Aiman yang sejak TK baru sekali ikutan lomba mewarnai dan belum pernah
merasakan dipanggil naik ke panggung sebagai pemenang. Sebagai orang tua saya
juga bangga pastinya, tidak sia-sia perjuangan Mas Aiman mewarnai meskipun
sempat drama.
Bagi saya ini pengalaman pertama mengantarkan
anak ikutan lomba dan kalau ditanya gimana kesannya? LUAR BIASA perjuangannya,
beneran deh. Orang tua harus nungguin dari siang sampai menjelang maghrib. Ini masih
untung lokasi lombanya di dalam mall jadi adem trus kalo laper tinggal beli di
food court. Nggak kebayang kalo lombanya outdoor. Jadi saya salut dan kasih
jempol untuk para orang tua yang selama ini rajin mengantar dan menungguin
anaknya ikutan lomba.
Wah berbakat semua ini anak-anaknya, adeknya optimis banget dan abangnya ngikut deh. Gemesin banget Aira pas mendorong abangnya buat lanjut mewarnai. Selamat untuk anaknya, bangga pasti.
ReplyDelete