Siapa yang hari
ini mengambil rapor anaknya, cuung!
Sejak kemarin, sebagian besar sekolah baik itu SD, SMP maupun SMA mengadakan pembagian rapor siswa. Dua teman kerja saya sudah ijin datang siang untuk mengambil rapor anaknya kemarin. Hari ini salah satu dari mereka ijin lagi untuk mengambil rapor anaknya yang duduk di bangku SD, yang kemarin dia mengambil rapor anaknya yang sudah SMA.
Saya juga ijin
datang siang hari ini untuk mengambil rapor Mas Aiman. Kebetulan Mama Ivon dan
Aira sedang liburan ke Kalimantan sehingga saya yang menggantikan. Ini adalah
pengalaman pertama saya, sebelumnya selalu Mama Ivon yang mengambil rapor.
Manfaat Ayah Ambil Rapor Anak
Ngomongin soal
pembagian rapor, ada kenangan agak buruk saat saya masih sekolah dulu. Jadi
sejak dari bangku SD sampai SMA, kedua orang tua saya tidak pernah datang ke
sekolah untuk mengambil rapor. Penyebabnya karena Ayah saya dulu bekerja
serabutan di Surabaya, pulang ke Malang sebulan sekali. Terkadang pulangnya molor
sampai Ibu nekat menyusul ke Kota Pahlawan tersebut. Sedangkan Ibu bekerja di
pabrik dan mungkin kesulitan untuk ijin sehingga diwakilkan oleh kedua bibi
saya secara bergantian. Kadang ada rasa sedih juga sih saat melihat teman-teman
yang rapornya diambilkan oleh orang tuanya. Apalagi kalau mereka berhasil
meraih prestasi begitu misalnya peringkat 10 besar, pasti senang bisa
mempersembahkan prestasi di depan orang tua.
Nah saya mau
sharing ini apa saja sih manfaat jika orang tua apalagi ayah mau mengambil
rapor anak antara lain:
- Membantu
anak memahami mata pelajaran: Ayah bisa membantu anak memahami mata
pelajaran yang ada di dalam rapor sehingga anak dapat mengeksplorasi lebih
jauh tentang pelajaran tersebut dan memperoleh pemahaman yang lebih baik.
- Membantu
meningkatkan kepercayaan diri: Bila ayah mau mengambil rapor, maka anak
akan merasa lebih percaya diri dan merasa dihargai oleh orang tua. Hal ini
akan membantu anak merasa lebih nyaman dan terbuka dalam belajar.
- Mengajarkan
anak tentang tanggung jawab: Saat membantu anak mengambil rapor, ayah
dapat mengajari anak tentang pentingnya tanggung jawab sebagai orang tua dan
membantu anak memahami bahwa belajar merupakan tanggung jawab yang harus
dilakukan oleh seorang anak atau siswa.
- Membantu
meningkatkan bonding Ayah dan Anak: Dengan membantu anak mengambil rapor,
ayah dapat meningkatkan hubungan dengan anak atau bonding. Selain itu juga
memberikan dukungan yang dibutuhkan anak untuk belajar dan berkembang.
- Memberikan
dukungan emosional: Ayah dapat memberikan dukungan emosional saat anak
merasa kewalahan atau stres dengan tugas-tugas belajar yang ada. Hal ini
akan membantu anak merasa lebih nyaman dan terbuka dalam belajar.
Sharing dengan Wali Kelas
Oke kembali ke
acara pengambilan rapor Mas Aiman yang dibagi menjadi 2 sesi yaitu sesi pertama
untuk anak kelas 1-3 dan sesi kedua untuk anak kelas 4-6. Sebelum pembagian
rapor, wali murid dari 3 kelas dikumpulkan terlebih dahulu untuk menerima
pengarahan dan instruksi dari kepala sekolah. Ibu Kepsek mengucapkan
terimakasih kepada wali murid atas dukungan dan partisipasinya dalam semua
kegiatan sekolah. Yang terbaru adalah Gebyar Panen Karya yang menampilkan karya
para siswa yang mengikuti ekstrakurikuler. Di sekolah Mas Aiman ada beberapa
kegiatan ekstrakurikuler antara lain: banjari, mewarnai, menari, drumband dan
karate. Mas Aiman memilih ikut ekstrakurikuler karate.
Setelah pengarahan
selesai, para wali murid dipersilahkan menuju kelas masing-masing. Di sini wali
kelas Mas Aiman langsung memulai pembagian rapor, beliau langsung memanggil
satu per satu nama siswa. Awalnya saya kira Pak Edwin (nama wali kelas 3) hanya
membagikan dengan sedikit obrolan basa-basi tapi ternyata saya salah. Jadi Pak
Edwin memberikan penjelasan tentang kelebihan dan kekurangan siswa selama mengikuti
proses belajar mengajar di sekolah. Selain itu juga mengajak diskusi dan
memberikan kesempatan orang tua untuk bertanya.
Saya kirim WA
ke Mama Ivon, tahu nggak apa balasannya?
“Papa nanti pasti
dapat pertanyaan yang banyak, kan Aiman anak spesial hehehe.”
Saya jadi agak
deg-degan menunggu nama Mas Aiman dipanggil.
“Aiman ini suka
aktivitas fisik ya Pak, karatenya dapat nilai A, teman-temannya dapat B. Dia juga
suka pelajaran Bahasa Inggris, kalau waktunya pelajaran Bahasa Inggris semangat
sekali,” tutur Pak Edwin membuka obrolan bersama saya.
Pak Edwin juga bercerita
jika Mas Aiman beberapa kali menunjukkan hasil gambar animasi yang dia tiru
dari game-game online yang dia mainkan. Gambarnya itu ada alur ceritanya, ini
termasuk kecerdasan Visual Parsial.
Saya pun
menjelaskan kalau Mas Aiman memang tipe anak Kinestetik yang aktif bergerak. Sebenarnya
saat duduk di bangku TK dia ikut ekstrakurikuler drumband namun di SD dia memilih
karate agar bisa membela diri jika diganggu oleh anak lain. Tentang kegemarannya
menggambar animasi itu, dia di rumah memang suka menggambar di kertas HVS sampai
berlembar-lembar.
Tapiii ada
kekurangan yang harus diperbaiki yaitu pada pelajaran Tematik dan Agama. Perbedaan
nilai antara 2 mata pelajaran ini dengan Bahasa Inggris sangat jauh. Hal ini
tidak boleh dibiarkan karena nanti di kelas 4 pelajaran Tematik akan makin
sulit, untuk penilaian keseluruhan tidak bisa hanya mengandalkan nilai Bahasa Inggris.
Mas Aiman kurang bersemangat saat 2 mata pelajaran ini, bahkan saat disuruh
mengerjakan soal di depan sudah menyerah duluan dengan bilang tidak bisa.
Pak Edwin
mengatakan agar saya memberikan pengarahan pada Mas Aiman bahwa semua pelajaran
itu penting, bukan hanya Bahasa Inggris. Terus juga memupuk rasa percaya
dirinya. Untuk opsi mengikutkan les juga bisa dilakukan. Mas Aiman memang
selama ini ingin banget ikut les Bahasa Inggris selain les mata pelajaran
lainnya yang sudah diikuti. Namun dengan kekurangan pada pelajaran Tematik
terutama matematik saya jadi berpikir ulang untuk mencari tempat les baru yang
lebih baik.
Kalau dari segi
perilaku, Mas Aiman kesulitan dalam mengungkapan sesuatu. Kalau bicara tentang
suatu hal tidak jelas dan tidak runut plus intonasinya tidak jelas. Seperti ada
banyak hal yang di dalam kepalanya namun dia bingung mau cerita dari mana. Ini
mungkin akibat dari speech delay yang dialaminya saat masih balita.
Duh ini jadi PR
buat kami sebagai orang tua. Memang selama ini jika sedang bercerita itu Mas
Aiman suka buru-buru dan tidak runut, seperti kebingungan bagaimana
mengungkapkan apa yang ada di kepala atau hatinya. Mungkin pembaca ada yang
bisa kasih saran apa yang harus kami lakukan untuk mengatasi hal ini? Kemana
kami harus membawa Mas Aiman berkonsultasi, ke psikolog atau ahli perkembangan
anak. Mohon sharingnya yaa.
Oke Gengs Biru,
itulah pengalaman saya mengambilan rapor anak di sekolah. Saya menaruh hormat
dan terimakasih kepada Pak Edwin yang dengan sabar dan telaten menyampaikan
semua kelebihan dan kekurangan para muridnya kepada orang tua wali murid. Buat saya
yang pelupa ini, saya salut banget Pak Edwin bisa hafal bagaimana sifat,
karakter dan perkembangan semua muridnya.
Semoga ke depannya bisa lebih baik membimbing aiman ya terutama soal bercerita
ReplyDelete