Setiap orang yang menikah pasti ingin kehidupan pernikahannya selalu bahagia dan tentram bersama pasangan. Namun kehidupan memang tidak bisa ditebak, apalagi pasangan kita. Waktu bisa mengubah karakter dan sifat seseorang. Pasangan yang dulu berjanji untuk menyayangi dengan tulus, selalu setia dan bersama dalam situasi apapun namun kenyataan berbicara lain. Mungkin karakter dan sifatnya tidak berubah, tapi dia sedang menunjukkan siapa dia sebenarnya.
Beberapa
masalah yang muncul dalam kehidupan berumah tangga antara lain: kekerasan dalam
rumah tangga, kekerasan emosional, kontrol yang berlebihan, komunikasi yang
buruk, perekonomian yang sulit hingga perselingkuhan. Permasalahan ini jika
dibiarkan berlarut-larut apalagi jika hanya dipendam tanpa mencari solusi maka
akan membuat kita terjebak dalam rumah tangga atau pernikahan yang toxic. Bertahan
dalam pernikahan yang toxic dapat menjadi sangat sulit dan merugikan bagi
kesejahteraan fisik dan mental seseorang. Bertahan dalam pernikahan yang toxic
bisa menjadi sulit dan merupakan pilihan yang sulit untuk dibuat. Ada beberapa
alasan yang dapat membuat seseorang tetap tinggal dalam rumah tangga yang
toxic, seperti:
1.
Ketakutan akan kehilangan keamanan finansial:
Bagi beberapa orang, takut kehilangan sumber pendapatan utama atau tempat
tinggal yang aman dapat membuat mereka merasa terpaksa tinggal dalam rumah
tangga yang toxic.
2.
Rasa bersalah atau merasa tidak punya pilihan
lain: Seseorang mungkin merasa bersalah karena meninggalkan pasangan apalagi
anak atau merasa tidak punya pilihan lain selain tinggal dalam rumah tangga
yang toxic. Anak memang menjadi salah satu alasan kuat bagi seseorang untuk
bertahan dalam pernikahan yang toxic.
3.
Rasa cinta atau harapan untuk perubahan:
Seseorang mungkin masih mencintai pasangannya dan berharap bahwa pernikahan masih
bisa diperbaiki dan dipertahankan. Dia juga berharap bahwa pasangannya akan
berubah lebih baik dan tidak toxic lagi.
Jika Gengs Biru
saat ini merasa terjebak dalam pernikahan yang toxic, ada beberapa hal yang bisa
Anda lakukan untuk mencari bantuan dan mendapatkan dukungan:
- Carilah
bantuan profesional: berbicara dengan terapis atau konselor pernikahan dapat
membantu Anda mengeksplorasi pilihan Anda dan memberikan dukungan
emosional yang Anda butuhkan. Mereka juga bisa memberikan solusi atas
permasalahan rumah tangga kita berdasarkan ilmu yang mereka miliki.
- Carilah
dukungan dari keluarga dan teman: setiap orang yang sedang memiliki
masalah pasti ingin bercerita untuk mencari solusi atau sekedar melegakan
hati. Berbicara dengan orang yang Anda percayai tentang masalah yang
dialami dapat memberikan dukungan emosional dan memberi Anda ide tentang
bagaimana menangani situasi tersebut.
- Carilah
bantuan legal: Jika Gengs Biru merasa terancam atau tidak aman, carilah
bantuan dari polisi atau organisasi bantuan krisis seperti hotline kekerasan
dalam rumah tangga. Jangan sampai menunggu terlambat apalagi sampai nyawa
melayang karena kekerasan dalam rumah tangga.
Gengs Biru
harus ingat bahwa kita tidak harus menanggung sendiri beban toxic dalam pernikahan
ini. Ada bantuan yang tersedia bagi Anda, dan Anda tidak harus terus mengalami
kekerasan atau kejahatan dalam rumah tangga. Jangan ragu untuk mencari bantuan
jika Anda merasa terancam atau tidak aman. Seperti lagu Aurel Hermansyah, Atta
Halilintar (Feat. Mom Uung) yang berjudul Berhak Bahagia.
Ku tak tahu aku
sempurna
Bukan berarti
aku tak berhak bahagia
Ku tak
pedulikan apa kata mereka
Yang buatku
hancur dan hampir tak berdaya
Ini salah satu faktor pemicu KDRT juga, ternyata tidak hanya dalam hubungan teman yang toxic. Hubungan pernikahan juga, memang harus dihindari dan diatasi dengan baik. Terima kasih sharingnya!
ReplyDelete